Pernah nggak sih kamu bingung waktu harus milih metode penelitian buat skripsi? Udah nentuin topik, udah cari-cari referensi, eh pas masuk ke bagian metode langsung mentok. Antara “metode penelitian kualitatif” atau “kuantitatif”, dua-duanya bikin kepala cenat-cenut karena sama-sama terdengar ilmiah tapi beda banget pendekatannya. Nah, sebelum kamu makin pusing, yuk kita bahas tuntas bareng-bareng apa sih sebenarnya perbedaan kualitatif dan kuantitatif itu, dan gimana cara nentuin metode yang paling cocok buat kamu.
Sebagai mahasiswa yang lagi skripsian, kamu harus paham bahwa metode penelitian itu bukan cuma formalitas. Metode ini ibarat fondasi dari bangunan skripsimu. Salah pilih fondasi? Ya bisa roboh di tengah jalan alias skripsimu jadi nggak nyambung, nggak kuat, dan akhirnya susah lulus. Jangan sampai ya!
Daftar Isi
ToggleMetode Penelitian Kualitatif: Ketika Kata Lebih Berarti dari Angka

Oke, kita mulai dulu dari metode penelitian kualitatif. Buat kamu yang anaknya suka ngobrol, observasi, dan ngulik makna di balik suatu fenomena sosial, bisa jadi kamu cocok banget sama pendekatan ini. Jadi, apa sih sebenarnya metode penelitian kualitatif itu?
Secara sederhana, metode ini berusaha memahami makna, pengalaman, dan perspektif subjektif dari partisipan. Fokus utamanya bukan pada angka atau statistik, tapi pada narasi dan pemahaman mendalam. Jadi, bukan “berapa banyak” tapi “kenapa bisa begitu”. Misalnya, kalau kamu ingin meneliti tentang kenapa mahasiswa suka menunda skripsi, kamu nggak akan pakai survei, tapi wawancara mendalam buat ngulik pengalaman mereka.
Nah, dalam metode kualitatif, ada beberapa teknik pengumpulan data yang paling sering digunakan. Yang pertama, wawancara mendalam. Ini bukan sekadar tanya jawab, tapi kamu diajak menyelam ke dalam pikiran dan perasaan informan. Teknik ini butuh skill komunikasi yang oke, karena kamu harus bisa bikin informan nyaman dan terbuka.
Kedua, ada observasi partisipatif. Ini cocok buat kamu yang pengin melihat langsung perilaku atau kegiatan sosial secara langsung, misalnya di komunitas tertentu. Kamu harus ikut terlibat dan merasakan suasana di lapangan.
Ketiga, studi kasus. Ini lebih fokus ke satu objek atau kasus secara mendalam, bisa individu, organisasi, atau fenomena tertentu. Teknik ini bikin kamu jadi detektif akademik yang ngulik segala aspek dari satu kasus buat diurai.
Yang perlu kamu siapin saat pakai pendekatan kualitatif ini adalah waktu dan ketelitian. Karena kamu akan dealing dengan data yang sifatnya naratif, bukan angka. Dan jangan lupa, analisis data kualitatif itu pakai teknik seperti coding, kategorisasi, dan penarikan makna. Jadi harus siap untuk baca ulang transkrip wawancara berkali-kali.
Metode Penelitian Kuantitatif: Saat Data Bicara Lewat Angka
Nah, sekarang giliran kita ngomongin metode penelitian kuantitatif. Kalau kamu anaknya cinta tabel, grafik, rumus, dan statistik, selamat! Kamu berada di jalur yang benar. Metode ini cocok banget buat kamu yang suka dengan pendekatan objektif dan terukur. Tapi hati-hati, karena meski terlihat lebih “ilmiah”, kuantitatif juga punya tantangan tersendiri lho.
Metode penelitian kuantitatif biasanya dipakai kalau kamu ingin mengukur, menguji hipotesis, atau mencari hubungan antara dua variabel. Fokusnya adalah pada seberapa besar, seberapa sering, atau seberapa kuat suatu fenomena. Jadi kalau kamu penasaran seberapa besar pengaruh penggunaan AI terhadap produktivitas skripsi mahasiswa, kamu bisa pakai kuantitatif.
Beberapa teknik pengumpulan data yang umum digunakan dalam pendekatan ini antara lain:
- Survei dengan kuesioner. Ini yang paling populer. Kamu bisa bikin pertanyaan tertutup, lalu disebar via Google Form atau secara langsung. Nanti datanya tinggal kamu olah pakai SPSS, Excel, atau software statistik lainnya.
- Eksperimen. Biasanya dipakai di bidang psikologi, pendidikan, atau ilmu eksakta. Kamu bikin dua kelompok, satu diberi perlakuan, satu tidak, lalu dibandingkan hasilnya.
- Analisis data sekunder. Kalau kamu nggak bisa ngumpulin data sendiri, kamu bisa pakai data yang udah tersedia dari BPS, jurnal, atau instansi lain.
Nah, kelebihan metode kuantitatif ini adalah skalanya yang luas. Kamu bisa dapat data dari banyak responden dan bisa dianalisis secara statistik untuk dapatkan kesimpulan yang general. Tapi kekurangannya adalah kamu harus ngerti cara analisis data statistik. Kalau kamu takut sama angka, siap-siap pusing!
Jadi, metode penelitian kuantitatif itu cocok banget kalau kamu mau bikin penelitian yang hasilnya bisa digeneralisasi ke populasi yang lebih luas, atau kalau kamu pengin menguji teori yang udah ada secara lebih objektif.
Cara Menentukan Metode Penelitian yang Paling Cocok Buat Kamu
Nah, setelah tahu perbedaan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif, sekarang saatnya kamu menentukan metode mana yang paling pas buat skripsimu. Tapi tenang, ini bukan soal cocok-cocokan doang, tapi soal logika dan strategi. Biar kamu nggak salah langkah, ini dia panduan praktisnya!
1. Pahami Permasalahan Penelitianmu
Langkah pertama, kamu harus kenal betul dengan masalah penelitian yang pengin kamu angkat. Jangan cuma karena topiknya lagi tren, kamu asal comot. Tanyakan ke diri sendiri, apakah masalah ini lebih cocok didekati dengan angka atau dengan cerita?
Misalnya, kalau kamu meneliti tentang tingkat stres mahasiswa selama mengerjakan skripsi dan ingin tahu persentasenya, maka metode kuantitatif bisa jadi pilihan. Tapi kalau kamu ingin tahu pengalaman mendalam mahasiswa selama masa skripsian, maka metode kualitatif adalah jawabannya.
Permasalahan yang jelas akan jadi dasar kamu menentukan pendekatan. Banyak mahasiswa yang bingung bukan karena metode yang susah, tapi karena mereka belum bener-bener ngerti apa sih masalah yang pengin diselesaikan lewat skripsinya.
Dan ingat, masalah penelitian bukan sekadar pertanyaan asal. Harus ada latar belakang, urgensi, dan kontribusi ilmiahnya. Semakin jelas kamu memformulasikan masalah, makin gampang juga kamu milih metode.
2. Tentukan Tujuan Penelitian yang Spesifik
Setelah tahu masalahnya, tentukan tujuan penelitianmu. Ini penting banget karena tujuan akan jadi indikator apakah kamu butuh pendekatan kualitatif atau kuantitatif. Tujuan ini bisa dalam bentuk eksplorasi, deskripsi, pengujian hipotesis, atau pencarian korelasi antar variabel.
Kalau kamu pengin mengeksplorasi makna atau persepsi individu terhadap sesuatu, jelas metode kualitatif yang paling pas. Tapi kalau kamu pengin mengukur seberapa besar pengaruh satu hal terhadap hal lain, kuantitatif jawabannya.
Contohnya, “Mengetahui persepsi mahasiswa tentang penggunaan AI dalam bimbingan skripsi” itu cocok buat kualitatif. Tapi kalau “Mengukur pengaruh penggunaan AI terhadap kecepatan penyelesaian skripsi”, itu udah masuk ranah kuantitatif.
Jadi, jangan asal tulis tujuan penelitian tanpa mempertimbangkan metodenya. Harus selaras, bestie! Karena skripsi yang nggak nyambung antara masalah, tujuan, dan metode itu ibarat masakan enak tapi isinya nggak matching. Gurih ketemu manis ketemu asam, ya bingung lidahnya.
3. Pertimbangkan Kemampuan Pribadi dan Resource yang Kamu Punya
Oke, kita harus jujur sama diri sendiri. Kadang, pilihan metode juga bergantung sama kemampuan kamu dan ketersediaan sumber daya. Nggak semua mahasiswa punya kemampuan statistik yang mumpuni. Nggak semua juga bisa wawancara mendalam dan analisis tematik.
Kalau kamu punya kemampuan olah data, ngerti SPSS, dan suka main sama angka, metode kuantitatif bisa jadi pilihan realistis. Tapi kalau kamu lebih nyaman ngobrol, mendengarkan cerita, dan analisis makna kata, kualitatif pasti lebih masuk.
Tapi bukan cuma soal skill, kamu juga perlu pertimbangkan ketersediaan data. Misalnya, kalau kamu susah dapat responden dalam jumlah besar, mending pakai kualitatif. Tapi kalau kamu bisa akses ribuan data dari Google Form, silakan pakai kuantitatif.
Dan jangan lupa soal waktu dan tenaga. Penelitian kualitatif biasanya butuh waktu lebih lama untuk wawancara dan transkripsi. Sementara kuantitatif butuh waktu di bagian olah datanya. Semua balik lagi ke kamu, lebih nyaman dan kuat di mana.
4. Jangan Lupa Konsultasi dengan Dosen Pembimbing
Last but not least, konsultasi itu wajib! Jangan pernah merasa kamu bisa menentukan semua hal sendiri dalam skripsi, karena bisa-bisa malah tersesat. Dosen pembimbing adalah navigator kamu di perjalanan skripsi. Mereka bisa bantu menyarankan metode terbaik berdasarkan pengalaman dan wawasan mereka.
Ceritakan semua hal yang sudah kamu pikirkan: topik, masalah, tujuan, kemampuan, dan keraguanmu. Dosen biasanya bisa langsung ngeh mana metode yang paling sesuai. Bahkan, kadang mereka bisa kasih insight tambahan yang nggak kamu pikirkan sebelumnya.
Tapi ingat, jangan asal nurut juga. Kalau kamu dikasih saran metode kuantitatif, tapi kamu fobia statistik, ya kamu harus bilang jujur. Jangan sampai skripsimu malah berhenti di tengah jalan cuma karena kamu nggak cocok sama metode yang dipilih.
Jadi, komunikasi dua arah sama dosen itu penting. Jangan cuma yes-man. Jadilah mahasiswa yang aktif berdiskusi dan terbuka menerima masukan.
Tips Tambahan Biar Gak Salah Langkah Saat Milih Metode
Kadang, walau kamu udah ngerti bedanya metode kualitatif dan kuantitatif, masih aja suka overthinking. Nah, ini beberapa tips praktis yang bisa bantu kamu ngambil keputusan yang mantap tanpa drama:
A. Jangan Takut Gagal, Semua Bisa Dipelajari
Banyak mahasiswa takut pilih metode kuantitatif karena merasa “nggak jago statistik.” Padahal, semua itu bisa dipelajari, kok! Apalagi sekarang udah banyak tools seperti SPSS, Excel, atau R yang bisa bantu kamu olah data dengan lebih gampang. Ada juga tutorial YouTube, bimbingan online, bahkan tutor dari KonsultanEdu yang siap bantu kamu dari nol.
Begitu juga kalau kamu pilih kualitatif. Nggak usah takut sama proses wawancara atau coding data. Sekali kamu paham alurnya, kamu bakal enjoy karena bisa banyak ngobrol dan eksplorasi insight baru.
Intinya, jangan takut duluan. Yang penting kamu punya kemauan belajar dan siap cari bantuan kalau mentok. Karena skill itu bukan bawaan lahir, tapi hasil latihan dan jam terbang.
B. Gunakan Contoh Penelitian sebagai Referensi
Salah satu cara tercepat buat nentuin metode adalah… lihat contoh skripsi sebelumnya. Buka repository kampusmu, atau cari referensi online dari situs-situs pendidikan yang kredibel. Lihat bagaimana mereka menuliskan metode, bentuk data, dan bagaimana analisisnya dilakukan.
Misalnya kamu tertarik dengan topik perilaku mahasiswa terhadap AI, coba lihat apakah skripsi sebelumnya cenderung pakai metode kualitatif (wawancara) atau kuantitatif (angket dan statistik). Dari situ kamu bisa ambil pelajaran dan modifikasi idemu biar lebih unik dan relevan.
Contoh topik skripsi ini juga bisa jadi pembanding buat menentukan seberapa luas atau sempit cakupan penelitianmu. Jadi, jangan males baca skripsi orang, ya!
C. Cocokkan dengan Karakter Data yang Kamu Butuhkan
Kalau kamu masih galau, coba balik ke jenis data yang pengin kamu kumpulin. Ini kunci banget! Kalau kamu butuh data dalam bentuk angka, tabel, persentase, atau skor, udah jelas metode penelitian kuantitatif paling cocok. Tapi kalau kamu butuh jawaban panjang, narasi, cerita pengalaman atau persepsi orang, maka kualitatif jawabannya.
Contohnya:
- Kuantitatif: “Berapa persen mahasiswa yang menggunakan ChatGPT saat mengerjakan skripsi?”
- Kualitatif: “Bagaimana persepsi mahasiswa tentang penggunaan ChatGPT dalam proses pengerjaan skripsi?”
Gampang kan? Tinggal kamu cek aja, data yang kamu butuhin lebih ke angka atau narasi.
Pahami Perbedaan Kualitatif dan Kuantitatif biar Skripsimu Lebih Terarah
Yap, akhirnya kita sampai di bagian akhir. Dari tadi kita udah ngebahas panjang lebar tentang perbedaan kualitatif dan kuantitatif, kelebihan dan kekurangannya, cara milih berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, sampai tips biar nggak salah langkah.
Ingat ya bestie, nggak ada metode yang lebih “bagus” atau “lebih pintar.” Semua balik lagi ke konteks, tujuan, dan gaya belajarmu. Metode penelitian kualitatif itu cocok buat kamu yang suka menggali cerita dan makna. Sementara metode penelitian kuantitatif lebih pas buat kamu yang senang hitung-hitungan dan pengujian hipotesis dengan data yang besar.
Oh iya, jangan lupa juga untuk mempertimbangkan teknik pengumpulan data sejak awal, baik itu wawancara, kuesioner, observasi, atau dokumentasi. Karena teknik pengumpulan data akan sangat menentukan apakah pendekatanmu realistis atau tidak.
Dan yang paling penting: diskusikan semua ini bareng dosen pembimbing. Jangan ngilang! Semakin cepat kamu mantap milih metode, semakin cepat juga kamu bisa fokus ke penyusunan bab 3, pengumpulan data, dan tahap-tahap skripsi selanjutnya.
So, udah siap pilih metode yang paling pas buat kamu? Yuk mulai sekarang, berhenti overthinking dan mulai action. Karena langkah kecilmu hari ini bisa bikin kamu lebih dekat ke hari wisuda besok.