1. Home
  2. »
  3. Skripsi
  4. »
  5. 6 Tips Menghindari Data Palsu dalam Mengerjakan Skripsi dan Penelitian lainnya!

4 Cara Menentukan Gap Penelitian yang Tepat Biar Skripsimu Gak Asal Jadi

Pernah gak kamu buka jurnal sambil berharap tiba-tiba muncul “ide skripsi dari langit” tapi yang ada malah makin pusing karena isinya rumit semua? Nah, biasanya itu terjadi karena kamu belum tahu cara menentukan gap penelitian. Padahal nih, kalau kamu ngerti cara nemuin research gap yang pas, skripsi kamu bakal punya arah yang jelas dan gak cuma jadi dokumen pengisi rak perpustakaan kampus.

Buat kamu yang belum familiar, gap penelitian atau gap riset itu adalah celah, kekosongan, atau pertanyaan yang belum terjawab dalam studi sebelumnya. Bisa juga berupa metode yang belum maksimal, perspektif yang terabaikan, atau variabel yang belum diteliti lebih dalam. Dengan kata lain, ini adalah alasan kenapa penelitian kamu penting buat dilakukan.

Di artikel ini, kita akan bahas tuntas dari cara mencari research gap, sampai cara membuat gap penelitian jadi lebih kuat dan terarah. Kamu gak cuma diajarin teorinya, tapi juga diajak mikir bareng biar bisa langsung diterapin buat skripsimu. Yuk bestie, duduk santai dulu—kita kulik bareng!

1. Cara Mencari Research Gap yang Gak Bikin Kamu Pusing Sendiri

Sebelum kamu mulai panik karena bingung nyari topik, kamu harus tahu dulu bahwa menentukan gap penelitian gak sesulit yang kamu bayangkan. Kuncinya: mulai dari hal kecil dan jangan terburu-buru. Proses ini butuh waktu, tapi hasilnya worth it banget buat masa depan skripsimu.

Langkah pertama, kamu harus banyak baca. Yup, ini bagian yang banyak mahasiswa malesin. Tapi trust me, kalau kamu gak baca literatur sebelumnya, kamu gak akan tahu mana yang udah diteliti dan mana yang belum. Mulailah dari jurnal-jurnal di Google Scholar, SINTA, atau ScienceDirect. Baca minimal 10 artikel yang relevan sama bidang kamu.

Langkah kedua, bikin catatan dari tiap jurnal yang kamu baca. Fokusin ke:

  • Apa topik utamanya?
  • Apa tujuan penelitiannya?
  • Metode apa yang dipakai?
  • Apa hasil penelitiannya?
  • Dan yang paling penting: kelemahan atau keterbatasan yang disebutkan

Nah dari sinilah biasanya gap riset mulai kelihatan. Bisa jadi peneliti sebelumnya cuma pakai data kuantitatif, padahal pendekatan kualitatif juga penting. Atau bisa juga mereka belum mengkaji dari sudut pandang gender, lokasi, atau generasi.

Langkah ketiga, coba hubungkan dengan kondisi sekarang. Misalnya, kamu baca jurnal tentang pengaruh YouTube terhadap minat baca remaja tahun 2018. Terus kamu mikir, “Sekarang yang lagi booming TikTok, kenapa gak dilanjutin ke situ?” Nah itu sudah bisa jadi gap penelitian yang relevan.

Langkah keempat, diskusikan dengan dosen atau senior. Kadang kita gak sadar udah nemu celah bagus, tapi masih ragu. Obrolan singkat sama orang yang lebih berpengalaman bisa bantu validasi ide kamu dan bahkan ngasih insight tambahan.

Langkah kelima, simpulkan dari hasil bacaanmu. Tulis satu paragraf tentang kenapa penelitian ini penting dan apa yang belum digarap orang lain. Dari sini kamu udah punya landasan kuat buat masuk ke bagian rumusan masalah di skripsi nanti.

Mahasiswa sedang membaca jurnal untuk mencari gap penelitian skripsi

Infografis tahapan cara mencari research gap dari literatur hingga rumusan masalah

Contoh peta konsep hubungan gap riset dengan pertanyaan penelitian dan tujuan studi

2. Analisis Kritis dan Evaluasi Metodologi Penelitian Sebelumnya

Oke, sekarang kamu udah baca banyak jurnal dan nemu beberapa celah. Tapi itu belum cukup. Kamu juga harus bisa mengkritisi penelitian-penelitian sebelumnya. Kenapa? Karena gap yang kuat itu bukan cuma karena “belum pernah diteliti”, tapi karena ada alasan logis kenapa penelitian baru kamu penting dilakukan.

Pertama, evaluasi metode yang digunakan. Misalnya, ada penelitian yang pakai kuesioner online, tapi respondennya cuma 50 orang. Kamu bisa tanya: apakah hasilnya cukup representatif? Apakah metodenya cocok buat variabel yang dikaji? Di sini kamu bisa masuk dengan pendekatan yang berbeda, misalnya observasi langsung, studi kasus, atau FGD.

Kedua, cek variabel yang digunakan. Kadang peneliti hanya fokus pada dua variabel, padahal ada faktor lain yang bisa berpengaruh. Contoh: skripsi tentang pengaruh media sosial terhadap kecemasan mahasiswa, tapi gak mempertimbangkan faktor durasi penggunaan atau jenis platform. Nah, kamu bisa masuk di situ.

Ketiga, periksa sumber data dan lokasi penelitian. Banyak banget penelitian yang hanya ambil sampel dari satu kota atau satu kampus. Kamu bisa ambil angle baru dari kota berbeda, institusi lain, atau bahkan segmen usia yang berbeda (remaja vs dewasa awal misalnya).

Keempat, lihat waktu penelitian. Penelitian tentang ekonomi digital tahun 2015 mungkin udah gak relevan sekarang. Dengan cepatnya perubahan teknologi dan perilaku masyarakat, kamu bisa update topik lama dengan data terbaru dan perspektif kekinian.

Kelima, temukan ketidaksesuaian atau hasil yang kontradiktif. Ini menarik banget. Misalnya, satu jurnal bilang “A berpengaruh terhadap B”, tapi jurnal lain bilang “tidak ada pengaruh”. Nah, kamu bisa masuk buat “menguji ulang” dengan konteks atau pendekatan berbeda.

Dengan melakukan evaluasi kritis ini, kamu bukan cuma nambah referensi, tapi juga membangun argumen kuat kenapa penelitianmu perlu dilakukan. Dan dosen pembimbing kamu biasanya akan sangat menghargai mahasiswa yang bisa berpikir kritis kayak gini.

3. Contoh Gap Penelitian yang Bisa Jadi Inspirasi Skripsimu

Biar kamu makin kebayang, kita bahas beberapa contoh gap penelitian yang nyata dan bisa langsung kamu adaptasi buat skripsi kamu.

Contoh 1: Gap Perspektif
Topik: Pengaruh media sosial terhadap gaya hidup
Gap: Sebagian besar penelitian fokus ke Instagram, padahal TikTok justru lebih aktif digunakan oleh Gen Z saat ini.
Solusi: Teliti dampak TikTok terhadap perilaku konsumtif mahasiswa menggunakan pendekatan kualitatif.

Contoh 2: Gap Lokasi
Topik: Minat baca mahasiswa Indonesia
Gap: Riset sebelumnya hanya dilakukan di universitas besar di kota-kota besar.
Solusi: Teliti minat baca mahasiswa di kampus daerah atau kampus swasta kecil.

Contoh 3: Gap Metodologi
Topik: Strategi pemasaran UMKM di masa pandemi
Gap: Penelitian sebelumnya hanya gunakan data kuantitatif.
Solusi: Gunakan pendekatan campuran (mixed method) agar dapat insight lebih lengkap dari pelaku usaha.

Contoh 4: Gap Populasi
Topik: Kesehatan mental remaja selama masa pandemi
Gap: Riset sebelumnya hanya fokus pada pelajar SMA.
Solusi: Teliti mahasiswa tingkat akhir yang mengalami stres skripsi di tengah pandemi.

Contoh 5: Gap Teori
Topik: Loyalitas pelanggan terhadap brand lokal
Gap: Belum ada yang mengkaji dengan teori X secara mendalam.
Solusi: Teliti brand loyalty dengan pendekatan teori X untuk memberikan kontribusi baru dalam bidang pemasaran.

Semua contoh di atas bisa kamu kembangkan lagi dengan menyesuaikan minat dan bidang kamu. Intinya, gap penelitian itu bukan harus “belum pernah diteliti sama sekali”, tapi “masih ada celah untuk disempurnakan, diperluas, atau diperbaiki”.

4. Cara Membuat Gap Penelitian Jadi Landasan Skripsi yang Kuat

Sekarang kamu udah paham cara nemuin gap, udah bisa analisis kritis, dan punya contoh-contoh nyata. Nah, sekarang waktunya kamu belajar cara membuat gap penelitian jadi pondasi yang kokoh buat skripsimu. Karena cuma nemu celah itu belum cukup kamu harus bisa nulis dan menjelaskannya dengan jelas, runut, dan meyakinkan.

Pertama, masukkan gap risetmu ke dalam Bab Pendahuluan, terutama di latar belakang. Tapi jangan cuma bilang, “belum banyak yang meneliti ini.” Kamu harus kasih bukti. Misalnya: “Berdasarkan penelitian oleh A (2021) dan B (2022), pengaruh penggunaan TikTok terhadap konsentrasi belajar mahasiswa belum dikaji secara mendalam, terutama dengan pendekatan kualitatif.” Itu baru solid.

Kedua, hubungkan gap dengan rumusan masalah. Jadi bukan cuma celah akademik, tapi juga pertanyaan yang butuh jawaban. Contoh: “Bagaimana penggunaan TikTok memengaruhi konsentrasi belajar mahasiswa tingkat akhir di era pasca-pandemi?”

Ketiga, kuatkan gap kamu dengan referensi. Minimal 3 jurnal yang kamu kutip langsung sebagai bukti bahwa celah itu nyata. Kalau perlu, tunjukkan kontradiksi antarpenelitian yang kamu temukan. Ini akan membuat pembimbingmu lebih percaya bahwa kamu benar-benar teliti saat menyusun proposal.

Keempat, selaraskan gap dengan tujuan penelitian. Kalau gap kamu tentang pendekatan yang belum digunakan, maka tujuanmu bisa jadi: “Untuk mengeksplorasi pengaruh X terhadap Y menggunakan metode observasi lapangan.” Dengan begitu, penelitianmu punya arah yang sesuai dengan gap yang kamu angkat.

Kelima, pastikan semua ini masuk juga dalam kerangka konseptual. Gap riset yang kamu temukan harus bisa dijelaskan secara teoretis. Di sinilah pentingnya kamu paham dasar teori yang relevan. Jangan asal ambil teori tanpa tahu cara menghubungkannya ke gap-mu.

Gap yang ditulis dengan jelas dan berdasarkan literatur aktual akan jadi “jualan utama” kamu saat sidang proposal. Pembimbing dan penguji akan tahu bahwa kamu tahu apa yang kamu teliti dan kenapa penelitian kamu penting.

Gap Penelitian Bukan Penghalang, Tapi Titik Awal Skripsi yang Solid

Bestie, sekarang kamu udah tahu kan bahwa gap penelitian itu bukan sesuatu yang bikin kamu takut atau bingung. Justru sebaliknya—dia adalah pintu masuk buat kamu memulai skripsi dengan arah yang kuat dan kontribusi yang jelas.

Kita udah bahas bareng soal:

  • Cara mencari research gap yang efektif lewat literatur
  • Contoh gap penelitian dari berbagai pendekatan
  • Cara membuat gap penelitian jadi bagian penting dari pendahuluan
  • Dan bagaimana semua itu membentuk dasar dari rumusan masalah, tujuan, dan kerangka skripsi kamu

Ingat, menentukan gap riset skripsi itu bukan soal jadi orang paling pertama yang meneliti sesuatu. Tapi soal menyempurnakan, memperluas, dan memperdalam pemahaman yang sudah ada. Kamu gak harus menemukan planet baru cukup tunjukkan bahwa kamu paham peta pengetahuan dan tahu ke mana harus melangkah selanjutnya.

Jadi, yuk mulai dari sekarang. Buka jurnal, baca dengan kritis, dan temukan celah-celah kecil yang bisa kamu jadikan fondasi. Karena dari situlah skripsimu akan lahir bukan cuma sebagai syarat kelulusan, tapi sebagai kontribusi ilmiah yang layak kamu banggakan. kalau kamu mau mnegikuti cara diatas yakin aja skripsimu bakal di acungi jempol oleh dosen pembimbing dan dosen penguji

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Optimized by Optimole
Scroll to Top