1. Home
  2. »
  3. Penelitian
  4. »
  5. 9 Teknik Wawancara dalam Penelitian yang Harus Kamu Kuasai

9 Teknik Wawancara dalam Penelitian yang Harus Kamu Kuasai

wawancara penelitian

Bestie, pernah nggak sih kamu kepikiran gimana caranya peneliti dapet data buat bikin kesimpulan yang kece badai? Nah, salah satu senjata andalannya adalah wawancara! Tapi, wawancara ini nggak kayak obrolan basa-basi pas lagi nongkrong, ya. Ada teknik, trik, dan strategi biar hasilnya nggak cuma dapet “iya” atau “nggak.” Yuk, kita ulik bareng gimana caranya teknik wawancara bisa jadi kunci kesuksesan penelitianmu.

1. Apa Itu Teknik Wawancara dan Kenapa Penting Banget?

Oke, sebelum kita bahas lebih jauh lagi, coba bayangin kamu lagi mau ngerjain tugas penelitian dan harus wawancara seseorang. Kamu cuma asal nanya? Hadeuh, jangan dong! Teknik wawancara tuh seni banget, lho. Ini bukan soal nyusun pertanyaan aja, tapi gimana caranya kamu bikin orang nyaman, jujur, dan cerita segamblang-gamblangnya.

Pentingnya teknik wawancara dalam penelitian tuh nggak main-main. Kalau kamu bisa melakukannya dengan benar, kamu bakal dapet insight yang dalem banget. Jadi, nggak cuma sekadar catatan kosong, tapi bener-bener data yang “bernyawa.” Kebayang kan gimana hasil penelitianmu bakal lebih berbobot?

Terus kenapa harus pakai wawancara dalam melakukan penelitian? Karena nggak semua data bisa kamu dapetin dari kuisioner atau dokumen. Ada hal-hal spesifik yang cuma bisa diungkap lewat cerita langsung dari narasumber. Kayak investigasi detektif gitu, deh. Seru, kan?

2. Tips Persiapan Sebelum Wawancara Penelitian

Sebelum terjun wawancara ke dalam wawancara penelitian, jangan lupa persiapannya, ya, bestie. Kalau kamu asal terjun, wah alamat amburadul hasilnya. Nih, aku spill apa aja yang harus kamu siapin:

  1. Riset Dulu tentang Narasumber

Jangan sampe kamu ketemu narasumber tapi nggak tahu dia siapa. Misalnya, kalau kamu melakukan wawancara penelitian terhadap pengusaha UMKM, coba cari tahu dulu bisnisnya apa, tantangannya apa, atau apa yang lagi viral soal mereka. Ini bakal bikin kamu lebih “nyambung” saat ngobrol.

  1. Bikin Daftar Pertanyaan yang Kece

Jangan bikin pertanyaan asal-asalan. Pakai pertanyaan terbuka yang bikin narasumber mikir dan cerita lebih panjang. Misalnya, daripada tanya, “Apa bisnis Anda laris?” coba ganti jadi, “Apa tantangan terbesar Anda dalam mempertahankan bisnis selama pandemi?

  1. Siapin Alat Perang

Rekaman suara? Checklist pertanyaan? Notebook? Pastikan semua siap, ya! Jangan sampai baterai perekam habis di tengah melakukan wawancara penelitian, karena itu kayak bencana kecil buat peneliti.

  1. Latihan, Bestie!

Coba simulasi wawancara penelitian sama temen dulu. Ini penting banget biar kamu nggak gugup atau kehabisan ide pas lagi ngobrol beneran sama narasumber.

  1. Pahami Topik Penelitianmu

Kalau kamu nggak paham sama topik yang mau dibahas, narasumber bakal langsung ngeh, lho. Jadi pastikan kamu tahu minimal garis besar apa yang mau kamu gali.

3. Cara Nyusun Pertanyaan Wawancara Penelitian

Nah, setelah persiapan matang, sekarang kita bahas cara bikin pertanyaan yang nggak cuma efektif tapi juga seru. Ingat, pertanyaan yang oke tuh kayak pembuka pintu; bikin narasumber nyaman buat cerita. Nih aku kasih tips nyusun pertanyaan:

  1. Mulai dengan Pertanyaan Umum

Misalnya, “Ceritain dong sedikit tentang pekerjaan atau bisnis Anda.” Pertanyaan ini bikin narasumber nggak merasa langsung “diinterogasi.”

  1. Masuk ke Pertanyaan Khusus

Kalau narasumber udah nyaman, baru deh kamu gali lebih dalam. Contohnya, “Apa tantangan terbesar yang Anda hadapi saat merintis bisnis ini?

  1. Gunakan Pertanyaan Terbuka

Hindari pertanyaan yang jawabannya cuma “iya” atau “nggak.” Gimana caranya? Pakai kata-kata seperti “kenapa,” “bagaimana,” atau “apa.”

  1. Jangan Mengarahkan Jawaban

Pertanyaan kayak, “Kamu setuju, kan, kalau masalah ini salah pemerintah?” itu bahaya banget. Narasumber bakal merasa digiring. Coba ganti dengan, “Menurut Anda, apa yang jadi faktor utama dalam masalah ini?

  1. Siapkan Probing Questions

Kalau narasumber jawab singkat, kamu bisa menggali lagi pakai pertanyaan lanjutan, misalnya:

  • “Bisa ceritain lebih detail?”
  • “Apa yang membuat Anda mengambil keputusan itu?”

4. Bangun Chemistry Sama Narasumber

Bestie, tahu nggak kalau chemistry antara kamu dan narasumber itu ngaruh banget ke hasil wawancara? Kalau mereka nggak nyaman, mereka bakal jawab seadanya atau malah nutup-nutupin informasi. Duh, rugi banget, kan? Nah Caranya gimana?

  1. Jadi Pendengar yang Baik

Kadang kamu mungkin pengen banget nimbrung atau cerita pengalaman kamu sendiri, tapi tahan dulu. Fokus sama cerita mereka. Tunjukin kalau kamu peduli sama apa yang mereka omongin.

  1. Tunjukkan Empati

Kalau mereka cerita pengalaman sedih atau berat, kasih respon kayak, “Wah, pasti itu berat banget buat Anda, ya.” Ini bikin mereka ngerasa dihargai.

  1. Jaga Sikap Profesional, tapi Tetap Ramah

Jangan terlalu formal sampai bikin mereka tegang, tapi juga jangan kelewat santai sampai mereka nggak respek. Balance itu penting, bestie!

  1. Perhatikan Bahasa Tubuhmu

Jangan sibuk main HP atau kelihatan nggak tertarik. Tatap mata mereka (secukupnya, ya, jangan sampe jadi creepy), anggukkan kepala, atau beri senyuman ringan saat mereka cerita.

  1. Kasih Mereka Waktu Buat Berpikir

Jangan buru-buru motong kalau mereka lagi mikir. Biarkan mereka memilih kata-kata mereka sendiri. Ini bikin jawaban lebih autentik.

5. Tantangan Selama Proses Wawancara

Gini ya, wawancara itu kadang kayak naik rollercoaster. Seru, tapi juga penuh tantangan! Kamu pasti bakal nemu situasi yang nggak sesuai ekspektasi. Jangan panik, yuk bahas apa aja tantangan yang sering muncul dan gimana cara menghadapinya.

  1. Narasumber Nggak Kooperatif

Ini sih lumayan sering kejadian, bestie. Ada aja narasumber yang jawab seadanya atau malah kayak nggak niat cerita. Biasanya ini terjadi karena mereka belum nyaman atau nggak paham tujuan wawancaramu.

Solusi:

  • Mulai dengan ice-breaking. Ajak ngobrol santai dulu, misalnya tanya soal hobi atau kabar mereka hari itu.
  • Jelaskan tujuan wawancaramu. Pastikan mereka ngerti kenapa wawancara ini penting. Contoh, “Ini buat membantu saya memahami bagaimana pengalaman orang-orang seperti Anda dalam topik ini.”
  • Jangan menyerah! Kalau mereka tetap nggak kooperatif, coba tanyakan sesuatu yang lebih relevan dengan kehidupan mereka.
  1. Gangguan Teknis yang Mengganggu Mood

Bayangin lagi asyik wawancara, eh tiba-tiba perekam mati atau internet lemot kalau wawancara via video call. Rasanya pengen jedot kepala, kan?

Solusi:

  • Selalu siapkan alat cadangan. Kalau pakai perekam digital, bawa juga HP buat backup.
  • Kalau wawancara online, pastikan sinyal kamu stabil. Gunakan aplikasi yang familiar dan nggak ribet, kayak Zoom atau Google Meet.
  • Kalau masalah terjadi di tengah wawancara, tetap tenang. Jangan panik, tapi minta izin ke narasumber untuk recheck alat atau koneksi.
  1. Jawaban yang Terlalu Singkat

Kadang, narasumber suka jawab ala kadarnya. Misalnya kamu tanya, “Apa tantangan terbesar Anda saat ini?” dan jawabannya cuma, “Ya, banyak tantangan sih.” Hadeuh, gimana nih?

Solusi:

  • Gunakan probing questions. Misalnya, “Bisa ceritakan lebih detail tantangan seperti apa?”
  • Refleksi jawaban mereka. Contoh, “Oh, banyak tantangan ya? Salah satu yang paling berat apa, nih?
  • Kasih mereka ruang berpikir. Kadang narasumber butuh waktu buat menyusun jawabannya.
  1. Topik Sensitif yang Sulit Dibahas

Kalau topik wawancaramu menyentuh hal-hal pribadi atau sensitif, narasumber bisa jadi canggung atau malah defensif.

Solusi:

  • Pastikan kamu membangun kepercayaan dulu. Jangan langsung to the point, pelan-pelan aja.
  • Jelaskan bahwa mereka bebas untuk tidak menjawab jika merasa nggak nyaman.
  • Gunakan kata-kata yang lembut dan nggak menghakimi.
  1. Waktu yang Terbatas

Kebayang nggak kalau narasumbermu sibuk banget dan waktu wawancara cuma 15 menit? Panik? Jangan!

Solusi:

  • Prioritaskan pertanyaan penting. Susun dari yang paling krusial ke yang tambahan.
  • Kirimkan daftar pertanyaan sebelum wawancara, supaya narasumber punya gambaran.
  • Kalau masih kurang waktu, minta izin untuk follow-up melalui email atau chat.

6. Strategi Dokumentasi Saat Wawancara

Dokumentasi itu penting banget, bestie. Bayangin kamu udah wawancara berjam-jam, tapi lupa nyatet atau perekam nggak nyala. Rasanya? Ambyar! Makanya, pastiin kamu punya strategi dokumentasi yang solid.

  1. Rekaman Audio atau Video Itu Wajib

Kalau nggak direkam, kamu bakal kesulitan nginget semua detail jawaban narasumber.
Tips:

  • Gunakan alat rekam berkualitas, tapi tetap bawa cadangan.
  • Tes dulu alatnya sebelum wawancara dimulai.
  1. Catatan Tertulis sebagai Backup

Meski ada rekaman, bikin catatan manual tetap penting. Catat poin-poin kunci atau momen yang menurutmu menarik.

Tips:

  • Gunakan shorthand atau singkatan biar nggak ribet.
  • Jangan lupa mencatat konteks jawaban.
  1. Dokumentasikan Ekspresi dan Bahasa Tubuh

Khusus buat wawancara tatap muka, ekspresi narasumber bisa jadi insight tambahan, lho. Misalnya, saat mereka terlihat ragu, mungkin ada sesuatu yang mereka sembunyikan.

  1.  Simpan File dengan Rapi

Setelah wawancara selesai, pastikan semua file tersimpan dengan baik.
Tips:

  • Gunakan folder dengan nama jelas (misal: Wawancara_Pak_Ahmad_Tanggal).
  • Backup di cloud storage biar aman.
  1. Transkrip Secepat Mungkin

Setelah wawancara, langsung bikin transkrip selagi ingatanmu masih fresh. Jangan tunda-tunda, ya, karena bisa aja ada detail yang kamu lupa kalau terlalu lama.

7. Analisis Data Hasil Wawancaramu 

Sekarang waktunya masuk ke bagian yang nggak kalah penting: analisis data. Ini nih step yang bakal bikin semua usaha wawancaramu jadi impactful buat penelitian. Jangan sampai data wawancara yang udah kamu kumpulin nganggur gitu aja, ya! Yuk, kita bahas gimana caranya mengolah data wawancara jadi hasil yang berbobot dan sesuai sama tujuan penelitian.

  1. Bikin Transkrip dengan Teliti

Langkah pertama setelah wawancara selesai adalah bikin transkrip. Transkrip ini kayak “naskah mentah” yang berisi semua percakapan selama wawancara, termasuk detail kecil seperti jeda, tawa, atau nada suara tertentu. Kenapa ini penting? Karena kadang, hal-hal kecil kayak nada bicara atau jeda panjang bisa kasih kamu insight tambahan yang nggak tertulis secara eksplisit.

Tips Membuat Transkrip:

  • Dengerin rekaman beberapa kali supaya nggak ada detail yang terlewat.
  • Kalau ada istilah atau frasa yang nggak jelas, tanyain lagi ke narasumber (kalau memungkinkan).
  • Gunakan software transkrip otomatis seperti Otter.ai atau Descript untuk mempercepat proses, tapi pastikan kamu cek ulang manual.
  1. Identifikasi Tema Utama

Setelah transkrip selesai, langkah berikutnya adalah mencari tema utama dari data wawancaramu. Ini kayak “menyaring” informasi yang kamu dapat buat cari tahu pola-pola atau isu yang sering muncul. Misalnya, kalau topik wawancaramu tentang UMKM, tema yang sering muncul bisa aja soal “kendala modal,” “pengaruh digitalisasi,” atau “tantangan branding.”

Langkah-Langkah Identifikasi Tema:

  • Baca Transkrip Secara Menyeluruh: Jangan cuma baca sekilas, tapi coba pahami konteksnya juga.
  • Highlight Hal-Hal Penting: Gunakan stabilo atau fitur highlight di software editing untuk menandai jawaban yang menurutmu penting atau menarik.
  • Catat Pola atau Kata-Kata Kunci: Kalau ada kata atau frasa yang sering muncul, itu bisa jadi clue buat tema utama.
  1. Gunakan Coding untuk Mengorganisir Data

Setelah nemu tema-tema utama, saatnya masuk ke tahap coding. Coding ini bukan soal nge-hack komputer, ya, tapi lebih ke proses memberi label atau kode ke jawaban narasumber berdasarkan tema yang udah kamu tentuin.

Kenapa Coding Penting? Coding bikin data wawancaramu lebih terorganisir, jadi kamu bisa dengan mudah mencari jawaban tertentu saat menganalisis. Misalnya, kalau kamu punya 10 narasumber, coding bisa membantu kamu ngecek semua jawaban terkait “kendala modal” tanpa harus baca transkrip satu per satu.

Cara Melakukan Coding:

  • Tentukan kategori atau tema yang bakal kamu coding, misalnya: KEND-MOD (Kendala Modal), PERS-PAS (Persaingan Pasar).
  • Tandai setiap jawaban yang sesuai dengan kategori itu di transkripmu.
  • Gunakan software seperti NVivo atau MAXQDA untuk coding digital, atau pakai sticky notes kalau kamu lebih suka cara manual.
  1. Hubungkan Data dengan Tujuan Penelitian

Nah, ini bagian yang bikin wawancaramu nggak sekadar ngobrol doang. Pastikan semua data yang kamu analisis relevan sama tujuan penelitian. Kalau tujuan penelitianmu adalah “mengidentifikasi kendala utama yang dihadapi UMKM,” jangan sampai kamu malah fokus bahas soal lokasi usaha mereka, misalnya.

Tips Menghubungkan Data dengan Tujuan Penelitian:

  • Selalu balik ke pertanyaan penelitian utama setiap kali kamu merasa analisisnya “ngalor-ngidul.”
  • Susun data berdasarkan tema yang langsung menjawab tujuan penelitianmu. Misalnya, kalau tujuannya soal kendala UMKM, susun datamu jadi beberapa subkategori seperti “kendala finansial,” “kendala teknis,” atau “kendala pemasaran.”
  • Hindari memasukkan data yang terlalu jauh dari konteks penelitian, kecuali datanya bisa memberikan insight tambahan yang relevan.
  1. Sajikan Data dengan Cara yang Menarik

Last but not least, presentasikan hasil wawancaramu dengan cara yang bikin pembaca atau audiens tertarik. Jangan cuma menuliskan hasilnya dalam bentuk paragraf panjang yang monoton, tapi tambahkan elemen visual atau kutipan menarik dari narasumber.

Cara Menyajikan Data Secara Menarik:

  • Gunakan Tabel atau Diagram: Misalnya, bikin tabel yang merangkum tema utama dari semua narasumber. Atau gunakan diagram lingkaran untuk menunjukkan persentase jawaban tertentu.
  • Tambahkan Kutipan Narasumber: Kutipan langsung bisa bikin pembaca merasa lebih “terhubung” dengan cerita dari narasumbermu.
    • Contoh: “Kami sering kesulitan mendapatkan modal karena proses pengajuannya terlalu rumit.” – Narasumber A
  • Gunakan Infografik: Kalau datanya cukup kompleks, infografik bisa membantu merangkum informasi secara visual dan lebih mudah dipahami.

8. Etika Wawancara

Etika dalam wawancara itu super penting, lho. Bayangin kalau kamu jadi narasumber terus merasa nggak dihargai, pasti nggak nyaman, kan? Nah, sebagai pewawancara yang baik, kamu harus memastikan prosesnya berjalan dengan respect dan penuh tanggung jawab. Yuk, kita bahas poin-poin etika wawancara yang wajib kamu terapin!

  1. Dapatkan Informed Consent (Izin yang Jelas)

Sebelum wawancara dimulai, pastikan narasumber tahu tujuan wawancaramu dan apa yang bakal dilakukan dengan datanya. Jangan asal wawancara tanpa izin, ya!

Tips:

  • Jelaskan tujuan wawancaramu secara jelas, misalnya, “Wawancara ini untuk penelitian saya tentang pengaruh media sosial pada kebiasaan belajar.”
  • Tulis surat persetujuan atau gunakan rekaman untuk dokumentasi bahwa mereka setuju diwawancara.
  1. Jaga Kerahasiaan Narasumber

Narasumbermu berhak atas privasi mereka. Kalau mereka nggak nyaman namanya disebut, kamu wajib menjaga kerahasiaannya.

Tips:

  • Gunakan nama samaran atau inisial saat mempublikasikan data.
  • Pastikan file wawancara tersimpan dengan aman dan nggak bocor ke pihak yang nggak berkepentingan.
  1. Hormati Batasan Narasumber

Kadang, ada pertanyaan yang bikin narasumber nggak nyaman. Jangan maksain mereka untuk jawab, ya!

Tips:

  • Kalau narasumber bilang, “Saya nggak mau bahas itu,” hormati keputusan mereka.
  • Alihkan ke pertanyaan lain yang lebih netral atau relevan.
  1. Jangan Mengarahkan Jawaban

Sebagai pewawancara, tugasmu adalah mendengar, bukan mengarahkan jawaban sesuai ekspektasimu. Ini penting banget supaya data yang kamu dapatkan objektif.

Contoh Salah:
“Kamu pasti merasa berat, ya, waktu menghadapi itu?”
Contoh Benar:
“Bagaimana perasaan Anda saat menghadapi itu?”

  1. Ucapkan Terima Kasih

Setelah wawancara selesai, jangan lupa ucapkan terima kasih ke narasumbermu. Mereka udah meluangkan waktu dan berbagi cerita, jadi kamu harus menunjukkan apresiasi.

Tips:

  • Beri pesan follow-up, misalnya, “Terima kasih banyak atas waktunya. Jawaban Anda sangat membantu penelitian saya.”
  • Kalau memungkinkan, kasih mereka salinan hasil penelitianmu.

9 Teknik Wawancara di Era Digital

Kita hidup di zaman modern, bestie. Jadi, kenapa nggak manfaatin teknologi untuk bikin wawancara lebih praktis? Selain hemat waktu, teknologi juga bikin wawancaramu lebih fleksibel dan efisien.

  1. Wawancara Online Solusi Buat Narasumber Jauh

Kalau narasumbermu tinggal di beda kota atau negara, teknologi kayak Zoom, Google Meet, atau Microsoft Teams bisa jadi penyelamat.

Tips:

  • Kirim undangan meeting jauh-jauh hari. Jangan dadakan!
  • Pastikan kamu paham cara pakai aplikasinya biar nggak bingung pas wawancara.
  1. Gunakan Software untuk Transkrip Otomatis

Ada banyak aplikasi yang bisa bikin transkrip otomatis dari rekaman wawancaramu. Contohnya, Otter.ai, Descript, atau Temi. Ini bikin pekerjaanmu lebih cepat selesai.

Tips:

  • Tetap cek manual hasil transkripnya karena kadang ada kesalahan.
  • Simpan file hasil transkrip di folder khusus biar gampang dicari.
  1. Rekam Wawancara dengan Kualitas Tinggi

Gunakan perangkat perekam digital atau aplikasi di smartphone. Bahkan, sekarang ada mikrofon eksternal yang bisa dihubungkan ke HP untuk hasil suara yang lebih jernih.

Tips:

  • Pilih lokasi yang minim gangguan suara untuk hasil rekaman yang optimal.
  • Cek alat rekam sebelum wawancara dimulai.
  1. Kolaborasi dengan Software Analisis Data Kualitatif

Setelah wawancara selesai, kamu bisa pakai software kayak NVivo atau MAXQDA buat membantu analisis datamu. Ini bikin proses coding dan pengorganisasian tema lebih gampang.

Tips:

  • Pelajari dulu cara kerja softwarenya biar nggak bingung. Banyak tutorial gratis di YouTube!
  • Simpan semua data di satu tempat yang aman, misalnya Google Drive atau hard drive eksternal.
  1. Wawancara Asinkron Buat Alternatif Fleksibel

Kalau jadwal narasumber dan pewawancara nggak ketemu, kamu bisa coba metode wawancara asinkron, misalnya dengan mengirimkan daftar pertanyaan via email atau platform chatting.

Tips:

  • Tetap jelaskan tujuan wawancara dan beri panduan cara menjawab pertanyaan.
  • Tanyakan apakah mereka butuh waktu tambahan untuk menjawab.

Penutup

Gimana, bestie? Udah kebayang kan gimana serunya belajar teknik wawancara dalam penelitian? Mulai dari persiapan, penyusunan pertanyaan, pelaksanaan, sampai analisis datanya, semuanya penting banget buat memastikan hasil penelitianmu bermanfaat dan kredibel. Jadi, next time kamu harus wawancara, nggak perlu panik lagi. Yuk, mulai praktikkan langkah-langkah tadi dan tunjukkan ke dunia kalau kamu peneliti yang profesional tapi tetap santai. Good luck, bestie!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Optimized by Optimole
Scroll to Top