Eh mahasiswa, kamu udah kelar skripsi, kan? Habis jungkir balik nyelesainnya, terus apa dong rencana berikutnya? Kalau jawabannya cuma mau nge-chill sambil nunggu wisuda, duh, sayang banget! Padahal skripsimu tuh bisa banget loh di-upgrade jadi sesuatu yang lebih keren. Yups, jurnal ilmiah! Kenapa penting bikin jurnal dari skripsi? Nih, aku kasih bocoran.Â
Pertama, bikin kamu makin kelihatan smart dan pro di dunia akademik. Kedua, jurnal itu kayak tiket emas buat beasiswa atau lanjut S2. Ketiga, bikin karya kamu nggak berhenti di lemari kampus aja. Seru, kan? Entah itu skripsi akuntansi, proposal skripsi manajemen, atau topik lainnya, semuanya bisa diolah jadi jurnal yang wow!
Gimana, udah mulai tertarik? Yuk, kita bahas bareng-bareng langkah-langkah gampangnya!
1. Bedain Struktur Skripsi dan Jurnal Ilmiah
Oke, sebelum lompat ke proses, kita harus paham dulu nih, perbedaan skripsi sama jurnal ilmiah itu kayak apa. Jangan sampe kamu langsung copy-paste skripsi mentah-mentah ke format jurnal ilmiah, terus bingung kenapa ditolak. Nih aku jelasin apa aja perbedaannya ya biar kamu makin paham.
Kalau skripsi itu biasanya super lengkap, dari latar belakang sampe lampiran data segede gaban, nah jurnal itu justru sebaliknya, cuma ambil intisari pentingnya aja. Misalnya, kamu bikin skripsi akuntansi tentang audit sustainability, di jurnal, kamu cuma perlu fokusin ke hasil temuan dan analisisnya aja. Bagian metode? Singkat banget, pokoknya cuma cukup buat orang ngerti cara kamu dapetin data.
Yang bikin beda juga gaya bahasanya. Skripsi tuh kayak ngobrol sama pembimbing. Bahasanya detail, panjang, kadang too much information. Sementara jurnal itu kayak ngobrol sama pembaca yang sibuk banget, jadi semua harus padet, jelas, dan langsung ke poinnya.
Hmm, gimana cara bikin struktur jurnal ilmiah dari skripsi? Nih, aku kasih tips:
- Pangkas Bagian Pendahuluan. Fokusin ke pertanyaan penelitian dan tujuan aja. Latar belakang panjang banget? Skip!
- Sederhanain Metode. Kalau skripsimu jelasin metode sampe 10 halaman, di jurnal ilmiah cukup 1 paragraf. Serius, sesingkat itu!
- Highlight Temuan Penting. Hasil penelitian yang biasa kamu jabarkan panjang lebar, harus jadi singkat tapi tetep berbobot. Fokusnya tuh harus di temuan utama, bukan cerita proses panjangnya.
- Hapus Lampiran. Di jurnal ilmiah, nggak ada tuh namanya lampiran. Jadi data kamu kayak grafik, tabel, atau data mentah lainnya yang kurang relevan, simpen aja buat arsip pribadi. Nggak usah dimasukin ke jurnal ilmiah yang kamu buat ya. Â
Contoh Kasus
Misalnya kamu bikin skripsi akuntansi soal pengaruh corporate governance terhadap nilai perusahaan. Di skripsi, kamu mungkin bahas teori panjang lebar, metode sampling, sampe analisis statistiknya detail banget. Nah, di jurnal, cukup bahas hasil penelitianmu aja, kayak:
- Apakah corporate governance emang punya pengaruh signifikan?
- Faktor apa yang paling dominan?
- Apa implikasinya buat perusahaan?
2. Pilih Isi/Pembahasan yang Paling “Juicy”
Next step, setelah kamu ngerti perbedaan struktur, sekarang waktunya milih bagian pembahasan yang bakal masuk ke jurnal. Kamu nggak bisa sembarangan masukin semua bagian skripsi ke jurnal, ya. Harus pilih yang paling penting, paling berbobot, dan paling juicy!
Biar kamu ada gambaran, coba deh ambil pembahasan yang punya ciri-ciri kayak berikut:
- Paling Signifikan. Pilih bagian yang bener-bener jawab pertanyaan penelitianmu.
- Berkontribusi ke Ilmu. Misalnya, temuanmu bisa bantu ngembangin teori atau menyelesaikan masalah nyata.
- Relevan Buat Pembaca Jurnal. Jangan lupa, jurnal punya target pembaca spesifik.
Kalau topikmu tentang proposal skripsi manajemen, contohnya tentang strategi pemasaran, kamu bisa fokusin ke:
- Strategi yang terbukti paling efektif.
- Temuan yang beda dari penelitian lain.
- Rekomendasi yang bisa langsung dipake di dunia kerja.
Supaya nggak bingung milih, coba cek lagi skripsimu sambil jawab pertanyaan ini:
- Apa temuan terpenting dari penelitian ini?
- Bagian mana yang bikin pembimbing atau penguji paling antusias waktu sidang?
- Kalau harus ngejelasin penelitian ini cuma dalam 5 menit, apa yang bakal kamu bahas?
Setelah tau jawabannya, kamu udah punya bahan utama buat jurnalmu. Inget ya, jurnal itu bukan buku harian! Jadi, bagian kayak detail revisi skripsi, cerita betapa stresnya nunggu ACC, atau drama laptop rusak, simpen buat obrolan santai aja. Fokus ke pembahasan yang relevan dan akademis.
3. Edit Jurnal Biar Kinclong dan Layak Submit
Oke, sekarang kita masuk ke step yang bikin skripsimu makin kece yakni tahap editing. FYI aja, editing ini penting banget buat nentuin lolos atau nggaknya tulisan kamu. Jangan harap deh tulisan kamu bakal di ACC oleh editor kalau tulisan yang pengen kamu kirim nggak sesuai format.
Biar hasilnya on point, yuk kita poles habis-habisan. Nah ada beberapa hal nih yang perlu kamu cek antara lain:
- Bahasa Akademis. Jangan pake bahasa yang terlalu santai kayak ngobrol di grup kampus. Gunakan bahasa formal, tapi tetep jelas dan nggak bertele-tele.
- Struktur yang Sesuai. Pastiin semua bagian ada dan runtut, dari abstrak sampe daftar pustaka.
- Pemangkasan Isi. Kayak yang udah kita bahas tadi, buang bagian yang nggak relevan.
- Format Sitasi. Tiap jurnal biasanya punya aturan format sitasi sendiri. Pastiin kamu udah ikuti pedomannya, ya!
Biar kamu gampang pahamin, nih aku kasih contoh:
Misalnya, di skripsimu kamu tulis kayak gini: “Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan instrumen berupa kuesioner yang disebarkan kepada 100 responden di lima wilayah. Setelah dilakukan analisis menggunakan SPSS, diperoleh hasil bahwa…”
Di jurnal, kamu cukup tulis: “Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis data menggunakan SPSS. Hasil menunjukkan…” Lihat bedanya? Versi jurnal lebih ringkas dan to the point.
Biar nggak ribet, editing ini nggak selamanya mesti manual. Kamu bisa pake beberapa tools buat bantu editing kayak:
- Grammarly untuk cek grammar dan saran perbaikan bahasa.
- Turnitin, tempat ngecek plagiarisme sebelum submit.
- Mendeley supaya sitasi dan daftar pustaka kamu rapi sesuai format.
Sebelum jurnalnya dikirim, jangan lupa adain proofreading. Pastiin ada orang lain yang bantu ngecek, ya. Bisa temen yang paham topikmu, atau kalau mau lebih profesional, pake jasa proofreading. Kenapa penting? Biar nggak ada typo atau kalimat aneh yang bisa bikin editor cringe.
4. Cari Jurnal yang Cocok
Setelah editing beres, next step adalah find your perfect match! Alias cari jurnal ilmiah yang cocok buat penelitianmu. Nyari jurnal ini bukan berarti asal kirim ke jurnal yang kamu temuin di Google. Tiap jurnal punya fokus dan aturan sendiri. Jadi cari yang betul-betul udah sesuai.
Gimana Cara Pilih Jurnal?
- Cek Bidang Penelitian. Pilih jurnal yang sesuai sama topikmu. Misalnya, skripsi akuntansi bisa masuk ke jurnal-jurnal akuntansi atau keuangan, sementara proposal skripsi manajemen cocoknya ke jurnal bisnis atau manajemen.
- Lihat Reputasi Jurnal. Cari jurnal yang kredibel dan terakreditasi. Kalau bisa, cari yang udah SINTA (nasional) atau Scopus (internasional). Hati-hati jangan sampai kamu submit di jurnal predator.Â
- Perhatiin Pedoman Penulisan. Tiap jurnal punya template dan aturan sendiri. Jadi, baca dulu guidelines-nya sebelum kirim.
Contoh Jurnal untuk Topik Tertentu
- Skripsi Akuntansi. Bisa coba Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia atau Asian Journal of Accounting Research.
- Proposal Skripsi Manajemen. Cek Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia atau Management Science Letters.
Tips Supaya Jurnalmu Diterima
- Kenali Pembaca Jurnal: Jurnal yang kamu pilih biasanya punya pembaca spesifik, jadi pastikan tulisanmu relevan buat mereka.
- Ikuti Template dengan Taat: Jangan coba-coba bikin format sendiri, karena editor bakal langsung nolak.
- Lengkapi Dokumen Pendukung: Kadang, jurnal minta surat pernyataan orisinalitas atau CV singkat penulis. Siapin semuanya, ya!
Kalau jurnal kamu ditolak, jangan sedih, apalagi langsung menyerah. Itu wajar banget, kok! Ambil feedback dari editor, revisi lagi, terus coba kirim ke jurnal lain. Ingat, jurnal yang bagus itu biasanya punya standar tinggi, jadi perlu usaha ekstra buat tembus.
5. Bikin Abstrak yang Bikin Jatuh Cinta
Abstrak itu ibarat etalase buat jurnalmu. Kalau abstrakmu menarik, pembaca (dan editor) bakal penasaran buat baca lebih jauh. Tapi kalau abstraknya biasa aja, jurnalmu bisa lewat gitu aja tanpa dilirik.
Apa yang Harus Ada di Abstrak?
- Latar Belakang Singkat: Kenapa topik ini penting?
- Tujuan Penelitian: Apa yang pengen kamu capai?
- Metode Penelitian: Cara apa yang kamu pake buat dapetin data?
- Hasil Utama: Temuan paling penting dari penelitianmu.
- Kesimpulan: Implikasi atau manfaat dari hasil penelitianmu.
Tips Bikin Abstrak yang Keren
- Singkat Tapi Padat: Maksimal 250 kata, jadi pilih kalimat yang bener-bener penting aja.
- Gunakan Kata Kunci: Pastikan kata kunci utama ada di abstrak biar gampang ditemukan di mesin pencari.
- Jangan Banyak Teori: Fokus ke apa yang kamu lakukan dan temukan.
Contoh Abstrak
Kalau kamu bikin skripsi akuntansi, abstraknya bisa kayak gini:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh corporate governance terhadap nilai perusahaan di Indonesia. Data dikumpulkan dari 50 perusahaan terdaftar selama 5 tahun terakhir. Hasil menunjukkan bahwa aspek transparansi dan akuntabilitas memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan nilai perusahaan. Temuan ini memberikan rekomendasi penting bagi manajer perusahaan dan regulator dalam meningkatkan tata kelola yang berkelanjutan.
Gimana? Jelas, to the point, dan bikin pembaca pengen tau lebih lanjut, kan?
6. Proses Submit Jurnal: Jangan Panik, Bestie!
Setelah semua persiapan selesai—dari editing sampai abstrak udah kinclong, sekarang waktunya kamu masuk ke next level: submit jurnalmu. Kalau kamu baru pertama kali ngadepin proses ini, wajar banget kalau rasanya agak bikin deg-degan. Tapi, tenang aja, aku bakal kasih panduan step by step biar semuanya lancar.
Apa yang Harus Dipersiapkan Sebelum Submit?
1. Artikel Jurnal Final
Pastikan naskahmu udah sesuai template jurnal tujuan. Baca ulang semuanya, dari judul, abstrak, sampai referensi. Jangan lupa cek typo atau kesalahan teknis lainnya. Kalau perlu, minta temenmu bantu proofread biar lebih yakin.
2. Dokumen Pendukung
Setiap jurnal biasanya punya syarat dokumen tambahan, seperti:
- Surat Pernyataan Originalitas: Ini untuk memastikan bahwa artikelmu orisinal dan nggak dikirim ke jurnal lain.
- CV Singkat Penulis: Biasanya jurnal minta kamu melampirkan latar belakang pendidikan atau pengalaman penelitian. Buat CV-nya simpel aja, fokus ke hal yang relevan.
3. Template dan Format Jurnal
Setiap jurnal punya gaya atau aturan penulisan tertentu. Mulai dari margin, jenis font, cara penulisan referensi, hingga format tabel dan gambar. Jangan sampai ada yang terlewat, ya, karena ini bisa jadi alasan editor buat nolak artikelmu langsung di awal.
Proses Submit Jurnal
- Buka Situs Jurnal
Cari menu submit manuscript di situs jurnal yang kamu pilih. Biasanya ada panduan langkah-langkahnya di sana.
- Isi Formulir Online
Kamu bakal diminta mengisi data diri, judul artikel, abstrak, kata kunci, dan beberapa informasi tambahan. Isilah dengan teliti, karena kesalahan kecil aja bisa bikin proses submit jadi lebih lama.
- Upload Naskah dan Dokumen Pendukung
Pastikan semua file sesuai format yang diminta (Word atau PDF). Beberapa jurnal mungkin juga minta kamu upload file gambar, tabel, atau grafik secara terpisah.
- Cek Kembali Semua Data
Sebelum klik tombol submit, double-check semuanya. Jangan buru-buru, karena begitu file terkirim, proses revisi data jadi lebih ribet.
Tips Tambahan
- Gunakan Email Profesional
Kalau emailmu masih pakai nama alay kayak [email protected], buruan bikin yang lebih formal. Email itu jadi salah satu cara editor menilai profesionalitasmu, lho.
- Catat Tanggal Submit
Supaya kamu bisa follow-up kalau proses review-nya lama banget. Biasanya, jurnal akan kasih estimasi waktu, jadi kamu nggak perlu takut dianggap nyebelin kalau follow-up setelah tenggat waktu tersebut.
7. Menghadapi Proses Review: Stay Cool, Bestie!
Setelah submit, biasanya kamu butuh waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan untuk dapat kabar dari editor. Kalau naskahmu lolos tahap awal, bakal masuk ke proses review. Nah, ini tahap krusial karena feedback dari reviewer bisa jadi pembelajaran besar buat kamu.
Jenis Review
1. Minor Revision
Ini kabar baik banget! Berarti naskahmu hampir diterima, cuma butuh revisi kecil. Biasanya perbaikannya berupa pembenahan kalimat, format, atau penambahan referensi.
2. Major Revision
Agak PR sih, tapi jangan patah semangat. Major revision biasanya mencakup perubahan yang lebih mendalam, misalnya metode penelitian, analisis data, atau interpretasi hasil.
3. Rejection
Kalau naskahmu ditolak, jangan langsung down. Baca feedback reviewer, perbaiki naskahmu, dan coba submit ke jurnal lain. Penolakan itu hal biasa, bahkan peneliti senior pun sering ngalamin.
Cara Menjawab Feedback Reviewer
1. Baca Feedback dengan Teliti
Highlight poin-poin yang perlu direvisi, biar kamu nggak kelewat bagian penting.
2. Tulis Respon Profesional
Buat response letter yang menjelaskan revisi apa aja yang udah kamu lakukan. Jangan cuma bilang, “Sudah diperbaiki.” Jelaskan detailnya, misalnya:
- Feedback: “Metode yang digunakan kurang jelas.”
- Jawaban: “Kami telah menambahkan penjelasan lebih rinci tentang metode pengumpulan data pada paragraf kedua di bagian Metode.”
3. Pertahankan Argumenmu (Kalau Perlu)
Kalau ada kritik yang menurutmu kurang relevan, kamu boleh kok mempertahankan argumenmu. Tapi tetap sampaikan dengan sopan dan berbasis bukti ilmiah.
8. Publikasi Jurnal: The Moment of Truth
Kalau naskahmu akhirnya diterima, congrats! Kamu udah berhasil melewati salah satu tantangan besar dalam dunia akademik. Tapi tunggu dulu, perjuanganmu belum selesai. Ada beberapa hal yang perlu kamu lakukan setelah artikelmu terbit.
Langkah Setelah Publikasi
1. Promosikan Artikelmu
Bagikan link atau informasi tentang artikelmu di media sosial, LinkedIn, atau grup akademik. Ini bisa jadi cara buat menarik perhatian calon kolaborator atau pemberi beasiswa.
2. Update Profil Akademik
Masukkan artikelmu ke platform seperti Google Scholar, ResearchGate, atau akun profil akademik di kampus. Dengan begitu, artikelmu lebih mudah ditemukan dan kamu terlihat makin kredibel.
3. Kembangkan Penelitianmu
Jadikan artikel ini sebagai pijakan buat penelitian selanjutnya. Misalnya, kamu bisa eksplorasi aspek lain dari topik yang sama atau memperluas studi ke bidang terkait.
Manfaat Publikasi Jurnal
- Cuan dari Beasiswa
Banyak program beasiswa S2 atau S3 yang kasih poin tambahan kalau kamu punya publikasi ilmiah. - Peluang Karier Akademik
Publikasi ini bisa jadi batu loncatan buat jadi dosen atau peneliti. - Kredibilitas Akademik
Nama kamu bakal lebih dikenal di bidangmu, dan itu bisa membuka peluang baru.
9. Kesalahan Umum yang Harus Kamu Hindari
Bestie, jangan sampai kamu ngulangin kesalahan yang udah sering banget dilakukan mahasiswa lain pas ubah skripsi jadi jurnal ilmiah. Meskipun proses ini terlihat teknis, sebenarnya detail kecil yang sering diabaikan justru bisa bikin naskahmu ditolak. Yuk, kita bahas beberapa kesalahan yang harus banget kamu hindari biar prosesmu lancar!
1. Artikel Kurang Fokus
Jurnal ilmiah itu nggak seperti skripsi yang isinya bisa mencakup banyak aspek dalam satu topik. Artikel jurnal ilmiah harus laser-focused pada satu permasalahan utama atau pertanyaan penelitian. Kalau naskahmu terlalu luas atau bahas banyak hal sekaligus, editor bakal bingung menentukan apa poin utama dari tulisanmu. Jadi, sebelum submit, pastikan kamu udah menyaring ide-ide yang benar-benar relevan.
2. Abaikan Pedoman Jurnal
Setiap jurnal ilmiah punya pedoman penulisan yang sangat spesifik, mulai dari margin, format sitasi, cara menyajikan tabel dan gambar, hingga gaya penulisan. Kalau kamu nggak ngikutin pedoman itu, editor bisa aja langsung nolak artikelmu tanpa membaca isinya. Ini tuh ibarat kamu daftar kerja tapi nggak ngikutin format CV yang diminta. Jadi, jangan males baca dan pahami author guidelines sebelum submit, ya!
3. Plagiarisme
Plagiarisme adalah dosa besar di dunia akademik. Nggak cuma merusak reputasi, tapi juga bisa bikin kamu kehilangan peluang publikasi. Selalu cek naskahmu menggunakan alat pendeteksi plagiarisme seperti Turnitin atau software serupa. Selain itu, pastikan semua ide atau kutipan yang kamu ambil dari penelitian lain dicantumkan sumbernya secara jelas.
4. Data yang Tidak Konsisten
Ini sering banget terjadi, terutama kalau kamu buru-buru revisi dari skripsi ke jurnal ilmiah. Misalnya, data yang ada di tabel nggak sesuai dengan yang dijelaskan di teks, atau grafik yang nggak mencerminkan hasil analisis. Hal ini bisa bikin reviewer mempertanyakan validitas penelitianmu. Sebelum submit, luangkan waktu untuk mengecek semua elemen data biar semuanya konsisten dan mendukung argumen utama artikelmu.
Hindari kesalahan-kesalahan ini, dan jurnal ilmiah mu punya peluang besar untuk diterima, bestie!
Penutup
Gimana, bestie? Udah lebih siap buat ubah skripsi jadi jurnal ilmiah? Memang prosesnya kelihatan ribet, mudah bagi mereka yang udah paham, dan susah bagi mereka yang belum. Tapi tenang aja, melalui 9 rahasia yang udah aku sampaikan tadi, semoga saja bisa membantu kamu ya dalam membuat jurnal ilmiah.
Ingat, publikasi jurnal ilmiah itu bukan cuma buat nambahin poin di CV, tapi juga sebagai bentuk kontribusi nyata kamu buat dunia akademik. Apalagi kalau kamu pengen jado dosen, weits wajib banget hukumnya kamu paham cara buat jurnal ilmiah. Jadi, jangan cepat nyerah ya! Dengan tekad dan usaha, kamu bisa mewujudkan impian jadi peneliti hebat. Semangat!