1. Home
  2. »
  3. Penelitian
  4. »
  5. 9 Panduan Lengkap Nyusun Batasa Masalah Penelitian

9 Panduan Lengkap Nyusun Batasa Masalah Penelitian

batasan masalah

Pernah nggak sih, kamu kebingungan saat menyusun skripsi gara-gara terlalu banyak aspek yang pengen dibahas? Atau mungkin kamu merasa penelitianmu nggak fokus dan jadi melebar ke mana-mana? Nah, itu tandanya kamu butuh paham banget tentang batasan masalah penelitian! Artikel ini bakal kasih panduan lengkap buat kamu yang lagi struggling sama yang namanya “batasan masalah”. Yuk, kita bahas bareng-bareng!

1. Definisi Batasan Masalah dalam Penelitian

Batasan masalah penelitian itu apa sih? Kalau diibaratkan, batasan masalah adalah “pagar” yang kamu buat biar penelitianmu nggak keluar jalur. Dalam skripsi, batasan masalah ini penting banget karena membantu kamu menentukan ruang lingkup penelitian. Contohnya, kamu pengen bahas “pengaruh media sosial terhadap prestasi akademik mahasiswa”. Kalau nggak dibatasi, kamu bisa saja bahas semua media sosial, semua jenis mahasiswa, dan semua aspek prestasi akademik. Kebayang ribetnya, kan? Jadi, dengan adanya batasan, kamu fokus, terarah, dan nggak buang-buang waktu.

Batasan ini juga bikin pembaca lebih ngerti penelitianmu. Kamu bisa realistis soal sumber daya, waktu, dan kemampuanmu sendiri. Karena, jujur aja, mahasiswa tuh punya keterbatasan. Nggak mungkin kan, kamu bahas seluruh dunia dalam satu penelitian? Terakhir, batasan masalah ini bikin kamu terlihat lebih profesional. Pembimbing atau dosen penguji bakal respect sama kamu karena kelihatan kalau kamu udah ngerti gimana cara bikin penelitian yang terstruktur dan efektif.

2. Kriteria Menyusun Batasan Masalah yang Baik

Nah, biar batasan masalah penelitianmu nggak asal-asalan, ada beberapa kriteria yang harus kamu perhatiin. Yuk, kita bahas satu per satu:

  1. Spesifik dan Terukur

Batasan masalah harus jelas dan nggak ngambang. Misalnya, kalau kamu bilang “mahasiswa”, itu terlalu umum. Lebih baik spesifikin jadi “mahasiswa Fakultas Ekonomi angkatan 2022 Universitas X”. Semakin spesifik, semakin gampang buat kamu ngejalanin penelitian.

  1. Relevan dengan Topik Penelitian

Batasanmu harus nyambung sama topik yang kamu pilih. Jangan sampai kamu bahas hal-hal yang nggak ada kaitannya. Kalau topikmu soal pengaruh media sosial, nggak perlu bahas pola makan mahasiswa, kecuali memang ada hubungannya.

  1. Dapat Dilaksanakan dalam Waktu yang Ditentukan

Sebagai mahasiswa, waktu adalah segalanya. Pilih batasan yang sesuai sama timeline yang kamu punya. Kalau cuma 6 bulan, ya jangan pilih topik yang butuh data bertahun-tahun.

  1. Sesuai dengan Sumber Daya yang Tersedia

Kamu harus realistis. Kalau kamu cuma punya akses ke mahasiswa di kampusmu, ya jangan bahas mahasiswa seluruh Indonesia. Selain ribet, hasilnya juga jadi nggak optimal.

  1. Sesuai dengan Kapasitas Peneliti

Terakhir, batasan harus sesuai sama kemampuan kamu. Kalau kamu masih baru belajar tentang statistik, nggak usah langsung bikin penelitian yang butuh analisis data super rumit. Pilih yang doable!

3. Komponen Utama Batasan Masalah Penelitian

Batasan masalah itu nggak cuma sekadar ‘ngasih batas’. Ada komponen-komponen penting yang harus kamu cantumkan. Apa aja sih? Yuk, simak!

  1. Batasan Variabel Penelitian

Variabel itu elemen yang kamu teliti. Misalnya, kalau topikmu “pengaruh stres kerja terhadap produktivitas”, variabelnya adalah stres kerja (variabel bebas) dan produktivitas (variabel terikat).

  1. Batasan Subjek atau Responden

Ini tentang siapa yang jadi objek penelitianmu. Apakah mahasiswa, karyawan, ibu rumah tangga, atau lainnya? Jangan lupa spesifikin kelompoknya, ya.

  1. Batasan Waktu Penelitian

Waktu penelitian juga penting buat dicantumkan. Misalnya, penelitian dilakukan selama semester ganjil 2023/2024. Ini bikin penelitianmu lebih fokus dan nggak ngalor-ngidul.

  1. Batasan Lokasi Penelitian

Lokasi itu bisa berupa kampus, kantor, atau wilayah tertentu. Dengan batasan ini, kamu nggak perlu ngumpulin data dari seluruh dunia, cukup sesuai sama lokasimu.

  1. Batasan Metodologi

Metodologi juga harus dibatasi. Misalnya, kamu mau pakai metode kuantitatif dengan teknik survei. Jangan sampai nanti ada yang nanya, “Kenapa nggak pakai metode lain?” Padahal itu udah di luar batasanmu.

4. Langkah-Langkah Praktis Menyusun Batasan Masalah

Nah, kalau kamu mau bikin batasan masalah yang kece, ada beberapa langkah yang wajib banget kamu ikutin. Jangan skip ya, karena ini tuh ibarat resep rahasia biar penelitian kamu nggak berantakan.

  1. Identifikasi Masalah Utama

Oke, step pertama nih, kamu harus tahu dulu masalah utamanya apa. Jangan buru-buru lompat ke hal detail kalau akar masalahnya aja belum jelas. Contohnya, kalau kamu mau bahas soal pengaruh media sosial ke prestasi mahasiswa, tanya dulu: masalah utamanya apa? Apakah karena mereka jadi over scrolling sampai lupa belajar? Atau malah ada sisi positifnya kayak saling berbagi info soal tugas? Kalau udah tahu, baru deh kamu bisa fokus.

  1. Tentukan Variabel Penelitian

Next, variabel nih! Ini tuh elemen penting yang bakal kamu teliti. Ada dua jenis variabel yang harus kamu tentuin:

  • Variabel Bebas: Hal yang memengaruhi, misalnya durasi pemakaian Instagram.
  • Variabel Terikat: Hal yang dipengaruhi, kayak nilai akademik mahasiswa.

Jadi, kamu harus bener-bener paham nih, apa yang pengen kamu ukur. Jangan sampai ngaco ya, nanti pembimbing bisa geleng-geleng kepala.

  1. Pilih Subjek Penelitian

Ini soal who, alias siapa yang bakal jadi responden kamu. Subjek penelitian tuh penting banget, bestie. Kamu harus spesifikin banget. Misalnya, “mahasiswa Fakultas Teknik angkatan 2020 Universitas Z.” Jangan cuma bilang “mahasiswa” doang, itu mah terlalu luas. Bisa-bisa kamu harus wawancara sejuta orang. Capek nggak sih?

  1. Tetapkan Waktu Penelitian

Waktu juga nggak kalah penting, lho. Kamu harus tentuin periode penelitian biar fokus. Contoh, “Penelitian ini dilakukan selama semester genap tahun ajaran 2023/2024.” Dengan gitu, kamu nggak usah pusing nyari data di luar waktu itu.

  1. Tentukan Lokasi Penelitian

Terakhir, lokasi! Iya, penting banget buat kamu spesifikin di mana penelitianmu bakal dilakukan. Misalnya, kamu ambil data dari Universitas X aja, nggak perlu seluruh Indonesia. Ingat, makin jelas lokasinya, makin gampang juga kamu ngelakuin penelitian.

Gimana, gampang banget kan? Kalau ini udah kamu lakuin, batasan masalahmu pasti langsung on point!

5. Contoh Batasan Masalah yang Kece Buat Inspirasi

Teori aja kadang bikin bingung, jadi yuk kita bahas contoh nyata biar lebih kebayang.

  1. Contoh Batasan Masalah

Topik: “Pengaruh Stres Kerja terhadap Produktivitas Karyawan.”
Batasan Masalah: “Penelitian ini dibatasi pada stres kerja yang disebabkan oleh beban kerja dan konflik peran pada karyawan tetap divisi produksi PT XYZ. Data diambil selama periode Januari-Juni 2024, dengan fokus pada produktivitas yang diukur melalui output harian karyawan.

Tuh kan, simpel tapi jelas. Kamu juga bisa bikin kayak gitu sesuai topik skripsimu.

  1. Tips Anti Ribet Biar Nggak Overthinking

Nah, kalau kamu tipe overthinking yang suka bingung sendiri (aduh, siapa nih yang suka ngalamin?), aku kasih tips deh biar bikin batasan masalah jadi lebih gampang:

  1. Fokus ke Masalah Inti. Jangan bahas yang nggak perlu. Serius, kalau masalah utamanya udah jelas, tinggal ikutin aja.
  2. Sesuaikan Sama Waktu Kamu. Kalau deadline skripsi tinggal 6 bulan lagi, ya jangan ambil topik yang butuh 2 tahun buat selesai. Sayangi waktu tidur kamu, bestie.
  3. Konsultasi Sama Dosen Pembimbing. Kadang kita butuh validasi, ya kan? Nah, konsultasi tuh penting biar kamu yakin kalau batasan masalahmu udah sesuai.
  4. Keep It Realistic. Jangan berusaha terlalu ambisius. Kamu masih mahasiswa, bukan Superman. Bikin batasan masalah yang doable aja.

6. Kesalahan Umum dalam Membuat Batasan Masalah

Tahu nggak sih, bikin batasan masalah itu gampang-gampang susah. Ada beberapa jebakan yang sering banget bikin mahasiswa salah langkah. Tapi tenang aja, aku bakal spill semua kesalahan itu, biar kamu nggak ikut-ikutan salah.

  1. Batasan Terlalu Luas

Ini tuh kesalahan nomor satu yang sering banget kejadian. Kamu bikin batasan masalah, tapi kayak nggak ada batasannya. Contoh:  “Penelitian ini membahas pengaruh media sosial terhadap kehidupan masyarakat.” Seriusan? Itu mah luas banget, bestie. Mau bahas kehidupan masyarakat yang mana? Anak sekolah? Mahasiswa? Karyawan? Atau mungkin semua orang di planet ini? Kalau kayak gini, kamu bakal kewalahan nyari data.

Cara Menghindari:

Spesifikin, dong! Misalnya: “Penelitian ini membahas pengaruh TikTok terhadap prestasi akademik mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2021 Universitas X selama semester genap 2023/2024.”  Tuh kan, langsung lebih fokus dan manageable.

  1. Nggak Relevan dengan Rumusan Masalah

Kadang nih, batasan masalah yang kamu buat tuh kayak nggak nyambung sama rumusan masalahnya. Contohnya, kalau rumusan masalahmu soal efektivitas metode pembelajaran daring, eh tiba-tiba batasannya bahas media sosial. Aduh, itu namanya udah ngelantur jauh.

Cara Menghindari: Selalu cocokin batasan masalahmu sama rumusan masalah. Pikirin ini: apa batasan yang kamu buat benar-benar ngebantu menjawab pertanyaan penelitian? Kalau nggak, ya buang aja, nggak usah maksa.

  1. Inkonsistensi Data dan Batasan

Kesalahan berikutnya, kamu bikin batasan masalah tapi data yang kamu kumpulin malah melebar ke mana-mana. Ini tuh kayak pesan es kopi tapi dapet teh manis. Nggak nyambung, kan?

Cara Menghindari: Patuhi batasan yang udah kamu buat. Kalau kamu bilang penelitian cuma bahas mahasiswa angkatan 2021, ya jangan tiba-tiba wawancara angkatan lain. Konsistensi itu penting banget, bestie.

  1. Terlalu Ambisius

Kadang, saking semangatnya, kamu pengen bahas semua hal dalam satu skripsi. Hasilnya? Overload! Skripsi jadi berantakan, dan kamu pun jadi stress sendiri.

Cara Menghindari: Keep it simple. Fokus aja ke satu masalah utama yang bisa kamu selesaikan dalam waktu yang udah ditentukan. Jangan lupa, skripsi tuh ibarat pintu awal menuju penelitian lanjutan. Kamu nggak perlu menyelamatkan dunia dengan satu penelitian.

7. Tips Menentukan Batasan Masalah 

Udah tahu kan kesalahan umumnya? Sekarang aku bakal kasih tips biar batasan masalahmu nggak cuma oke, tapi juga bikin pembimbing puas.

  1. Diskusi Sama Teman

Kadang, insight dari teman itu ngebantu banget, lho. Sharing aja topik dan batasan yang kamu buat. Siapa tahu mereka bisa kasih feedback yang nggak kepikiran sebelumnya.

  1. Gunakan Kerangka Logis

Sebelum nulis batasan masalah, bikin dulu kerangka logisnya. Pikirin alur: dari masalah, variabel, subjek, waktu, sampai lokasi. Kalau alurnya masuk akal, baru deh dituangkan dalam tulisan.

  1. Pakai Bahasa yang Jelas

Batasan masalah tuh nggak perlu ribet-ribet bahasanya. Yang penting jelas dan nggak ambigu. Bayangin dosen kamu baca, terus langsung ngerti tanpa harus mikir keras.

  1. Minta Feedback Cepat

Jangan nunggu semua selesai baru konsultasi. Minta feedback dosen dari awal, biar kamu nggak salah jalan.

8. Hubungan Batasan Masalah dengan Komponen Penelitian

  1. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

Batasan masalah itu harus banget klop sama rumusan masalah. Analoginya, rumusan masalah tuh kayak pertanyaan ujian, sedangkan batasan masalah itu batasan soal yang boleh kamu jawab. Jadi kalau nggak nyambung, kamu kayak ngejawab soal yang nggak ditanya.

Contoh:

Rumusan Masalah: “Bagaimana pengaruh penggunaan aplikasi belajar daring terhadap prestasi akademik siswa SMA X?”

Batasan Masalah: “Penelitian ini hanya membahas aplikasi belajar daring yang populer di kalangan siswa SMA X selama semester genap 2023/2024.”

See? Nyambung banget, kan? Kalau rumusan masalahnya bilang “prestasi akademik,” jangan tiba-tiba batasannya malah ngomongin tingkat kebahagiaan siswa. Itu mah plot twist, bukan penelitian.

  1. Tujuan Penelitian dan Batasan Masalah

Tujuan penelitian tuh hasil akhir yang pengen kamu capai, sedangkan batasan masalah adalah wilayah kerja kamu. Keduanya harus berjalan barengan. Kalau tujuanmu buat “menganalisis,” batasan masalah harus fokus ke data yang mendukung analisis itu.

Contoh:

Tujuan: “Menganalisis hubungan antara durasi penggunaan aplikasi belajar daring dengan prestasi akademik siswa SMA X.”

Batasan Masalah: “Penelitian ini dibatasi pada aplikasi belajar daring A dan B yang digunakan oleh siswa kelas XI SMA X selama semester genap 2023/2024.”

Nggak perlu terlalu luas. Cukup aplikasi A dan B aja yang kamu bahas. Jangan semua aplikasi, nanti kamu yang ribet sendiri.

  1. Metode Penelitian dan Batasan Masalah

Batasan masalah juga harus nyambung sama metode penelitian yang kamu pakai. Kalau metode kamu survei, ya batasan masalah harus realistis sesuai dengan jumlah responden yang bisa kamu handle. Jangan bikin batasan yang butuh wawancara 10.000 orang kalau kamu cuma punya waktu sebulan.

Contoh:

Metode Penelitian: “Survei kuantitatif menggunakan kuesioner online.”

Batasan Masalah: “Penelitian ini hanya mencakup siswa SMA X yang aktif menggunakan aplikasi belajar daring A dan B, dengan total responden maksimal 200 orang.”

Realistis, kan? Jadi kamu nggak perlu pusing nyari responden sampai ke kota sebelah.

  1. Hipotesis dan Batasan Masalah

Kalau penelitianmu pakai hipotesis, pastiin hipotesisnya sesuai sama batasan masalah. Jangan sampai hipotesis kamu bilang “semua aplikasi belajar itu efektif,” tapi batasan masalahnya cuma bahas dua aplikasi. Itu namanya nggak sinkron, bestie.

Contoh:

Hipotesis: “Ada pengaruh signifikan antara durasi penggunaan aplikasi belajar daring A dan B terhadap prestasi akademik siswa SMA X.”

Batasan Masalah: “Penelitian ini hanya membahas aplikasi belajar daring A dan B yang digunakan oleh siswa kelas XI SMA X selama semester genap 2023/2024.”

Tuh, nyambung kan? Jadi, semua yang kamu tulis bakal punya benang merah yang jelas.

9. Checklist Batasan Masalah yang Kece

Biar nggak lupa, nih aku kasih cheat sheet singkat buat ngecek apakah batasan masalahmu udah oke atau belum:

  1. Nyambung Sama Rumusan Masalah. Cek lagi, apakah batasannya membantu menjawab pertanyaan utama penelitian?
  2. Spesifik. Jangan luas-luas, cukup fokus ke satu titik.
  3. Realistis. Apakah batasanmu doable dengan waktu, tenaga, dan sumber daya yang kamu punya?
  4. Konsisten. Apakah semuanya sinkron dari awal sampai akhir?
  5. Mudah Dipahami. Bahasa yang jelas dan nggak bikin bingung.

Sekarang waktunya kamu praktikkin, bestie! Kalau kamu lagi dalam proses nulis skripsi, cobain langkah-langkah berikut ini:

  1. Review Rumusan Masalah. Pastikan pertanyaan penelitianmu jelas dulu.
  2. Susun Draft Batasan Masalah. Jangan terlalu mikirin sempurna, yang penting ada dulu.
  3. Minta Masukan. Diskusi sama teman atau dosen pembimbing biar dapat perspektif baru.
  4. Perbaiki dan Finalisasi. Setelah dapet feedback, tinggal kamu tweak sesuai arahan.

Penutup

Bestie, bikin skripsi emang nggak gampang, tapi juga nggak mustahil kok! Batasan masalah yang baik itu kayak kompas yang bakal nuntun penelitianmu sampai selesai. Jangan takut salah atau merasa nggak cukup, yang penting terus belajar dan perbaiki. Skripsi ini cuma satu langkah kecil menuju masa depan kamu yang gemilang. Kalau kamu udah sampai sini, berarti kamu serius banget mau ngerjain skripsi dengan baik Good luck, dan semoga skripsimu lancar!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Optimized by Optimole
Scroll to Top