1. Home
  2. »
  3. Uncategorized
  4. »
  5. 6 Perbedaan Lengkap Skripsi dan Jurnal yang Harus Kamu Tahu

6 Perbedaan Lengkap Skripsi dan Jurnal yang Harus Kamu Tahu

Skripsi dan Jurnal

Nah, pernah nggak sih kamu bingung, apa sih bedanya skripsi dan jurnal? Kok dosen bilang jurnal itu lebih singkat, sedangkan skripsi panjangnya ampun-ampunan? Tapi dua-duanya kok sama-sama ilmiah? Terus kalau sudah ngerjain skripsi, apa masih harus bikin jurnal? Hayo, bingung nggak? Tenang aja, kalian nggak sendirian kok.

Buat para mahasiswa tingkat akhir, istilah “skripsi dan jurnal” pasti sering banget muncul di obrolan sehari-hari. Apalagi pas lagi ngerjain tugas akhir, dua dokumen ini bakal jadi makanan sehari-hari. Kalau ditanya soal perbedaan skripsi dan jurnal, skripsi sendiri merupakan syarat kelulusan bagi mahasiswa yang wajib dikerjakan, sementara jurnal tidak, namun sering kali diminta kalau kamu mau publikasi atau ikut seminar.

Teruntuk kamu yang masih bingun dan pengen nambah wawasan lebih dalam seputar perbedaan skripsi dan jurnal, artikel ini cocok banget buat kamu wahai mahasiswa untuk dijadikan sebagai pedoman tugas akhirmu biar tugas-tugas kalian makin mulus. Yuk, kita mulai bahas satu per satu biar makin paham! 

1. Definisi dan Struktur Skripsi

Pernah gak sih, kamu bertanya-tanya apa sih skripsi dan jurnal itu? Sebenarnya bestie, secara sederhana, skripsi adalah karya tulis ilmiah yang harus disusun mahasiswa sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Jadi, bisa dibilang, ini adalah tiket kamu buat wisuda dan mendapatkan gelar sarjana, kalau tidak ngerjain ya kamu bakal lama buat lulusnya. Tapi tenang, skripsi bukan monster yang gak bisa dikalahkan kok, asal tahu tips dan triknya.

Buat kamu yang lagi deg-degan ngebayangin halaman skripsi yang tebalnya setebal dosa-dosamu hehe, yuk kita bongkar strukturnya biar lebih gampang dipahami biar tugas akhirmu cepat kelar:

  1. Halaman Sampul. Ini halaman depan yang berisi judul, nama penulis, nama universitas, dan tahun penyusunan. Intinya sih, kayak “cover” bukunya.
  2. Abstrak. Abstrak itu kayak trailer film. Singkat, padat, tapi bikin orang penasaran. Di sini, kamu kasih gambaran singkat tentang penelitian, mulai dari latar belakang, tujuan, metodologi, sampai hasil penelitian.
  3. Bab I: Pendahuluan. Bagian ini ibarat pembukaan cerita. Kamu bakal nulis latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan masalah.
  4. Bab II: Tinjauan Pustaka. Nah, ini nih tempatnya teori beraksi! Semua konsep, teori, dan penelitian sebelumnya yang mendukung skripsi kamu bakal dikupas tuntas di sini. Makanya, daftar pustaka skripsi harus kredibel dan terkini.
  5. Bab III: Metode Penelitian. Di bagian ini, kamu bakal ngejelasin metode apa yang dipakai buat penelitian. Misalnya, kualitatif, kuantitatif, atau gabungan keduanya.
  6. Bab IV: Hasil dan Pembahasan. Ini kayak klimaksnya cerita. Di sini kamu  tunjukin hasil penelitian dan diskusiin maknanya. Apakah sesuai sama teori? Atau ada temuan baru yang menarik?
  7. Bab V: Penutup. Di bagian penutup, kamu kasih kesimpulan dari hasil penelitian. Jangan lupa tambahin saran biar penelitian kamu bisa dikembangin lebih jauh.
  8. Daftar Pustaka. Ini adalah daftar semua referensi yang kamu gunakan. Jangan sampai kelupaan, ya, karena daftar pustaka skripsi adalah syarat wajib biar skripsi kamu dianggap valid dan ilmiah.

Gimana, udah pahamkan struktur dari skripsi sendiri, selanjutnya jangan ditunda lagi ya pengerjaan skripsinya!

2. Definisi dan Karakteristik Jurnal

Nah, kalau sebelumnya kita udah bahas struktur dari skripsi itu sendiri seperti makanan berat yang bikin perut kenyang, sekarang kita akan beda struktur dari jurnal itu sendiri. Jadi bestie, jurnal itu bisa dibilang cemilan yang lebih praktis tapi tetap bergizi. Nah, jurnal adalah artikel ilmiah yang ditulis oleh para peneliti atau akademisi untuk menyebarluaskan hasil penelitian mereka. Biasanya, jurnal diterbitkan secara berkala dan bisa diakses oleh publik.

Nah, biar makin paham perbedaan skripsi dan jurnal, mari kita bahas soal definisi dan karakteristik yang dimiliki oleh jurnal, yang mana setelah ini aku yakin deh kamu udah bisa bedain antara skripsi dan jurnal. Berikut ini penjelasan definisi dan karakteristik yang dimiliki jurnal yaitu:

  1. Tujuan. Kalau skripsi buat dapetin gelar sarjana, jurnal lebih ke publikasi ilmiah. Fungsinya buat memperkenalkan hasil penelitian ke dunia akademik yang lebih luas.
  2. Struktur yang Simpel. Struktur jurnal lebih sederhana dibandingkan skripsi. Biasanya terdiri dari:
    • Judul
    • Nama penulis dan afiliasi
    • Abstrak
    • Pendahuluan
    • Metode penelitian
    • Hasil dan pembahasan
    • Kesimpulan
    • Daftar pustaka
  3. Proses Peer-Review. Jadi, sebelum jurnal diterbitkan, artikel kamu bakal direview oleh para ahli di bidang yang sama. Proses ini memastikan kalau penelitian yang dipublikasikan memang berkualitas.
  4. Ukuran Lebih Ringkas. Jurnal itu lebih singkat dibandingkan skripsi. Kalau skripsi bisa sampai ratusan halaman, jurnal biasanya cuma belasan halaman.
  5. Publikasi Berkala. Jurnal diterbitkan secara berkala, misalnya setiap bulan atau setiap tahun, dan bisa diakses oleh publik.

3. Perbedaan Utama Antara Skripsi dan Jurnal: Penjelasan Lengkap

Kalau kamu masih bingung membedakan antara skripsi dan jurnal, tenang bestie, kamu enggak usah khawatir, sini aku jelain lebih jauh lagi biar makin paham. Yuk, kita bahas satu per satu perbedaannya dengan detail! apa aja perbedaan yang dimiliki skripsi dan jurnal!

  1. Tujuan Pembuatan. Tujuan ini jadi perbedaan paling mendasar antara skripsi dan jurnal.
  • Skripsi. Skripsi dibuat untuk memenuhi syarat kelulusan mahasiswa di tingkat sarjana (S1). Artinya, skripsi adalah tugas akhir yang wajib dilakukan kalau kamu pengen dapet gelar sarjana. Proses penyusunannya juga diawasi oleh dosen pembimbing, sehingga memastikan hasil karya ini sesuai dengan standar akademik universitas.
  • Jurnal. Artikel jurnal adalah sarana untuk menyebarkan hasil penelitian kamu ke komunitas akademik yang lebih luas. Jadi, jurnal itu semacam “panggung” untuk menunjukkan temuanmu, yang bisa diakses oleh para akademisi, mahasiswa, atau bahkan masyarakat umum. Kalau skripsi sifatnya internal (khusus untuk kampus), jurnal lebih universal.
  1. Lingkup Penulisan. Kalau bicara lingkup, skripsi dan jurnal punya pendekatan yang berbeda dalam menyampaikan isi penelitian.
  • Skripsi. Lingkup skripsi biasanya lebih luas karena mencakup semua aspek penelitian, mulai dari teori dasar, metodologi yang digunakan, pengumpulan data, analisis mendalam, hingga kesimpulan dan saran
  • Jurnal. Sebaliknya, jurnal lebih fokus dan ringkas. Lingkupnya terbatas pada poin-poin penting saja. Cukup fokus pada temuan utama penelitianmu. Tujuannya adalah agar pembaca bisa langsung memahami inti penelitian tanpa harus membaca detail teknis yang panjang.
  1. Proses Penyusunan. Proses penyusunan skripsi dan jurnal juga punya perbedaan signifikan.
  • Skripsi. Kamu nggak akan sendirian dalam menyusun skripsi. Ada dosen pembimbing yang akan membimbingmu mulai dari menentukan topik, membuat proposal, melakukan penelitian, hingga menyelesaikan tulisan. Selain itu, proses bimbingan ini juga bertujuan memastikan bahwa karya tulismu sesuai dengan pedoman universitas.
  • Jurnal. Dalam menulis jurnal, prosesnya cenderung lebih mandiri. Biasanya, artikel jurnal ditulis berdasarkan penelitian yang sudah selesai (contohnya dari skripsi atau tesis). Penulis perlu merangkum penelitian tersebut dengan bahasa yang lebih padat dan langsung ke intinya, tanpa bimbingan seperti dalam skripsi. 
  1. Struktur Dokumen. Struktur skripsi dan jurnal juga jauh berbeda, lho!
  • Skripsi. Struktur skripsi biasanya panjang dan terdiri dari beberapa bab, mulai dari halaman sampul, daftar isi, pendahuluan, landasan teori, metodologi, hasil penelitian, hingga kesimpulan. Bahkan ada lampiran-lampiran yang ikut dilampirkan, seperti data mentah atau dokumen pendukung lainnya.
  • Jurnal. Di sisi lain, jurnal jauh lebih ringkas. Struktur jurnal biasanya hanya terdiri dari beberapa bagian inti, seperti abstrak, pendahuluan, metodologi, hasil, pembahasan, dan kesimpulan. Lampiran biasanya tidak disertakan dalam jurnal, karena jurnal lebih berorientasi pada efisiensi informasi.
  1. Publikasi dan Aksesibilitas. Soal publikasi, skripsi dan jurnal juga punya nasib yang berbeda setelah selesai ditulis.
  • Skripsi. Setelah skripsi selesai dan dinyatakan lulus, biasanya dokumen ini akan disimpan di perpustakaan universitas. Akses ke skripsi pun terbatas hanya untuk mahasiswa atau dosen di universitas tersebut. Jadi, skripsi jarang dibaca oleh orang di luar kampusmu.
  • Jurnal. Berbeda dengan skripsi, jurnal dipublikasikan di platform ilmiah seperti website jurnal, repository kampus, atau database internasional. Artinya, siapa saja di dunia ini bisa mengakses artikel jurnalmu, terutama kalau jurnalmu diterbitkan dalam bahasa Inggris. 
  1. Jumlah Halaman. Pernah dengar skripsi yang sampai ratusan halaman? Nah, ini salah satu perbedaannya!
  • Skripsi. Karena mencakup seluruh proses penelitian, skripsi biasanya memiliki jumlah halaman yang jauh lebih banyak, yaitu sekitar 80-150 halaman. Banyaknya halaman ini juga dipengaruhi oleh bab-bab yang lengkap, seperti pendahuluan, landasan teori, dan metodologi.
  • Jurnal. Sebaliknya, jurnal jauh lebih pendek, biasanya hanya sekitar 10-20 halaman saja. Artikel jurnal lebih fokus pada temuan utama, jadi bagian-bagian seperti teori dasar atau ulasan literatur yang panjang tidak dimasukkan secara detail.
  1. Bahasa yang Digunakan. Bahasa juga menjadi faktor pembeda antara skripsi dan jurnal.
  • Skripsi. Bahasa dalam skripsi cenderung lebih formal dan detail. Penulisannya mengikuti pedoman akademik universitas masing-masing, sehingga kadang terasa lebih kaku. Tujuan bahasa ini adalah memastikan bahwa semua pembaca bisa memahami isi skripsi tanpa ambigu.
  • Jurnal. Bahasa dalam jurnal tetap formal, tapi lebih efisien dan to the point. Karena jurnal sering kali ditulis untuk pembaca global, artikel ini biasanya menggunakan bahasa Inggris dengan gaya yang lebih ringkas namun tetap jelas. Gaya penulisan jurnal bertujuan agar pembaca mendapatkan informasi inti tanpa membuang waktu.

Gimana dengan penjelasan yang aku berikan, bisa kamu pahami kan? pada Intinya antara skripsi dan jurnal itu sama-sama karya tulis ilmiah, namun tentu ada perbedaan yang melekat diantara keduanya. Kalau skripsi sendiri di ibaratkan seperti makanan berat kalau kita lagi makan, jurnal sendiri bisa kita ibaratkan seperti makanan ringan. Sampai sini pahamkan!

4. Contoh Mengubah Skripsi Jadi Jurnal

Kalau sebelumnya kita udah tahu nih perbedaan yang dimiliki skripsi dan jurnal, selanjutnya ini. Kita akan bahas bagaimana caranya mengubah skripsi jadi jurnal! Ah emang bisa diubah ya? Bisa dong, nih khusus buat kalian yang penasaran gimana cara mengubah skripsi jadi jurnal, yuk kita bahas kasus sederhananya biar kamu makin paham biar nanti kalau skripsimu udah jadi, kamu bisa juga buat ubahnya jadi jurnal.

Sebelum kita bahas lebih jauh, kita akan mengambil contoh studi kasus judul skripsi yang akan diubah jadi jurnal. Misalkan, kamu sudah menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pengaruh Media Sosial terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa di Universitas XYZ” Skripsi ini memiliki 5 bab lengkap dengan teori, metodologi, analisis data, dan kesimpulan. Nah, jika ingin mengubahnya menjadi jurnal, kamu perlu menyesuaikan formatnya:

  1. Ambil Inti Penelitian. Fokus pada poin-poin utama, seperti:
    • Latar belakang singkat
    • Metode penelitian (misalnya kuantitatif dengan penyebaran kuesioner)
    • Hasil penelitian utama (misalnya, media sosial memiliki pengaruh positif, tetapi perlu diatur penggunaannya)
    • Kesimpulan yang ringkas
  2. Hapus Bagian yang Kurang Relevan. Beberapa bagian, seperti tinjauan pustaka yang terlalu panjang atau penjelasan teori dasar, bisa disederhanakan atau dihilangkan.
  3. Periksa Format Jurnal Tujuan. Setiap jurnal punya pedoman penulisan (style guide) yang berbeda. Pastiin kamu mengikuti format yang diminta, termasuk jumlah kata, sitasi, dan gaya bahasa.
  4. Lakukan Peer-Review. Sebelum dikirim ke jurnal, sebaiknya minta masukan dari dosen atau rekan sejawat untuk memastikan artikel jurnal kamu siap diterbitkan.

Dengan mengikuti langkah diatas dijamin deh kamu enggak bakal kesusahan lagi buat mengubah skripsi menjadi jurnal. Walau begitu kalau kamu masih kesusahan, silahkan buat konsultasikan sama dosen pembimbingmu ya, atau mentormu biar kamu mendapatkan banyak masukan dari mereka yang ahli!

5. Pentingnya Mempublikasikan Jurnal Ilmiah

Sebelumnya kita sepakat antara skripsi dan jurnal itu sama-sama penting, selanjutnya mungkin kamu bertanya-tanya, “Kenapa sih, jurnal ilmiah itu penting?” Nah, berikut beberapa alasan kenapa publikasi jurnal itu keren banget, dan wajib banget buat kamu lakukan!

  1. Menambah Reputasi Akademik. Bagi mahasiswa atau peneliti, mempublikasikan jurnal ilmiah bisa meningkatkan reputasi akademik kamu. Ini bukti kalau kamu serius di bidang penelitian.
  2. Menyebarluaskan Hasil Penelitian. Dengan jurnal, hasil penelitian kamu bisa diakses oleh lebih banyak orang, bahkan bisa jadi rujukan penelitian lain di seluruh dunia.
  3. Persiapan Karier Akademik. Buat kamu yang bercita-cita jadi dosen atau peneliti, publikasi jurnal adalah modal penting. Banyak universitas dan lembaga riset yang menilai kualitas kandidat berdasarkan jumlah publikasi ilmiahnya.
  4. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan. Penelitian kamu bisa jadi kontribusi berharga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang tertentu. Bahkan temuan kecil sekalipun bisa membuka jalan bagi penelitian yang lebih besar di masa depan.

Selain skripsi dan jurnal sama-sama penting, penting juga buat melakukan publikasi jurnal, dan semoga saja beberapa alasan tadi bisa membuka semangat kamu buat menulis skripsi dan jurnal biar pemahaman akademikmu jadi bertambah!

6. Tips Menyusun Skripsi dan Jurnal dengan Efektif

Karena kita udah tahu nih kalau skripsi dan jurnal penting bagi kita sebagai mahasiswa, tapi sebelumnya kamu pernah ngerasa ribet enggak kalau udah ngomongin skripsi atau jurnal? Mungkin sih sebagai ada yang merasa, tapi aku mau bilang walaupun skripsi dan jurnal kadang nyebelin, kamu gak sendirian kok yang beranggapan seperti ini, banyak kok yang ngalamin hal sama. Tapi jangan keburu stres, nih aku kasih beberapa tips-tips kece yang bisa kamu gunain biar prosesnya gak kayak nanjak di tanjakan curam. Cus kita bahas satu-satu cara nyusun skripsi dan jurnal dengan efektif!

  1. Mulai dengan Rencana yang Jelas. Pertama, pastiin topiknya seru dan sesuai passion kamu, biar gak gampang bosen selama ngerjain. Kalau udah, coba bikin timeline deh. Misalnya, minggu ini kelarin bab pendahuluan, minggu depan fokus nyari referensi, dan seterusnya. Percaya deh, kalau ada rencana kayak gini, hidup kamu bakal lebih terarah.

Tipsnya kalau kamu susah disiplin, coba catat target kamu di aplikasi kayak Notion atau Google Calendar. Bisa juga nempelin sticky notes warna-warni di tembok. Biar vibes-nya aesthetic, gitu!

  1. Kumpulin Referensi yang Kredibel. Cari referensi yang beneran berbobot kayak jurnal internasional, buku akademik, atau hasil penelitian orang-orang keren. Referensi ini penting banget buat nunjukin kalau karya kamu tuh gak kaleng-kaleng.

Triknya gimana? Gunain platform kayak Google Scholar, ResearchGate, atau perpustakaan digital kampus. Kalau kampus kamu punya akses ke jurnal premium, wah itu jackpot! Maksimalkan, bestie, jangan disia-siain.

  1. Pahami Format Penulisan. Skripsi itu detail banget, dari bab pendahuluan sampai lampiran, semua lengkap kayak menu prasmanan. Sedangkan jurnal lebih simple, cuma poin-poin penting aja yang ditonjolin. Jadi sebelum nulis, cek dulu pedoman penulisan yang berlaku. 

Kalau bingung, kamu bisa minta contoh skripsi atau jurnal dari kakak tingkat yang udah lulus. Biasanya mereka punya trik-trik tersembunyi yang bisa kamu tiru. Kalau bingung, langsung konsultasi aja ke dosen pembimbing.

  1. Konsultasiin dengan Pembimbing. Bestie, inget ya, dosen pembimbing tuh bukan musuh, tapi partner in crime kamu selama ngerjain skripsi atau jurnal. Kadang kita suka lupa kalau dosen itu sebenarnya punya banyak insight keren yang bisa bikin karya kita lebih oke.

Misalnya, kamu mentok sama metodologi penelitian atau bingung gimana cara nganalisis data, langsung aja jadwalin bimbingan. Tapi ingat, datang konsultasi itu harus siap! Bawa draft, siapkan pertanyaan spesifik, dan pastiin kamu udah baca pedoman yang relevan. 

Jangan cuma konsultasi kalau ada masalah. Kasih update perkembangan naskah kamu secara rutin, biar dosen merasa kamu serius dan mereka jadi lebih supportif. Oh iya, jangan lupa selalu bawa camilan kecil pas bimbingan buat mood booster (kalau diizinin sih hehe).

  1. Revisi Itu Wajar, Bestie. Revisi itu tanda kalau kamu makin deket sama hasil yang sempurna. Dosen tuh juga pernah revisi waktu mereka bikin skripsi atau jurnal dulu, jadi kamu gak sendirian kok. Bahkan peneliti terkenal pun ngalamin hal yang sama. 

Jadi, kalau draft kamu penuh coretan atau komentar dari dosen, jangan baper, ya. Itu artinya mereka beneran baca dan peduli sama karya kamu.  Cara nyikapinnya gimana? Ambil waktu buat cerna feedback-nya, terus perbaiki sesuai arahan. Kalau gak paham sama komentar tertentu, tanyain langsung ke dosen atau diskusi sama teman. 

Penutup

Sebagai kesimpulan, walaupun kita tahu skripsi dan jurnal itu kadang ribet buatnya, keduanya juga memiliki fungsi yang beda tapi sama-sama penting di dunia akademik, bestie! Kalau biasanya skripsi adalah karya tulis ilmiah yang detail, lengkap, dan jadi syarat kelulusan buat dapetin gelar sarjana. Sementara itu, jurnal adalah artikel ilmiah yang lebih singkat, fokus, dan bertujuan untuk menyebarkan hasil penelitian secara global. Skripsi bisa dibilang ‘gerbang’ awal kamu menuju gelar, sedangkan jurnal membuka peluang biar penelitian kamu dikenal luas. Jadi, jangan anggap keduanya sebagai beban, tapi lihat sebagai investasi ilmu yang bakal bermanfaat buat masa depan kamu.

Teruntuk kamu yang masih berjuang buat ngerjain skripsi dan jurnal, semangat ya, walaupun susah tapi aku yakin kamu bisa kok buat ngerjainnya. Kalau kamu kesusahan, kamu bisa gunain panduan singkat yang udah kita bahas sebelumnya. Tapi kalau kamu juga masih kesusahan, ada baiknya kalau kamu melakukan konsultasi bersama ahlinya seperti dosenmu salah satunya. Semangat terus, ya semoga cepat sarjana!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Optimized by Optimole
Scroll to Top