1. Home
  2. »
  3. Uncategorized
  4. »
  5. Cara Mengambil Daftar Pustaka dari Jurnal: 5 Panduan Lengkap untuk Mahasiswa

4 Rahasia Akses Jurnal Scholar Tersembunyi Buat Penelitianmu

Pernah nggak sih kamu lagi mepet deadline skripsi atau penelitian, terus panik karena nggak nemu jurnal scholar yang relevan buat topikmu? Udah buka Google berjam-jam, ketemunya cuma artikel blog yang kurang akademis, padahal dosen mintanya jurnal internasional bereputasi. Rasanya kayak lagi kehausan di tengah padang pasir tapi nggak nemu air.

Tenang dulu, kamu nggak sendirian. Banyak mahasiswa ngalamin hal yang sama. Faktanya, ada banyak jurnal penting yang nggak muncul di pencarian standar Google. Alasannya? Karena memang sebagian artikel penelitian itu “tersembunyi”. Mereka ada di database khusus, repository universitas, atau malah cuma bisa diakses kalau kampusmu punya langganan tertentu. Jadi kalau kamu cuma ngandelin Google, ya siap-siap aja kelewat banyak referensi emas.

Makanya, artikel ini aku susun buat bantu kamu nemuin “jalan tikus” yang sah, aman, dan legal buat mengakses jurnal scholar tersembunyi. Kita bakal bahas step by step, lengkap dengan contoh, biar kamu nggak bingung lagi. Bayangin deh, kalau kamu bisa nemuin sumber referensi keren yang jarang dipakai orang lain, penelitianmu otomatis bakal lebih berbobot.

Apa Itu Jurnal Scholar Tersembunyi dan Kenapa Susah Ditemuin?

Sebelum kita bahas tips teknis, penting banget buat ngerti dulu: kenapa sih beberapa jurnal itu bisa “lenyap” dari pencarian standar? Kok bisa ada artikel akademik yang sebenarnya ada, tapi kayak sengaja ngumpet?

Pertama, karena akses berbayar. Nggak semua jurnal itu open access. Banyak publisher kayak Elsevier, Wiley, atau Springer yang naruh artikel mereka di balik paywall. Jadi meskipun kamu tahu judul artikelnya, kalau nggak punya akun premium ya tetap aja nggak bisa akses full text. Inilah kenapa banyak mahasiswa stuck cuma baca abstract.

Kedua, karena masalah pengindeksan terbatas. Google Scholar itu memang luas, tapi bukan berarti bisa cover semua. Ada banyak jurnal yang cuma masuk ke database tertentu. Misalnya, penelitian teknik elektro lebih sering nongkrong di IEEE Xplore, sementara jurnal kedokteran lebih lengkap di PubMed. Kalau kamu nggak tau database mana yang cocok, ya pasti kebingungan.

Ketiga, ada yang namanya database khusus atau jaringan tertutup. Beberapa jurnal cuma beredar di repositori internal universitas atau komunitas riset tertentu. Jadi, orang luar susah buat nemuin. Makanya kadang mahasiswa yang kuliah di kampus besar punya privilege lebih karena universitas mereka langganan database premium.

Contoh nih, kalau kamu lagi cari topik “quantum computing”, jangan harap semuanya nongol di Google Scholar. Bisa jadi artikel terbaik justru ada di IEEE Xplore yang nggak gratis. Nah, kalau kamu nggak ngerti cara akses lewat jalur kampus, bisa kelewat banyak referensi penting.

Intinya, jurnal scholar tersembunyi ini bukan berarti ilegal atau nggak boleh diakses. Cuma butuh trik khusus biar bisa sampai ke sana. Dan trik itu yang bakal kita bongkar di artikel ini.

1. Trik Cari Jurnal Lewat Deep Web

Kamu pernah denger istilah “deep web”? Bukan dark web yang horor itu, ya. Deep web tuh ibarat lautan dalam dari internet. Kalau Google itu cuma permukaannya, deep web nyimpen konten yang nggak terindeks mesin pencari biasa, termasuk ribuan jurnal scholar. Nah, buat mahasiswa yang serius cari sumber penelitian, deep web ini surga banget.

Pertama, kamu bisa pakai database akademik khusus. Beberapa contoh paling populer adalah JSTOR, ProQuest, dan ScienceDirect. Database ini kayak gudang besar tempat nyimpen berbagai jurnal lintas disiplin. Bedanya, banyak dari mereka nggak muncul di pencarian biasa, jadi kamu harus langsung masuk ke websitenya. Bayangin aja, kayak kalau kamu mau belanja di marketplace tertentu, nggak cukup nyari di Google, tapi harus masuk langsung ke Tokopedia atau Shopee.

Kedua, manfaatin yang namanya advanced search operators. Jangan males main-main sama fitur pencarian canggih. Boolean operators kayak AND, OR, NOT, atau filter filetype:pdf bisa ngebantu banget. Misalnya, kamu lagi cari artikel tentang “machine learning AND education filetype:pdf”. Hasilnya bakal lebih spesifik dibanding cuma ketik “machine learning education”.

Ketiga, trik paling jitu: akses lewat proxy universitas. Banyak kampus langganan database premium, tapi cuma bisa dibuka kalau kamu pakai jaringan kampus (misalnya lewat Wi-Fi perpustakaan). Nah, solusinya pakai VPN atau proxy kampus. Jadi meskipun kamu lagi nongkrong di kosan, tetap bisa login seolah-olah kamu lagi di jaringan kampus. Dengan begitu, jurnal berbayar yang biasanya terkunci, bisa kamu akses secara gratis dan legal.

Bayangin skenario ini: kamu lagi nyari jurnal tentang “Artificial Intelligence in Healthcare”. Di Google ketemunya cuma 2-3 artikel umum. Tapi pas pakai akses proxy kampus ke ProQuest, langsung keluar puluhan jurnal scholar terbaru dari tahun 2022-2024. Jelas banget kan bedanya?

Terakhir, jangan lupa kombinasikan beberapa database sekaligus. Semakin luas kamu eksplor, semakin besar peluang nemu artikel yang relevan. Ingat, deep web itu bukan sesuatu yang menyeramkan kalau dipakai dengan benar. Justru jadi kunci emas buat memperkaya penelitianmu.

2. Metode Alternatif untuk Menemukan Jurnal Ilmiah

jurnal scholar

Kalau kamu masih merasa ribet buat main ke deep web, tenang aja. Ada kok cara lain yang lebih gampang tapi tetap efektif buat menemukan jurnal ilmiah. Nah, metode alternatif ini sebenarnya sering dipakai mahasiswa yang pengen lebih praktis, tapi tetap bisa dapat bahan riset berkualitas. Yuk, kita kupas satu-satu.

1) Gunakan Agregator Jurnal

Agregator jurnal itu ibarat “mesin pencari khusus akademik”. Kalau biasanya kamu cari pakai Google biasa, hasilnya sering campur aduk antara artikel blog, berita, atau bahkan konten iklan. Nah, dengan agregator jurnal, kamu langsung disuguhin kumpulan artikel ilmiah dari berbagai sumber. Beberapa agregator yang terkenal misalnya Google Scholar, Microsoft Academic, atau Semantic Scholar.

Kenapa ini penting? Karena lewat platform ini, kamu bisa menghemat waktu. Bayangin aja, kamu nggak perlu nyari satu-satu ke tiap database, cukup pakai satu pintu masuk aja. Misalnya, kamu ketik topik “sustainable development goals” di Google Scholar. Hasilnya langsung keluar puluhan bahkan ratusan artikel relevan. Ada yang open access, ada juga yang berbayar. Tapi at least, kamu jadi tahu jurnal apa aja yang lagi rame dibahas di topik itu.

Selain itu, fitur lanjutan dari agregator ini juga keren. Misalnya, di Google Scholar, kamu bisa lihat siapa aja yang mengutip artikel tersebut. Dari situ, kamu bisa ikutin “jejak kutipan” buat nemu jurnal-jurnal lain yang nyambung. Jadi kayak benang merah yang bisa memperluas referensi penelitianmu.

2) Jaringan Sosial Akademik

Nah, ini juga sering banget jadi senjata andalan mahasiswa yang “mepet” deadline. Platform kayak ResearchGate, Academia.edu, atau bahkan komunitas di Mendeley bisa jadi tempat ngumpulin jurnal. Bedanya dengan agregator, di sini kamu lebih ke interaksi langsung sama penulis atau peneliti.

Misalnya, kamu nemu artikel menarik tapi ternyata terkunci alias harus bayar. Daripada pusing, kamu bisa langsung request full-text ke penulisnya lewat ResearchGate. Banyak banget peneliti yang dengan senang hati share artikelnya kalau diminta sopan. Jadi selain dapat jurnal, kamu juga bisa bangun network akademik.

Yang lebih menarik lagi, di platform kayak Academia.edu, kadang peneliti udah upload versi draft atau preprint dari artikelnya. Walaupun bukan versi final, tetap bisa jadi bahan bacaan penting buat memperkaya skripsi atau tesis kamu.

3) Repositori Institusi

Ini nih yang sering dilupain mahasiswa. Banyak banget universitas di dunia, termasuk di Indonesia, punya repositori institusi. Isinya biasanya hasil riset dosen, skripsi, tesis, atau disertasi mahasiswa yang sudah dipublikasikan. Nah, ini bisa jadi harta karun buatmu.

Contohnya, kalau kamu lagi nyari jurnal tentang teknologi pangan, coba deh buka repositori Institut Pertanian Bogor (IPB). Atau kalau topiknya hukum tata negara, cek aja repositori UGM atau UI. Kadang kamu bisa nemuin referensi yang nggak akan muncul di Google Scholar sekalipun.

Repositori ini biasanya open access, alias bisa kamu baca dan download secara gratis. Jadi kalau kamu lagi bokek tapi butuh referensi banyak, ini bisa jadi solusi terbaik.

4) Kolaborasi dengan Perpustakaan

Jangan salah, perpustakaan kampusmu bukan cuma tempat numpang wifi atau ngeprint skripsi. Banyak perpustakaan sekarang udah langganan database jurnal internasional kayak ProQuest, EBSCO, atau SpringerLink. Dan kabar baiknya, akses itu bisa kamu manfaatin gratis lewat akun mahasiswa.

Misalnya, kamu login ke portal perpustakaan kampus, terus masuk ke menu database. Tinggal pilih bidang risetmu, dan voila, ribuan jurnal siap diakses. Bahkan banyak perpustakaan sekarang yang udah support akses jarak jauh, jadi kamu bisa login dari rumah pake VPN kampus.

5) Tips Praktis Biar Lebih Efektif

Selain memanfaatkan platform di atas, ada trik kecil yang sering dilupakan mahasiswa. Misalnya, bikin alert pencarian di Google Scholar. Jadi kalau ada artikel baru sesuai topikmu, kamu bakal langsung dikirimin notifikasi lewat email. Praktis banget kan?

Atau, kamu bisa gabung ke grup-grup akademik di media sosial. Misalnya di Facebook atau Telegram, ada grup khusus berbagi jurnal. Walaupun tetap harus hati-hati soal legalitasnya, tapi nggak jarang kamu bisa nemu banyak artikel open access yang dishare di sana.

3. Maksimalkan Hasil Pencarian dengan Tools Khusus

Pernah nggak sih kamu ngerasa udah buka Google Scholar atau database jurnal, tapi hasilnya kayak “random banget”? Nah, itu tandanya kamu butuh bantuan tools khusus buat bikin proses pencarian lebih terarah, cepat, dan pastinya relevan dengan topik risetmu.

1) Mendeley sebagai Senjata Andalan

Sebelum ngomongin tools lain, aku yakin kamu pasti udah familiar dengan Mendeley. Ini bukan cuma aplikasi buat bikin daftar pustaka, tapi juga bisa dipakai buat nemuin jurnal yang relevan. Misalnya, kamu bisa ikutan grup di Mendeley yang fokus ke bidang penelitianmu. Dari situ, kamu bakal nemu banyak artikel yang dishare oleh komunitas.

Selain itu, fitur rekomendasi artikel di Mendeley juga nggak kalah keren. Semakin sering kamu pakai buat baca dan simpan jurnal, sistemnya bakal kasih rekomendasi yang lebih sesuai sama minat risetmu. Jadi, makin lama makin personal.

Kalau kamu masih bingung cara memakai Mendeley, gampang kok. Cukup download aplikasinya, daftar akun gratis, lalu install plugin Mendeley Cite di Word. Dengan begitu, kamu bisa langsung insert sitasi tanpa harus ribet nulis manual. Ini lifehack banget buat mahasiswa akhir yang lagi kejar deadline skripsi.

2) Zotero sebagai Alternatif Open Source

Kalau kamu tipe orang yang suka open source dan gratisan, Zotero bisa jadi pilihan. Fungsinya hampir sama dengan Mendeley: simpan referensi, bikin sitasi otomatis, dan bahkan sinkronisasi antar perangkat. Bedanya, Zotero punya integrasi lebih fleksibel dengan browser. Jadi kalau kamu nemu jurnal di website, tinggal klik ikon di browser, langsung kesimpan deh ke library Zotero.

Banyak mahasiswa suka pakai Zotero karena simpel dan nggak butuh banyak konfigurasi. Apalagi buat yang sering riset di luar negeri, komunitas Zotero lumayan aktif, jadi gampang cari solusi kalau ada error.

3) EndNote buat yang Suka Lengkap

Kalau kamu butuh aplikasi yang lebih advanced, EndNote bisa jadi opsi. Memang biasanya EndNote dipakai oleh peneliti profesional karena fiturnya super lengkap. Kamu bisa bikin database referensi pribadi, filter artikel sesuai topik, bahkan connect langsung ke jurnal-jurnal yang dilanggan kampusmu.

Kekurangannya? EndNote ini berbayar dan lumayan pricey. Tapi kalau kampusmu punya lisensi, jangan ragu buat manfaatin, karena ini salah satu tools terkuat di dunia riset akademik.

4) Publish or Perish untuk Analisis Sitasi

Nah, kalau kamu pengen tahu seberapa berpengaruh sebuah artikel atau penulis, coba pakai Publish or Perish. Tools ini bisa ngambil data dari Google Scholar dan langsung kasih kamu analisis sitasi. Jadi kamu bisa lihat artikel mana yang paling sering dipakai orang lain, sehingga lebih aman dipakai sebagai referensi.

Ini penting banget buat mahasiswa yang lagi bikin skripsi atau tesis. Karena dosen biasanya suka tanya, “Referensinya update nggak? Dipakai banyak orang nggak?” Nah, dengan Publish or Perish, kamu bisa buktiin kalau referensimu valid.

5) Gunakan Fitur Advanced Search

Selain tools eksternal, jangan lupa manfaatin fitur pencarian lanjutan di database jurnal. Misalnya di Google Scholar, kamu bisa filter hasil berdasarkan tahun, penulis, atau bahkan kata yang muncul di judul. Trik kecil ini bikin pencarianmu lebih fokus dan nggak kebanjiran hasil yang nggak relevan.

Contohnya, kalau kamu lagi cari jurnal tentang “green marketing” dalam 5 tahun terakhir, tinggal aktifin filter tahun di Google Scholar. Hasilnya bakal lebih segar dan sesuai tren riset terkini.

4. Strategi Jangka Panjang untuk Jadi Mahasiswa Anti Krisis Referensi

Kalau selama ini kamu sering kelabakan tiap dosen minta tambahan referensi, berarti memang waktunya punya strategi jangka panjang. Ingat, dunia riset itu maraton, bukan sprint. Jadi kamu perlu bangun kebiasaan yang konsisten supaya proses bimbingan skripsi lancar dan nggak drama.

1) Bangun Library Digital Pribadi

Jangan nunggu skripsi baru nyari jurnal. Mulai sekarang, biasakan kumpulin artikel, buku, atau laporan penelitian yang menurutmu menarik. Simpan di Mendeley, Zotero, atau folder khusus di laptopmu. Dengan begitu, saat dospem minta tambahan referensi, kamu nggak perlu panik cari dari nol.

Percaya deh, library digital pribadi ini bakal jadi harta karun. Bayangin kalau kamu udah punya koleksi ratusan jurnal yang terorganisir rapi, pasti gampang banget buat nyusun tinjauan pustaka.

2) Ikut Komunitas Akademik

Banyak mahasiswa yang lupa kalau ada komunitas riset atau grup akademik di platform seperti ResearchGate, Academia, atau bahkan grup WhatsApp dosen dan mahasiswa. Dari situ kamu bisa dapet akses ke artikel terbaru yang kadang nggak ada di Google Scholar.

Ikut komunitas juga bikin kamu lebih update soal tren penelitian. Jadi skripsimu nggak ketinggalan zaman dan punya novelty yang kuat.

3) Rajin Cek Plagiarisme

Ingat ya, punya banyak referensi itu bagus, tapi jangan sampai salah pakai sampai bikin skripsimu kena plagiarisme. Selalu biasakan cek plagiarisme setiap kali selesai revisi bab. Banyak kok tools gratis maupun berbayar yang bisa dipakai, misalnya Turnitin (kalau kampusmu punya akses) atau alternatif lain yang terpercaya.

Dengan rajin cek plagiarisme, kamu bisa pastiin tulisannya asli, kutipannya bener, dan aman dari masalah etika akademik.

4) Update Referensi Secara Berkala

Skripsi atau tesis itu biasanya butuh referensi terbaru (5 tahun terakhir). Jadi jangan malas buat cek update penelitian di bidangmu. Biar lebih gampang, kamu bisa set alert di Google Scholar. Jadi kalau ada artikel baru sesuai topikmu, notifikasi langsung masuk ke email.

Dengan begitu, kamu nggak perlu bolak-balik search manual. Hemat waktu, hemat tenaga.

5) Latih Kebiasaan Menulis

Punya jurnal banyak nggak ada gunanya kalau kamu jarang latihan nulis. Mulai aja dari hal kecil, misalnya bikin ringkasan artikel tiap kali habis baca jurnal. Dari situ, kamu bakal terbiasa merangkum ide penting dan bikin argumen yang runtut.

Lama-lama, saat nulis skripsi, kamu tinggal tarik ringkasan itu ke bagian tinjauan pustaka. Jadi lebih cepat dan terstruktur.

Penutup

Pada akhirnya, jurnal scholar bukan cuma sekadar mesin pencari artikel, tapi pintu utama buat nemuin referensi yang kredibel dan bisa diandalkan dalam penelitian. Dengan memanfaatkan berbagai trik seperti akses database khusus, jaringan akademik, hingga tools tambahan, mahasiswa bisa memperluas sumber referensinya tanpa takut ketinggalan informasi penting. Jangan lupa, setiap jurnal yang kamu gunakan harus dicatat dan dipakai sesuai etika akademik. Jadi, kalau kamu mau skripsi atau penelitianmu kuat secara teori, jangan pernah remehkan peran jurnal scholar sebagai senjata utamamu.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Optimized by Optimole
Scroll to Top