1. Home
  2. »
  3. Uncategorized
  4. »
  5. Cara Mengambil Daftar Pustaka dari Jurnal: 5 Panduan Lengkap untuk Mahasiswa

7 Strategi Menggunakan Referensi Artikel Ilmiah dalam Penelitian Biar Skripsimu Nggak Asal

Pernah nggak sih kamu lagi ngerjain skripsi atau penelitian, terus bingung banget mau pakai referensi apa? Atau malah nyasar baca artikel yang kayaknya keren, tapi ternyata nggak nyambung sama topik? Nah, di dunia akademis, referensi artikel ilmiah itu ibarat bumbu rahasia. Kalau tepat, masakan alias skripsimu bakal lezat dan bikin dosen pembimbing terkesan. Tapi kalau asal, bisa-bisa hasilnya hambar atau malah zonk.

Makanya, di artikel ini kita bakal bahas lengkap: mulai dari kenapa referensi itu penting banget, cara nyarinya, cara milih yang berkualitas, sampai tips mengutip biar penelitianmu aman dari tuduhan plagiarisme. Kita juga bakal selipin trik praktis buat kamu yang lagi cari cara mencari artikel ilmiah di Google Scholar, cara mencari referensi artikel ilmiah di Google, sampai cara mengambil referensi artikel ilmiah dari skripsi orang lain dengan etis dan cerdas.

referensi artikel ilmiah

1. Kenapa Referensi Artikel Ilmiah Penting Banget Buat Penelitian?

Oke, kita mulai dari yang paling basic dulu. Bayangin kamu lagi debat sama temen soal topik serius. Kalau kamu cuma ngomong “kata orang” tanpa bukti jelas, kemungkinan besar omonganmu nggak akan dianggap serius. Tapi kalau kamu bilang, “Menurut jurnal A yang diterbitkan di B tahun 2023,…” nah, itu baru bikin orang angkat alis dan mulai nyimak.

Referensi artikel ilmiah itu gunanya:

  1. Memperkuat argumen – Jadi bukti pendukung yang sahih.
  2. Menunjukkan kamu paham konteks akademis – Nggak cuma asal ngomong, tapi ada dasar ilmunya.
  3. Meningkatkan kredibilitas penelitian – Penelitianmu jadi terlihat serius dan layak diakui.
  4. Menghindari plagiarisme – Kamu ngasih kredit ke penulis asli.
  5. Memberi arah riset – Dari referensi, kamu bisa nemuin gap penelitian.

Misalnya, kamu nulis tentang “Pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental mahasiswa”. Kalau kamu cuma modal opini pribadi, nilainya mungkin biasa-biasa aja. Tapi kalau kamu dukung dengan 10 artikel jurnal bereputasi, dosenmu bakal ngelihat kalau kamu memang riset serius.

Bahkan, banyak mahasiswa nggak sadar kalau referensi yang mereka pakai bisa memengaruhi nilai akhir skripsi. Dosen biasanya langsung ngeh kalau kamu ngambil referensi asal atau dari sumber abal-abal. Jadi, memilih dan menggunakan referensi yang tepat itu bukan cuma formalitas, tapi strategi cerdas biar risetmu di level “mahasiswa pintar”, bukan “mahasiswa asal jadi”.

2. Menunjukkan Kualitas Penelitian Lewat Referensi Artikel Ilmiah yang Tepat

Nah, ini poin yang sering banget diremehkan. Kualitas penelitian itu salah satunya dinilai dari “siapa saja” yang kamu kutip di tulisanmu. Kalau kamu banyak mengutip artikel dari jurnal internasional bereputasi, otomatis penilaian dosen ke kamu juga naik.

Kenapa? Karena ini nunjukkin kalau:

  • Kamu paham literatur terkini.
  • Kamu bisa memilah informasi berkualitas.
  • Kamu nggak cuma andalkan referensi lawas atau asal comot dari blog pribadi orang.

Bayangin ada dua skripsi dengan topik yang sama. Yang satu pakai referensi dari jurnal bereputasi 5 tahun terakhir, yang satu lagi pakai referensi blog tahun 2010 yang udah basi. Kira-kira, mana yang lebih meyakinkan?

Makanya, kalau kamu mau risetmu dianggap serius, pastikan referensinya berasal dari sumber yang memang kredibel. Kalau untuk ilmu sosial bisa cari di Google Scholar atau Scopus, kalau bidang kesehatan bisa ke PubMed, dan kalau mau general bisa manfaatin JSTOR.

Saran dari aku: sebelum kamu putuskan pakai satu artikel, cek dulu siapa penulisnya, di jurnal apa dimuat, dan apakah topiknya masih relevan sama risetmu.

3. Menghindari Plagiarisme: Bukan Cuma Soal Etika, Tapi Juga Selamatkan Masa Depanmu

Ini bagian yang nggak kalah penting. Plagiarisme itu ibarat dosa besar di dunia akademis. Sekali ketahuan, nama baikmu bisa hancur, bahkan bisa bikin skripsi kamu ditolak.

Mengutip referensi dengan benar artinya kamu mengakui bahwa ide itu milik orang lain, dan kamu cuma meminjam untuk memperkuat argumen. Ada banyak gaya kutipan yang bisa kamu pakai—APA, MLA, Chicago—tergantung aturan kampusmu.

Contohnya:

  • APA: (Putri, 2022)
  • MLA: Putri 2022
  • Chicago: Putri, 2022.

Yang penting, jangan cuma copy-paste kalimat orang tanpa sumber. Kalau mau, kamu bisa parafrase dengan gaya bahasamu sendiri, tapi tetap tulis sumbernya. Ini akan bikin tulisanmu lebih mengalir dan nggak kaku.

Buat mahasiswa zaman sekarang, kabar baiknya adalah sudah banyak tools gratis untuk cek plagiarisme, misalnya Plagiarism Checker X, Grammarly, atau fitur bawaan di Turnitin yang biasanya kampus sediakan. Gunakan itu sebelum submit supaya aman.

4. Cara Mencari Referensi Artikel Ilmiah yang Tepat

Nah, setelah kamu paham pentingnya referensi artikel ilmiah, sekarang saatnya kita bahas gimana cara nemuin referensi artikel ilmiah yang pas buat penelitian kamu. Karena jujur aja, nyari referensi itu kayak nyari pasangan—nggak bisa asal comot, harus cocok sama kebutuhan dan konteksnya.

Salah satu trik paling jitu adalah mulai dari database akademis. Ini kayak “perpustakaan online” yang isinya kumpulan jurnal, artikel, dan karya ilmiah dari berbagai peneliti di seluruh dunia. Beberapa platform yang wajib kamu kenal antara lain:

1. Google Scholar

Kalau ngomongin cara mencari artikel ilmiah di Google Scholar, ini ibarat pintu masuk paling mudah. Cukup ketik kata kunci yang relevan, lalu Google Scholar bakal nyodorin daftar artikel lengkap dengan informasi penulis, tahun terbit, sampai jumlah kutipan.

  • Kuncinya adalah pakai kata kunci spesifik, jangan terlalu umum. Misalnya, jangan cuma nulis “pendidikan” tapi coba “pengaruh metode pembelajaran blended learning terhadap hasil belajar mahasiswa”.
  • Gunakan fitur filter tahun biar dapat penelitian terbaru.
  • Manfaatkan fitur ‘Cited by’ buat nemuin artikel lain yang mengacu pada penelitian yang sama—ini cara cepet buat dapet sumber tambahan.

2. JSTOR

Kalau kamu punya akses dari kampus, JSTOR itu surga buat nemuin artikel dari jurnal bereputasi tinggi. Cocok banget buat penelitian di bidang humaniora, sosial, dan seni. Kelebihannya adalah arsipnya luas banget, jadi kamu bisa ngelihat perkembangan topik dari masa ke masa.

3. PubMed

Buat kamu yang fokusnya ke bidang kesehatan, kedokteran, atau bioteknologi, PubMed ini wajib. Fiturnya detail, bisa filter berdasarkan tipe artikel, bahasa, dan bahkan kategori studi klinis.

5. Cara Menilai Kualitas Referensi Artikel Ilmiah

Banyak orang pikir kalau udah nemu artikel di Google Scholar atau jurnal online, berarti itu udah pasti oke buat dijadiin referensi. Padahal belum tentu. Sama kayak milih makanan, nggak semua yang ada di etalase itu sehat buat kamu.

1. Lihat Sumber Publikasinya

  • Jurnal bereputasi biasanya punya proses seleksi yang ketat alias peer-review. Artinya, sebelum artikel itu terbit, ada pakar lain yang memeriksa kualitas, keaslian, dan kontribusi penelitiannya.
  • Cek apakah jurnal tersebut terindeks di database besar seperti Scopus, Web of Science, atau minimal Sinta (kalau di Indonesia).
  • Waspada sama jurnal predator yang cuma minta bayar tanpa ada proses review yang beneran.

2. Cek Penulisnya

  • Lihat afiliasi penulis—apakah mereka dari universitas, lembaga riset, atau organisasi kredibel.
  • Lihat rekam jejak publikasi mereka. Kalau sering nulis di jurnal bereputasi dan topiknya relevan, berarti sumbernya makin kuat.
  • Perhatikan apakah penulisnya aktif dikutip oleh peneliti lain. Kalau iya, itu tandanya karya mereka dianggap penting di bidang tersebut.

3. Cek Jumlah Kutipan

  • Artikel dengan banyak kutipan biasanya punya pengaruh besar di bidangnya. Tapi hati-hati, jumlah kutipan tinggi bukan berarti cocok sama topik kamu—tetap cek relevansinya.

4. Lihat Tahun Terbit

  • Ilmu pengetahuan berkembang cepat, jadi usahakan pakai referensi artikel ilmiah terbaru (5 tahun terakhir). Tapi kalau kamu lagi ngebahas teori dasar, artikel lama pun bisa jadi penting.

6. Cara Mengutip dan Mengintegrasikan Referensi Artikel Ilmiah dalam Penelitian

Banyak mahasiswa yang udah capek-capek cari referensi artikel ilmiah, tapi waktu masukin ke skripsi atau tesis malah jatuhnya kaya “asal tempel”. Hasilnya? Tulisan jadi kaku, nggak nyambung, dan dosen pembimbing langsung kasih coretan merah.

1. Pahami Jenis Kutipan: Langsung & Tidak Langsung

  • Kutipan langsung → Ini pas banget dipakai kalau kalimat atau pernyataan di artikel itu sudah sangat kuat dan sulit diubah tanpa mengurangi maknanya. Contoh: “Teknologi digital telah merevolusi cara penelitian dilakukan” (Smith, 2021).
  • Kutipan tidak langsung → Kamu parafrase atau tulis ulang pakai bahasamu sendiri, tapi tetap mencantumkan sumbernya. Contoh: Smith (2021) menyebutkan bahwa teknologi digital mengubah cara kerja peneliti.

Kuncinya, jangan kebanyakan kutip langsung, nanti tulisanmu kayak kumpulan quotes.

2. Sesuaikan Gaya Kutipan dengan Aturan Kampus

  • Kalau di ilmu sosial biasanya pakai APA Style.
  • Kalau di humaniora, banyak yang pakai MLA Style.
  • Kalau di sejarah atau bisnis, Chicago Style sering dipakai.

Pokoknya, jangan sampai campur aduk. Kalau sudah pilih satu gaya, konsisten sampai akhir.

3. Integrasikan ke Dalam Alur Tulisan

  • Jangan cuma nyelipin referensi di tengah paragraf tanpa penjelasan.
  • Kaitkan sumber itu dengan argumen yang kamu bangun.
  • Contoh: Sejalan dengan pendapat Jones (2020) yang menyatakan bahwa literasi digital memengaruhi kualitas penelitian, hasil survei ini menunjukkan bahwa mahasiswa dengan keterampilan literasi digital tinggi cenderung menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik.

4. Hindari “Drop Citation”

Drop citation itu cuma nyantumin referensi artikel ilmiah di akhir kalimat tanpa penjelasan. Misalnya:

Literasi digital itu penting (Jones, 2020).

Kurang informatif kan? Mending diolah dulu, baru masukkan referensinya supaya pembaca paham relevansinya.

7. Trik Praktis Cara Mencari Referensi Artikel Ilmiah yang Berkualitas

Kalau cuma ngetik kata kunci di Google Scholar, hasilnya kadang numpuk ratusan bahkan ribuan. Nah, biar nggak kebanjiran informasi yang nggak relevan, pakai strategi ini.

1. Gunakan Kata Kunci Spesifik + Filter Tahun

Kalau topikmu tentang pengaruh media sosial pada kesehatan mental mahasiswa, jangan cuma ketik kesehatan mental. Tambahkan kata pembatas seperti:
"kesehatan mental" AND "media sosial" AND mahasiswa
Lalu di Google Scholar, setel filter tahun (misal dari 2019–2024) supaya dapat referensi artikel ilmiah terbaru.

Kenapa penting?
Karena artikel yang terlalu lama bisa saja sudah nggak relevan sama kondisi sekarang. Di penelitian, update literatur itu krusial.

2. Manfaatkan Fitur “Cited by” di Google Scholar

Kalau nemu artikel bagus, klik “Cited by” untuk melihat siapa saja yang mengutip artikel itu. Biasanya, daftar tersebut berisi penelitian terbaru yang relevan dan sudah “mengakui” artikel tersebut sebagai rujukan penting.

Efeknya?
Kamu bisa dapat rantai referensi artikel ilmiah yang kaya, tanpa harus mulai dari nol.

3. Gabungkan Google Scholar dengan Database Jurnal Resmi

Jangan mengandalkan satu sumber saja. Beberapa database yang wajib kamu tahu:

  • Sinta / Garuda Kemdikbud → Buat cari jurnal nasional terindeks.
  • DOAJ → Akses jurnal open access dari seluruh dunia.
  • ScienceDirect → Khusus jurnal internasional bereputasi.

Pro-tip: Kalau kampusmu punya akses lewat perpustakaan, manfaatkan username/password kampus biar gratis download full text.

4. Cek Kredibilitas Sumber Sebelum Dipakai

Banyak mahasiswa yang asal comot artikel dari blog atau web abal-abal. Jangan ya. Pastikan sumbernya:

  • Diterbitkan oleh jurnal resmi
  • Ada proses peer-review
  • Penulisnya punya afiliasi institusi atau lembaga riset

Kalau nggak jelas asalnya, lebih baik cari sumber lain yang lebih valid.

5. Simpan dan Kelola Sejak Awal

Jangan menunggu bab 2 selesai baru kumpulin referensi. Simpan semua artikel yang relevan di folder khusus atau langsung masukin ke Mendeley/Zotero.

Manfaatnya?
Nanti pas nyusun daftar pustaka, kamu tinggal klik → auto generate. No stress, no typo.

Penutup

Menguasai cara mencari dan menggunakan referensi artikel ilmiah itu seperti punya senjata rahasia buat bikin penelitianmu lebih kuat dan kredibel. Mulai dari paham cara mencari artikel di Google Scholar, memanfaatkan fitur “Cited by”, gabungin database resmi, sampai cek kredibilitas sumber — semua langkah ini akan bikin skripsi atau tesis kamu punya landasan teori yang solid.

Jangan lupa, mengutip dengan benar bukan cuma soal etika akademik, tapi juga cara untuk menunjukkan kalau kamu beneran paham dan menghargai karya orang lain. Dan kalau mau hemat waktu, kelola referensi sejak awal dengan bantuan tools seperti Mendeley atau Zotero.

Intinya, referensi yang tepat itu ibarat pondasi yang kokoh. Kalau pondasinya kuat, bangunan penelitianmu akan berdiri tegak dan diakui dalam dunia akademis. Jadi, mulai sekarang, jangan asal comot sumber, ya. Bangun kredibilitas dari referensi yang berkualitas.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Optimized by Optimole
Scroll to Top