Daftar Isi
ToggleKenapa Plagiarisme Jadi Momok Mahasiswa?
Pernah nggak sih kamu udah capek ngetik skripsi atau tugas akhir semalaman, tapi pas dicek dosen malah disuruh revisi gara-gara kena plagiarisme? Rasanya kayak ketiban tangga dua kali, sakitnya double. Nah, inilah pentingnya cek plagiarisme sebelum kamu setor karya ilmiah ke dosen pembimbing. Banyak mahasiswa yang nggak sadar, mereka merasa udah nulis dengan jujur tapi ternyata sistem cek plagiarisme kampus nemuin persentase kemiripan yang tinggi. Padahal, tanpa disadari, itu bisa terjadi hanya karena lupa parafrase, nggak mencantumkan sumber, atau terlalu banyak copy-paste teori dari jurnal.
Di dunia akademik, plagiarisme bukan cuma soal nilai jelek atau revisi berkali-kali. Lebih dari itu, plagiat dianggap sebagai bentuk pencurian intelektual. Bayangin deh, orang lain riset berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, eh kamu asal comot kalimat mereka tanpa apresiasi yang layak. Makanya, kampus sampai serius banget bikin aturan persentase maksimal plagiarisme, misalnya 20% atau 30%, tergantung kebijakan masing-masing universitas. Kalau lewat dari batas itu, siap-siap aja karyamu ditolak.
Tapi tenang, artikel ini bukan buat bikin kamu makin panik, justru kebalikannya. Aku bakal kasih strategi lengkap biar kamu bisa menghindari plagiarisme dengan elegan. Mulai dari cara cek plagiarisme pakai alat pendeteksi, teknik parafrase biar tulisan kamu lebih original, sampai trik bikin karya yang kuat sejak awal. Kalau kamu ngikutin step by step-nya, skripsi kamu bukan cuma aman dari plagiat, tapi juga punya kualitas tinggi.
So, yuk kita bahas trik pertama yang paling basic tapi super penting: selalu lakukan cek plagiarisme karya kamu sebelum disetor ke dosen.
1. Cek Plagiarisme Karya Kamu
Ini adalah strategi paling awal dan paling aman buat memastikan tulisanmu nggak nyemplung ke jurang plagiarisme. Bayangin deh, kamu bikin skripsi rapi-rapi, bab demi bab, tapi nggak pernah dicek pakai alat deteksi. Tiba-tiba, saat diuji sistem kampus, hasilnya 45% similarity. Udah kayak sinyal merah buat dosen buat bilang “ulang!”. Nah, biar nggak kejadian kayak gitu, selalu sisipkan rutinitas untuk cek plagiarisme sebelum setor karya.
Sekarang pertanyaannya, alat apa aja sih yang bisa kamu pakai? Tenang, ada banyak pilihan kok. Mulai dari yang premium kayak Turnitin, sampai yang lebih ringan kayak Grammarly dan Copyscape. Mari kita kupas satu-satu.
a. Turnitin: Polisi Plagiarisme Kampus
Hampir semua mahasiswa pasti pernah denger nama Turnitin. Bisa dibilang, ini “senjata resmi” yang dipakai hampir semua kampus di Indonesia dan luar negeri buat ngecek plagiarisme. Cara pakainya pun cukup simpel. Kamu tinggal upload dokumen skripsimu, tunggu proses scanning, dan hasilnya akan keluar dalam bentuk Similarity Report. Di laporan itu, ada angka persentase kemiripan dan highlight warna di bagian teks yang dianggap mirip. Semakin terang warnanya, makin rawan plagiat.
Kenapa Turnitin jadi favorit kampus? Karena database-nya luas banget. Bukan cuma artikel jurnal, tapi juga skripsi, disertasi, hingga dokumen di internet bisa ketangkep. Jadi, kalau kamu niat nyontek skripsi senior dan cuma ganti judul, jangan harap bisa lolos dari Turnitin.
Tapi ada catatan nih: meskipun Turnitin powerful, bukan berarti semua persentase tinggi itu murni plagiat. Kadang-kadang, kutipan langsung atau daftar pustaka juga bisa terdeteksi mirip. Nah, di sini peranmu adalah nge-review hasilnya dan revisi bagian yang memang perlu diperbaiki.
b. Grammarly: Lebih dari Sekadar Grammar Checker
Buat kamu yang sering nulis dalam bahasa Inggris, pasti familiar sama Grammarly. Nah, selain buat cek grammar, Grammarly juga punya fitur plagiarism checker. Keunggulannya, aplikasi ini ringan, gampang dipakai, dan hasilnya cukup detail. Kamu tinggal copy-paste tulisanmu ke dalam Grammarly, aktifkan Plagiarism Checker, dan tunggu hasilnya. Nanti Grammarly bakal menandai kalimat yang mirip dengan sumber lain.
Kelebihan lain Grammarly adalah tool ini juga sekaligus bantu kamu memperbaiki tata bahasa. Jadi, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui: grammar makin oke, plagiarisme bisa ditekan. Kekurangannya, Grammarly lebih cocok buat teks bahasa Inggris. Kalau skripsi kamu full bahasa Indonesia, hasilnya nggak semaksimal Turnitin.
c. Copyscape: Jagoannya Blogger
Kalau kamu tipe mahasiswa yang suka bikin blog atau sering upload artikel online, Copyscape ini bisa jadi teman baik. Bedanya dengan Turnitin dan Grammarly, Copyscape lebih fokus mendeteksi kemiripan di internet. Jadi, kalau ada tulisanmu yang kebetulan mirip dengan artikel online, Copyscape bakal langsung kasih tahu.
Cara pakainya gampang banget: kamu bisa pilih mau masukin teks langsung atau pakai URL. Hasilnya berupa persentase kemiripan dan daftar sumber yang mirip. Tools ini pas banget buat kamu yang nggak cuma mikirin skripsi, tapi juga nulis konten di blog biar nggak dianggap nyontek.
Kenapa Penting?
Gunakan minimal salah satu dari ketiga alat di atas untuk cek plagiarisme. Jangan nunggu dosen yang ngecek duluan, karena itu sama aja nunggu bom waktu. Dengan deteksi sejak awal, kamu punya kesempatan buat revisi sebelum dikomentarin pedas. Ini juga nunjukin ke dosen bahwa kamu serius menjaga integritas akademik.
2. Lakukan Parafrase dengan Teknik yang Benar

Nah, udah pada tahu belum kalau parafrase itu senjata ampuh buat menghindari plagiarisme? Jadi, parafrase itu intinya bukan sekadar ganti kata dengan sinonim, tapi mengubah cara penyampaian kalimat dengan tetap mempertahankan makna aslinya. Kalau kamu bisa menguasai teknik ini, tulisanmu bakal keliatan lebih natural dan unik. Yuk kita bedah step by step biar makin paham!
a. Pahami Dulu Teks Aslinya
Sebelum kamu buru-buru ubah kalimat, ada baiknya kamu benar-benar ngerti maksud dari teks aslinya. Misalnya, kalau kamu lagi baca jurnal atau buku teori, jangan langsung copy paste lalu ganti kata. Itu bahaya, bisa tetap terdeteksi plagiarisme. Jadi, luangkan waktu buat baca berulang kali. Kalau perlu, catat poin pentingnya di buku catatanmu. Nah, setelah kamu paham inti maksud penulis, baru deh kamu coba susun ulang dengan gaya bahasa kamu sendiri.
Parafrase yang bagus tuh lahir dari pemahaman mendalam, bukan dari sekadar “spin text” ala tools otomatis. Kalau kamu asal ganti sinonim, bisa jadi malah aneh dan nggak sesuai konteks. Jadi, pastikan dulu maknanya kamu kuasai.
b. Ubah Struktur Kalimat
Trik paling gampang untuk parafrase adalah dengan mengutak-atik struktur kalimat. Misalnya, kalau teks asli pakai kalimat aktif, kamu bisa ubah jadi kalimat pasif, atau sebaliknya. Cara ini ampuh banget bikin tulisanmu keliatan beda dari sumber, tapi maknanya tetap terjaga.
Selain itu, kamu bisa ubah urutan informasi. Kalau di teks asli penulis jelasin A dulu baru B, kamu bisa coba tulis B dulu lalu sambungkan ke A. Perubahan sederhana ini udah cukup bikin tulisanmu aman dari cek plagiarisme, bestie.
c. Gabungkan atau Pecah Kalimat
Kadang, teks asli terdiri dari dua kalimat pendek yang mirip banget. Nah, kamu bisa coba gabungkan jadi satu kalimat panjang. Atau sebaliknya, kalimat panjang yang ribet bisa kamu pecah jadi dua atau tiga kalimat sederhana. Tujuannya sama: bikin tulisanmu punya bentuk baru tanpa mengurangi maknanya.
Trik ini cocok banget buat kamu yang sering bingung kenapa hasil cek plagiarisme masih tinggi padahal udah ganti kata. Karena kuncinya bukan di sinonim, tapi di susunan kalimatnya.
d. Gunakan Sudut Pandangmu
Salah satu teknik parafrase yang sering dilupakan mahasiswa adalah nambahin sedikit sentuhan pribadi atau sudut pandang unik. Misalnya, kalau teks aslinya bilang “Penelitian kualitatif digunakan untuk memahami fenomena sosial”, kamu bisa parafrase jadi “Kalau kita mau ngulik fenomena sosial lebih dalam, biasanya dipakai metode kualitatif karena fokusnya di makna, bukan angka.”
Lihat bedanya? Masih sama maknanya, tapi lebih hidup dan personal. Dengan gaya ini, tulisanmu jadi lebih natural dan nggak kaku.
e. Cross-Check dengan Alat Cek Plagiarisme
Setelah parafrase, jangan lupa cek ulang pake alat kayak Turnitin atau Grammarly. Kadang kita ngerasa udah beda, tapi sistem tetap mendeteksi mirip. Jadi, lakukan pengecekan akhir buat memastikan tulisanmu udah aman.
Parafrase emang butuh latihan, tapi kalau kamu rajin, lama-lama jadi skill otomatis. Dan percayalah, skill ini bakal kepake bukan cuma buat skripsi, tapi juga buat artikel, jurnal, bahkan dunia kerja nanti.
3. Tulis dengan Gaya Bahasa Sendiri
Sebenarnya, salah satu kunci biar tulisanmu bebas dari plagiasi itu simpel banget: pakai gaya bahasa kamu sendiri. Coba deh bayangin, kalau kamu udah terbiasa nulis dengan cara unikmu, otomatis hasilnya beda dari orang lain meskipun bahas topik yang sama. Nah, ini beberapa langkah yang bisa kamu praktekkan.
a. Catat dengan Bahasa Kamu
Setiap kali baca jurnal atau buku, jangan langsung copy-paste kalimat yang menurutmu penting. Sebaliknya, catat intinya pakai bahasamu sendiri. Misalnya, kalau di jurnal ditulis “Validitas penelitian ditentukan oleh instrumen yang tepat”, kamu bisa tulis di catatanmu “Kalau alat penelitian tepat, hasilnya juga bisa dipercaya.” Simpel kan?
Dengan kebiasaan kayak gini, pas kamu menulis nanti, otomatis yang keluar bukan kalimat hasil jiplakan, tapi versi aslimu.
b. Latih Diri Menjelaskan ke Orang Lain
Coba kamu bayangkan lagi ngobrol sama temanmu tentang materi yang baru aja kamu baca. Kalau bisa jelasin dengan lancar, artinya kamu udah paham. Nah, gaya menjelaskan ke teman ini bisa kamu tulis ulang dalam skripsi atau makalahmu. Dijamin jadi lebih hidup dan pastinya nggak kaku kayak buku teks.
Teknik ini juga sering dipakai penulis profesional lho. Mereka nggak nulis ulang kalimat asli, tapi menjelaskan dengan gaya mereka sendiri.
c. Gunakan Contoh atau Analogi
Kalau kamu pakai contoh atau analogi yang sesuai gaya hidupmu, tulisanmu otomatis jadi lebih fresh. Misalnya, kamu bahas soal “sampel penelitian”, bisa kamu analogikan dengan “kayak nyobain tester parfum sebelum beli full size.” Hal kecil kayak gini bikin tulisanmu unik banget dan jauh dari plagiasi.
Selain itu, pembaca juga jadi lebih gampang paham. Dosen pasti bakal lebih apresiatif kalau kamu bisa nyambungin teori dengan contoh yang relate.
d. Jangan Takut Berkreasi
Banyak mahasiswa takut keluar dari gaya formal karena khawatir dianggap nggak akademis. Padahal, selama tetap sopan dan sesuai kaidah ilmiah, kamu boleh kok eksplorasi gaya bahasa. Justru itu yang bikin skripsi atau artikelmu punya ciri khas.
Kalau kamu cuma copy gaya bahasa dari jurnal, hasilnya bakal sama kayak jutaan tulisan lain. Tapi kalau kamu berani kasih sentuhan sendiri, tulisanmu jadi lebih menonjol.
e. Konsisten dengan “Voice” Kamu
Ini nih yang penting. Dari awal sampai akhir tulisan, coba jaga konsistensi gaya bahasamu. Jangan di Bab 1 gayanya kaku, tiba-tiba di Bab 2 jadi terlalu santai. Konsistensi ini bikin tulisanmu lebih profesional dan enak dibaca.
Kalau kamu berhasil jaga konsistensi, dosen pembimbing juga bisa lebih percaya kalau itu memang tulisan asli kamu, bukan hasil copy paste.
4. Manfaatkan Teknologi untuk Jaga Orisinalitas
Di era sekarang, nggak ada alasan lagi buat pusing mikirin plagiarisme sendirian. Ada banyak banget teknologi dan tools yang bisa jadi partner kamu dalam nulis. Asal tau cara pakainya, kamu bisa lebih hemat waktu, lebih percaya diri, dan pastinya lebih aman. Yuk, kita bahas satu per satu!
a. Software Cek Plagiarisme
Udah jelas, tools kayak Turnitin, Grammarly Premium, atau Plagiarism Checker X itu wajib banget kamu kenal. Fungsinya bukan cuma buat cari tahu tingkat kemiripan, tapi juga buat bantu kamu ngelihat bagian mana aja yang masih rawan terdeteksi. Nah, bagian itulah yang bisa kamu perbaiki lewat parafrase atau nambah referensi.
Kuncinya jangan cuma sekali cek. Lakukan secara bertahap tiap kali kamu selesai revisi besar. Jadi, kamu bisa pantau progres orisinalitas tulisanmu.
b. Reference Manager (Mendeley, Zotero, EndNote)
Banyak mahasiswa yang keteteran soal sitasi. Padahal, kesalahan kecil di sitasi juga bisa dianggap plagiarisme. Nah, dengan aplikasi kayak Mendeley atau Zotero, kamu tinggal klik-klik aja buat masukin sitasi otomatis sesuai gaya (APA, MLA, Chicago, dll). Jadi rapi, cepat, dan akurat.
Selain itu, reference manager juga bikin daftar pustaka nggak berantakan. Percaya deh, dosen pembimbing bakal senyum-senyum kalau lihat daftar pustakamu cakep dan konsisten.
c. AI Paraphraser (Dengan Catatan!)
Sekarang juga udah banyak AI tool yang bisa bantu parafrase, mulai dari Quillbot, Grammarly Rewrite, sampai ChatGPT. Tapi ingat bestie, AI tuh bukan buat “asal spin text”. Gunakan AI sebagai alat bantu ide, bukan hasil akhir. Jadi setelah AI kasih saran, tetap kamu edit dan sesuaikan dengan gaya bahasamu sendiri.
Kalau kamu asal pakai, hasilnya bisa kaku, atau malah nggak nyambung sama konteks. Jadi, jadikan AI sebagai partner, bukan pengganti.
d. Cloud Notes dan Mind Mapping Tools
Kadang plagiarisme muncul karena kita bingung nyusun ide. Nah, coba pakai tools kayak Notion, Obsidian, atau MindMeister buat bikin kerangka ide. Dengan begitu, tulisanmu bakal lebih runtut dan nggak kebanyakan copas dari sumber.
Kalau ide udah jelas di peta pikiranmu, kamu tinggal ngembangin dengan bahasamu sendiri. Ini juga bisa bikin proses menulis jadi lebih cepat.
e. Konsultasi dengan Mentor atau Tutor
Nah, teknologi nggak selalu berbentuk software. Ada juga “teknologi manusia” alias mentor atau tutor yang lebih berpengalaman. Kalau kamu masih bingung, jangan malu buat konsultasi. Banyak platform bimbingan akademik (kayak KonsultanEdu, hehe) yang bisa dampingin kamu. Dengan begitu, kamu nggak cuma dapat tools, tapi juga arahan langsung dari orang yang udah ahli.
Penutup
Jadi, bestie, biar tulisanmu bebas dari plagiarisme itu kuncinya ada 4:
- Selalu cek plagiarisme dengan alat terpercaya.
- Kuasai teknik parafrase biar makin natural.
- Tulis dengan gaya bahasa sendiri biar punya ciri khas.
- Manfaatkan teknologi modern sebagai pelengkap.
Kalau semua langkah ini kamu ikuti, skripsi atau artikelmu bakal punya kualitas tinggi, aman dari plagiasi, dan pastinya bikin dosen atau pembaca kagum.