Mau Publikasi Jurnal Tapi Bingung Mulainya dari Mana?
Pernah nggak sih kamu udah capek-capek bikin artikel ilmiah, tapi pas mau submit jurnal malah bingung sendiri kayak nyari jarum di tumpukan jerami? Tenang, kamu nggak sendiri, bestie! Banyak mahasiswa dan peneliti pemula yang kebingungan dengan cara submit jurnal, apalagi kalau baru pertama kali. Dari mulai bingung pilih jurnal, mikirin biaya submit jurnal, sampai deg-degan nunggu hasil review yang entah kapan datangnya. Nah, di artikel ini, aku bakal bahas lengkap banget tentang gimana sih cara submit jurnal online yang bener, efisien, dan pastinya nggak bikin kamu nangis di pojokan.
Kita juga bakal bahas soal cara submit jurnal SINTA, cara submit jurnal ke Scopus, sampai strategi biar naskah kamu lebih mudah diterima. Yuk, kita bahas bareng-bareng, jangan takut mulai!
Daftar Isi
ToggleApa Itu Submit Jurnal?
Bahasa gampangnya, submit jurnal adalah proses mengirimkan artikel ilmiah (hasil penelitian kamu) ke sebuah jurnal akademik supaya bisa dipertimbangkan untuk diterbitkan. Jadi, kalau kamu udah nulis artikel berdasarkan skripsi, tesis, atau riset mandiri kamu, proses “submit” inilah gerbang awalnya buat masuk ke dunia publikasi ilmiah.
Bayangin kamu punya tulisan keren banget, tapi masih tersimpan di laptop. Nah, supaya tulisan itu bisa dibaca banyak orang, dikutip, bahkan masuk ke Google Scholar atau Scopus, kamu harus kirimkan ke jurnal dulu. Dan proses pengiriman ini dilakukan lewat platform online—biasanya via Open Journal System (OJS) kalau di jurnal nasional.
Apa yang Terjadi Setelah Submit?
Setelah kamu submit, naskah kamu akan masuk ke tahap review. Ini mirip-mirip kayak skripsi kamu dibaca dan dikomentari dosen pembimbing, tapi kali ini oleh reviewer jurnal. Mereka bakal cek:
- Apakah tulisan kamu orisinal?
- Relevan gak sama fokus jurnalnya?
- Datanya kuat gak?
- Dan tentu saja, bahasanya bener atau kacau?
Kalau oke, biasanya kamu dapat status Accepted with Minor Revision (hore!). Tapi kalau banyak koreksi, bisa jadi Major Revision atau malah Rejected. Jangan galau, ini bagian dari proses ilmiah, bestie! Jadi, Submit jurnal adalah proses awal untuk menerbitkan artikel ilmiah kamu. Lewat proses ini, kamu nggak cuma bikin tugas kuliah atau riset pribadi jadi bermanfaat, tapi juga bisa memperkaya keilmuan orang lain. Bahkan bisa banget jadi nilai plus di CV kamu nanti buat beasiswa, kerja, atau lanjut S2-S3.
Makanya, penting banget tahu cara submit jurnal yang benar—baik ke jurnal nasional seperti SINTA, maupun ke jurnal internasional seperti Scopus. Jangan sampai salah langkah atau malah asal submit terus nyesel belakangan.
Cara Submit Jurnal yang Efektif
1. Persiapan Awal: Jangan Langsung Submit Kalau Manuskrip Belum Siap!
Sebelum kamu gegabah klik tombol submit, langkah pertama yang wajib kamu lakukan adalah memastikan bahwa manuskripmu udah siap tempur. Ibarat mau naik ring tinju, kamu harus tahu dulu senjata kamu kuat atau nggak.
Pertama-tama, cek dulu struktur artikelmu. Apakah sudah lengkap dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode, hasil dan pembahasan, sampai kesimpulan? Jangan lupa juga bagian daftar pustaka yang sering diremehkan tapi krusial banget. Kalau kamu mau submit ke jurnal internasional seperti Scopus, pastikan penggunaan bahasa Inggrisnya udah bener. Boleh banget pakai jasa proofreader profesional atau pakai tools AI seperti Grammarly buat bantu cek grammar.
Selain itu, pastikan kamu sudah menyesuaikan manuskripmu dengan guideline dari jurnal yang kamu tuju. Setiap jurnal punya style masing-masing, mulai dari format kutipan, struktur abstrak, jenis font, hingga gaya penulisan. Nggak mau dong ditolak cuma gara-gara hal teknis yang sepele? Terakhir, jangan lupa simpan manuskrip kamu dalam format yang diminta (biasanya PDF atau DOCX).
2. Menentukan Target: Pilih Jurnal yang Cocok, Jangan Asal Kirim!
Ini bagian yang kadang disepelekan, tapi super penting. Jangan cuma karena temanmu submit ke jurnal A, kamu ikut-ikutan. Kamu harus riset kecil-kecilan dulu sebelum memutuskan jurnal tujuan.
Cek dulu cakupan topik jurnal tersebut. Misalnya kamu nulis soal manajemen pemasaran digital, jangan kirim ke jurnal yang fokusnya di teknik lingkungan. Kamu juga bisa lihat artikel-artikel sebelumnya yang pernah dipublikasikan, apakah sesuai dengan topik kamu atau nggak.
Perhatikan juga apakah jurnal tersebut terindeks di mana. Kalau kamu pengin publikasi di jurnal nasional, coba cari tahu apakah jurnal itu masuk ke dalam daftar SINTA. Kalau kamu target jurnal internasional bereputasi, pastikan jurnalnya terindeks Scopus. Ini penting banget karena beberapa kampus atau dosen pembimbing mewajibkan indeks tertentu.
Dan tentu saja, cek info tentang biaya submit jurnal. Ada jurnal yang gratis (gratisan emang selalu menggoda), tapi ada juga yang minta APC (article processing charge) dengan nominal yang cukup fantastis. Jangan sampai kamu udah nunggu lama, eh, pas udah accepted malah kaget lihat biayanya jutaan rupiah.
3. Proses Submission: Yuk, Mulai Submit Secara Online Tanpa Drama!
Nah, sekarang masuk ke bagian inti: proses cara submit jurnal online. Mayoritas jurnal sekarang sudah menggunakan sistem submission digital yang bisa diakses lewat OJS (Open Journal System) atau platform serupa. Di tahap ini, kamu butuh koneksi internet yang stabil dan mental yang siap.
Biasanya kamu akan diminta membuat akun terlebih dahulu. Isi profil dengan lengkap, jangan asal-asalan. Setelah itu, kamu bisa mulai unggah manuskrip, mengisi metadata (judul, abstrak, kata kunci), dan menambahkan data penulis lainnya. Beberapa jurnal juga minta file terpisah untuk tabel, gambar, dan cover letter.
Nah, cover letter ini jangan dianggap formalitas doang ya. Di sinilah kamu bisa ‘jualan’ artikelmu ke editor. Ceritakan secara singkat kenapa artikelmu penting, orisinal, dan relevan dengan jurnal tersebut. Kalau kamu submit ke jurnal Scopus atau jurnal internasional lainnya, cover letter bisa jadi penentu editor mau baca lebih lanjut atau nggak.
Setelah semua file terunggah dan data lengkap, tinggal klik submit. Jangan lupa print atau simpan bukti pengiriman sebagai arsip pribadi kamu ya, siapa tahu nanti perlu bukti kalau ada kendala.
4. Proses Review: Saatnya Naskah Kamu Diuji!
Setelah naskah kamu di-submit, kamu nggak langsung dapet kabar besoknya ya—ini bukan pesanan instan. Naskah kamu bakal masuk ke tahap yang disebut peer review, alias ditinjau oleh para reviewer yang ahli di bidang topik kamu.
Biasanya ada dua jenis review: single blind dan double blind. Kalau single blind, reviewer tahu kamu siapa, tapi kamu nggak tahu reviewer-nya siapa. Kalau double blind, dua-duanya sama-sama nggak tahu identitas masing-masing. Tujuannya biar penilaian tetap objektif tanpa baper-baperan.
Nah, selama tahap review ini kamu bisa dapet tiga jenis respon:
- Diterima tanpa revisi (ini langka, kayak ketemu dosen killer yang senyum).
- Diterima dengan revisi (umum banget, dan masih sangat bagus).
- Ditolak (sedih, tapi bukan akhir segalanya).
Proses review ini bisa makan waktu dari beberapa minggu sampai berbulan-bulan, tergantung kebijakan jurnal. Jadi, sabar dan pantau email kamu secara berkala ya. Kalau kelamaan, boleh follow up secara sopan ke editor, tapi jangan spam ya, nanti malah masuk blacklist.
5. Tips Biar Artikel Kamu Lebih Mudah Diterima Jurnal
Siapa sih yang nggak pengen artikelnya diterima dengan cepat? Nah, ini beberapa tips submit jurnal yang bisa bantu kamu:
a. Fokus pada kebaruan penelitian
Jurnal itu suka yang fresh. Pastikan artikel kamu punya novelty atau kebaruan yang jelas. Bukan sekadar bahas topik lama dengan gaya baru, tapi benar-benar memberikan sudut pandang atau data yang memperkaya ilmu.
b. Perhatikan struktur dan format
Kesalahan teknis seperti typo, salah format referensi, atau struktur acak-acakan bisa bikin editor langsung skip. Baca ulang guideline jurnal, dan sesuaikan sebaik mungkin. Tools seperti Mendeley bisa bantu kamu urus referensi biar rapi jali.
c. Tambahkan visualisasi data yang menarik
Grafik, tabel, dan ilustrasi bisa bikin naskah kamu lebih meyakinkan dan mudah dipahami. Tapi ingat, jangan cuma bagus tampilannya, tapi harus juga relevan dan informatif.
d. Jangan takut revisi
Kalau reviewer kasih komentar, anggap itu sebagai masukan konstruktif. Jangan baper. Revisi yang baik justru bisa meningkatkan kualitas artikel kamu secara signifikan.
e. Pilih jurnal dengan cakupan yang tepat
Artikel kamu akan lebih mudah diterima kalau sesuai dengan scope jurnal. Jangan maksa masuk ke jurnal bertema teknologi padahal kamu bahas filsafat eksistensial.
6. Ditolak? Tenang, Itu Bukan Akhir Segalanya
Nggak semua submission langsung mulus. Bahkan peneliti top pun sering ditolak berkali-kali sebelum akhirnya tembus. Jadi kalau jurnal kamu ditolak, jangan langsung mengibarkan bendera putih.
Pahami dulu alasan penolakan. Biasanya jurnal akan kasih feedback—entah dari editor langsung atau hasil reviewer. Bacalah dengan kepala dingin. Dari situ kamu bisa evaluasi: apakah perlu ganti jurnal? Perbaiki substansi? Atau cuma butuh revisi ringan?
Revisi dengan serius. Ini bukan sekadar ganti kata atau ubah judul. Cek setiap masukan, dan perbaiki dengan niat. Bisa jadi justru hasil revisimu jauh lebih bagus dari versi awal.
Submit ke jurnal lain. Jangan nyerah. Ada banyak jurnal di luar sana, baik yang nasional terakreditasi SINTA maupun jurnal internasional seperti Scopus. Sesuaikan artikelmu dengan template jurnal yang baru, dan ulangi proses submit seperti sebelumnya.
Yang penting: tetap semangat dan terus belajar dari proses. Semakin sering kamu submit, kamu akan makin terbiasa dengan dinamika publikasi ilmiah.
Jadi, Siap Submit Jurnal Pertamamu?
Oke bestie, kita udah ngobrol panjang lebar tentang gimana cara submit jurnal dari nol sampai bisa tayang di jurnal impianmu. Mulai dari menyiapkan manuskrip, milih jurnal yang cocok, pahami proses submit jurnal online, menghadapi revisi, sampai tetap tegar saat ditolak—semua udah kita bedah tuntas.
Sekarang, tinggal kamu ambil langkah pertama. Jangan tunggu semuanya sempurna dulu baru berani submit. Kadang, kemajuan itu datang dari nyoba, gagal, belajar, terus bangkit lagi. Bukan dari mikir doang tanpa pernah nyoba.
Yang perlu kamu ingat, publikasi jurnal itu bukan sekadar formalitas akademik. Ini juga tentang kontribusi kamu terhadap ilmu pengetahuan. Kamu nggak cuma nulis buat dapat nilai atau kelulusan, tapi kamu ikut membangun pengetahuan baru yang bermanfaat buat orang banyak. Keren, kan?
Buat kamu yang pengen submit ke jurnal nasional, bisa banget coba cara submit jurnal SINTA melalui portal OJS kampus atau lembaga penelitian. Dan kalau kamu siap naik level, kamu juga bisa eksplor cara submit jurnal ke Scopus, meskipun butuh effort lebih, tapi worth it banget buat CV kamu nanti. Jangan lupa juga untuk selalu siapin dana buat biaya submit jurnal, terutama kalau kamu sasar jurnal internasional open access ya!
Terakhir, ingat bahwa setiap peneliti hebat pun pasti pernah ditolak. Tapi mereka nggak berhenti. Mereka revisi, belajar, dan mencoba lagi. Kamu pun bisa.
Yuk, mulai submit sekarang juga. Semoga artikel ini bisa jadi bekal yang membantu kamu menaklukkan dunia publikasi ilmiah. Kalau kamu punya pertanyaan lanjutan atau butuh template surat pengantar, contoh cover letter, atau rekomendasi jurnal sesuai topik, tinggal bilang aja—aku bantu!