1. Home
  2. »
  3. Uncategorized
  4. »
  5. Cara Mengambil Daftar Pustaka dari Jurnal: 5 Panduan Lengkap untuk Mahasiswa

5 Cara Membuat Jurnal yang Baik dan Benar: Panduan Lengkap Buat Mahasiswa Peneliti Muda

Pernah nggak sih kamu lagi cari jurnal ilmiah buat tugas akhir, skripsi, atau artikel penelitian tapi hasil pencarianmu malah zonk? Sudah berjam-jam buka Google Scholar, Scopus, atau portal jurnal, tapi yang muncul entah nggak relevan, berbayar, atau bahkan terlalu teknis sampai bikin mumet. Nah, kalau kamu pernah ngalamin itu, tenang aja, kamu nggak sendirian. Banyak mahasiswa yang merasa bingung tentang cara membuat jurnal yang baik dan benar, sekaligus cara mencari referensinya. Padahal, kuncinya ada di strategi pencarian dan pengelolaan jurnal itu sendiri.

Artikel ini bakal kupas tuntas, dari konsep dasar pencarian, strategi optimasi di database, cara bikin filter supaya hasilnya relevan, sampai trik ngatur referensi biar nggak berantakan. Nggak cuma itu, aku juga bakal selipin pembahasan tentang cara membuat jurnal ilmiah yang benar, bahkan cara publikasi di jurnal nasional maupun internasional. Jadi, siap-siap ya, karena tulisan ini bakal jadi pegangan buat kamu yang lagi serius di dunia akademik.

Cara Membuat Jurnal yang Baik dan Benar

cara membuat jurnal yang baik dan benar

Sebelum kita nyemplung ke strategi teknis, ada baiknya paham dulu konsep dasar penelusuran jurnal. Ibaratnya, ini fondasi sebelum bangun rumah. Kalau fondasi rapuh, ya hasilnya gampang runtuh. Sama halnya dengan pencarian jurnal, kalau asal ketik keyword tanpa arah, hasilnya pasti bikin capek.

  1. Kata Kunci Adalah Kompas Pencarian
    Kalau kamu mau nemuin jurnal yang relevan, tentuin dulu kata kunci utama yang benar-benar sesuai topik penelitianmu. Misalnya kamu lagi bikin skripsi tentang pemasaran digital, jangan cuma ketik “marketing” aja. Itu terlalu luas, hasilnya bisa ribuan artikel random. Lebih tepat kalau kamu pakai kata kunci spesifik seperti “digital marketing” atau bahkan lebih sempit lagi “social media marketing”. Jangan lupa juga bikin alternatif kata kunci, termasuk versi bahasa Inggris. Contoh: “digital marketing” bisa kamu variasikan jadi “online marketing” atau “internet marketing”.

Selain itu, manfaatkan juga Boolean Operators seperti AND, OR, dan NOT. Misalnya:

  • "digital marketing" AND "consumer behavior" → hasil yang muncul khusus artikel tentang digital marketing dan perilaku konsumen sekaligus.
  • "digital marketing" OR "online marketing" → hasil yang lebih luas, bisa pakai istilah mana saja.
  • "digital marketing" NOT "politics" → menyingkirkan artikel yang nyerempet ke politik.

Teknik ini sederhana tapi powerful, bestie. Kalau kamu udah paham, pencarianmu nggak bakal lagi buang-buang waktu.

  1. Pilih Database yang Tepat
    Jangan kira semua database jurnal sama. Setiap database punya keunggulan masing-masing.
  • Google Scholar: gratis, luas, cocok buat pemula.
  • Scopus: database internasional yang super lengkap, tapi biasanya berbayar via kampus.
  • ScienceDirect: fokus ke sains dan teknologi.
  • Portal Garuda: database jurnal Indonesia, cocok kalau kamu lagi cari referensi lokal.

Kuncinya, sesuaikan database dengan bidang penelitianmu. Kalau topiknya pendidikan, coba cek ERIC. Kalau kesehatan, masuk ke PubMed. Dengan begitu, hasil pencarianmu lebih fokus dan sesuai kebutuhan.

  1. Catat Strategi Pencarianmu
    Pernah nggak nemu jurnal bagus, tapi lupa cara nyarinya lagi? Nah, makanya penting banget dokumentasi pencarian. Catat keyword yang kamu pakai, filter tahun, database, bahkan link artikelnya. Kamu bisa simpan di dokumen Word, Excel, atau langsung pakai aplikasi reference manager kayak Mendeley atau Zotero. Ini bakal jadi penyelamat saat kamu butuh revisi atau lanjutan penelitian.
  2. Jangan Takut Eksperimen dengan Keyword
    Kadang, keyword pertama nggak langsung kasih hasil memuaskan. Jangan menyerah, coba variasi lain. Misalnya, selain “digital marketing”, coba pakai “e-commerce promotion” atau “social media advertising”. Dengan cara ini, kemungkinan kamu nemu artikel yang lebih kaya dan variatif makin besar.
  3. Ingat, Pencarian Itu Iteratif
    Nggak ada pencarian jurnal yang sekali klik langsung sempurna. Biasanya butuh beberapa kali coba, filter ulang, dan eksplorasi. Jadi, anggap aja ini proses belajar. Semakin sering kamu latihan, semakin tajam instingmu dalam milih kata kunci dan database yang pas.

Strategi Optimasi di Database Jurnal Biar pencarianmu makin terarah.

1. Google Scholar: Mesin Pencari Favorit Mahasiswa

Kalau ngomongin pencarian jurnal, pasti hampir semua mahasiswa kenal sama Google Scholar. Kelebihannya, database ini gratis, gampang diakses, dan user-friendly banget. Kamu bisa nemuin jutaan artikel dari berbagai bidang hanya dengan ketik kata kunci sederhana.
Tapi biar hasilnya lebih terarah, jangan cuma ketik keyword umum. Gunakan tanda kutip (“ ”) untuk mencari frasa spesifik, misalnya "analisis regresi linear" biar hasilnya nggak melebar ke mana-mana. Kamu juga bisa filter tahun supaya referensi yang keluar lebih terbaru dan relevan.

Selain itu, fitur Cited by di Google Scholar bisa bantu kamu menelusuri seberapa sering artikel dipakai oleh peneliti lain. Semakin banyak disitasi, biasanya semakin kredibel. Nah, dari situ kamu bisa tahu jurnal mana yang punya pengaruh besar di bidang penelitianmu.

2. Scopus: Database Premium untuk Artikel Bereputasi

Kalau mau yang lebih serius, Scopus adalah salah satu pilihan terbaik. Ini database berbayar yang biasa diakses lewat kampus. Keunggulannya, Scopus hanya menampilkan artikel-artikel dari jurnal terindeks internasional bereputasi. Jadi kalau targetmu publikasi di jurnal bereputasi, Scopus wajib jadi acuan.

Strategi pakainya juga mirip Google Scholar, tapi fiturnya lebih detail. Kamu bisa filter berdasarkan jenis dokumen (artikel, review, konferensi), tahun, publisher, sampai afiliasi penulis. Bahkan kamu bisa ngecek h-index penulis atau jurnal, buat tahu kualitasnya. Tips: kalau kamu mahasiswa, coba tanya ke perpustakaan kampus. Biasanya universitas besar punya akses resmi ke Scopus. Jadi jangan ragu manfaatin fasilitas kampusmu.

3. Portal Garuda: Senjata Andalan Cari Jurnal Indonesia

Buat yang butuh referensi lokal, Portal Garuda adalah jawaban. Database ini dikelola oleh Kemenristekdikti, isinya ribuan jurnal dari berbagai universitas dan lembaga penelitian di Indonesia. Cocok banget kalau skripsimu butuh data kontekstual Indonesia.

Cara optimasinya, pastikan kamu pakai kata kunci spesifik dalam bahasa Indonesia. Misalnya kalau kamu riset hukum, ketik kata kunci kayak “pluralisme hukum desa” atau “otonomi daerah”. Hasilnya bakal lebih relevan dibanding cuma pakai kata umum kayak “hukum” aja. Plus, Portal Garuda biasanya menyediakan full-text gratis, jadi kamu nggak perlu pusing soal paywall. Hemat tenaga, hemat biaya.

4. Trik Kombinasi Multi-Database

Jangan puas cuma pakai satu database. Coba kombinasikan:

  • Google Scholar buat scope luas.
  • Scopus buat kualitas internasional.
  • Portal Garuda buat konteks lokal.

Dengan cara ini, literatur yang kamu kumpulkan bakal lebih lengkap dan seimbang. Kamu bisa dapet gambaran global tapi tetap grounded sama konteks penelitian di Indonesia.

5. Tips Teknis Biar Efektif

  • Gunakan boolean operator: AND, OR, NOT. Contoh: “renewable energy” AND policy Indonesia.
  • Cek similar articles yang biasanya muncul di samping hasil pencarian.
  • Simpan referensi pakai tools kayak Mendeley atau Zotero, biar nggak hilang dan mudah bikin daftar pustaka.

Strategi Jitu Memilih Jurnal yang Relevan dan Berkualitas

1. Cek Indeksasi Jurnal

Pertama-tama, jangan asal comot jurnal cuma karena judulnya keliatan keren. Lihat dulu apakah jurnal tersebut sudah terindeks di database bereputasi seperti Scopus, Web of Science, DOAJ, atau minimal Sinta (kalau di Indonesia).

  • Kenapa penting? Karena indeksasi itu semacam “stempel kualitas” bahwa jurnalnya sudah melewati seleksi ketat.
  • Kalau kamu asal ambil jurnal dari blog atau situs nggak jelas, risetmu bisa dipertanyakan validitasnya.
  • Buat mahasiswa yang lagi nulis skripsi atau tesis, dosen biasanya langsung lebih respect kalau kamu pakai referensi dari jurnal terindeks.
  • Jadi, sebelum download PDF-nya, sempatkan cek apakah jurnalnya benar-benar masuk database terpercaya.
  • Tools yang bisa kamu pakai: Scopus Preview, Sinta Kemendikbud, atau langsung cek DOAJ untuk open access.

2. Baca Scope dan Aim Jurnal

Jurnal itu punya “ruang lingkup” alias scope. Misalnya, ada jurnal khusus hukum tata negara, ada yang fokus ke pendidikan, ada juga yang nyasar ke ekonomi digital.

  • Kalau kamu salah pilih, artikelmu bisa dianggap “out of topic” dan langsung ditolak editor.
  • Bayangin kamu nulis tentang hukum lingkungan, tapi submit ke jurnal teknologi informasi. Auto ditolak walaupun tulisanmu bagus.
  • Makanya, selalu baca bagian Aim & Scope di website jurnal sebelum kamu putuskan pakai atau submit artikel ke sana.
  • Tips: jangan cuma lihat judul jurnal, tapi cek juga artikel-artikel yang sudah terbit untuk tahu kecocokan tema.
  • Dengan begitu, kamu bisa lebih yakin bahwa referensi atau artikelmu sesuai dengan target jurnal.

3. Perhatikan Impact Factor atau SJR (Scimago Journal Rank)

Buat yang mau main di level lebih tinggi, seperti publikasi internasional, coba cek Impact Factor (IF) atau SJR dari jurnalnya.

  • Semakin tinggi nilai IF atau SJR, semakin bereputasi jurnal tersebut.
  • Biasanya, kampus atau dosen pembimbing juga suka menyarankan target publikasi di jurnal dengan ranking tertentu.
  • Tapi jangan minder kalau baru pemula—mulai dulu dari jurnal dengan level menengah seperti Sinta 2 atau 3.
  • Kalau sudah terbiasa, baru upgrade ke Scopus Q3, Q2, atau bahkan Q1.
  • Ingat, kualitas itu proses. Jadi, jangan langsung maksa ke jurnal dengan IF tinggi kalau belum siap.

4. Hindari Jurnal Predator

Ini penting banget! Banyak sekarang jurnal predator yang cuma cari duit tanpa proses review yang benar.

  • Ciri-cirinya: minta bayar mahal tapi peer review-nya super cepat (kadang cuma 3 hari langsung accepted).
  • Website-nya biasanya asal-asalan, banyak typo, dan editorial board-nya kadang fiktif.
  • Kalau kamu terjebak masuk ke jurnal predator, reputasi risetmu bisa jatuh.
  • Tips aman: selalu cross-check di Beall’s List (arsip) atau cek apakah jurnal tersebut muncul di database resmi seperti DOAJ atau Scopus.
  • Lebih baik telat publish daripada salah pilih tempat publikasi.

5. Lihat Track Record Penulis dan Artikel Sebelumnya

Terakhir, coba intip siapa saja yang sudah publish di jurnal itu.

  • Kalau banyak penulis dari universitas atau lembaga riset ternama, berarti jurnal itu kredibel.
  • Lihat juga kualitas artikel sebelumnya: apakah datanya valid, metodologinya jelas, dan referensinya mutakhir?
  • Dari situ kamu bisa menilai apakah jurnal tersebut layak jadi referensi atau target publikasi.
  • Bonusnya, kamu bisa dapat inspirasi ide penelitian baru dari tren riset di jurnal tersebut.
  • Jadi, selain memilih, kamu juga sekaligus update dengan perkembangan riset terkini.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Optimized by Optimole
Scroll to Top