Pernah nggak sih kamu ngerasa bingung harus mulai dari mana waktu disuruh dosen cari referensi penelitian? Apalagi kalau diminta pakai jurnal internasional yang katanya lebih kredibel dibanding sekadar buku teks atau artikel populer di internet. Pertanyaan yang sering muncul: “Sebenernya, cara mencari jurnal internasional itu gimana sih biar nggak buang-buang waktu?”
Sebagai mahasiswa atau peneliti muda, kemampuan menemukan jurnal ilmiah jadi bekal penting. Bukan cuma biar skripsi atau tesis kamu kelihatan keren, tapi juga supaya penelitianmu benar-benar punya dasar teori yang kuat dan relevan. Nah, di artikel ini aku bakal jelasin strategi paling efektif buat cari jurnal internasional, termasuk trik pakai database populer, tips keyword, sampai cara ngecek kualitas jurnalnya.
Kata kunci kayak cara mencari jurnal internasional di Google Scholar, cara mencari jurnal bahasa Inggris, dan juga jurnal ilmiah akan kita bahas tuntas biar kamu bisa lebih percaya diri. Dijamin setelah ini, kamu nggak lagi sekadar “asal search”, tapi bisa bener-bener fokus nyari referensi yang tepat sasaran.

Daftar Isi
Toggle1. Kenapa Penelusuran Jurnal Ilmiah Itu Penting Banget?
Sebelum masuk ke strategi teknis, ada baiknya kita paham dulu kenapa penelusuran jurnal jadi langkah awal yang wajib banget dilakukan. Soalnya, banyak mahasiswa yang mikir, “Ya udah lah, cari seadanya aja. Yang penting ada referensi.” Padahal, kualitas penelitian kamu bakal langsung kelihatan dari seberapa kuat fondasi literatur yang kamu pakai.
1. Mengidentifikasi gap penelitian
Jurnal ilmiah ibarat peta yang ngasih tahu daerah mana yang sudah dijelajahi peneliti sebelumnya dan mana yang masih kosong. Dengan rajin ngulik jurnal, kamu bisa menemukan research gap atau celah penelitian yang bisa kamu isi. Kalau nemu gap, otomatis penelitianmu jadi lebih fresh dan punya nilai tambah. Bayangin kalau kamu bikin topik yang ternyata udah diteliti habis-habisan sebelumnya, pasti dosen langsung bilang: “Ini udah banyak yang bahas, coba cari yang baru.”
2. Update sama perkembangan terbaru
Riset itu sifatnya dinamis. Setiap tahun selalu ada temuan baru. Kalau kamu nggak rajin baca jurnal, bisa-bisa penelitianmu ketinggalan zaman alias out of date. Misalnya, kamu riset soal teknologi pendidikan tapi referensi yang dipakai cuma jurnal tahun 2010. Padahal, perkembangan edutech sekarang sudah jauh berubah. Makanya, update lewat jurnal itu penting biar argumenmu relevan dengan kondisi terbaru.
3. Nemu metodologi yang sudah terbukti
Bingung nentuin metode penelitian? Jurnal bisa jadi inspirasi. Banyak penelitian sebelumnya yang bisa kamu jadikan acuan, mulai dari desain penelitian, instrumen, sampai teknik analisis data. Dengan begitu, kamu nggak lagi coba-coba atau nebak-nebak metode, tapi sudah punya dasar yang teruji.
4. Menghindari duplikasi riset
Nggak ada yang mau menghabiskan waktu berbulan-bulan ngerjain skripsi, eh ujung-ujungnya sadar kalau topiknya udah diteliti orang lain dengan cara yang sama. Nah, penelusuran jurnal yang efektif bisa mencegah hal ini. Kamu bisa tahu mana penelitian yang sudah ada, sehingga bisa memodifikasi atau mencari sudut pandang baru.
5. Memperkuat argumen
Terakhir, jurnal ilmiah bikin argumenmu lebih solid. Penelitianmu bukan sekadar opini pribadi, tapi sudah didukung bukti nyata dari penelitian lain. Apalagi kalau pakai jurnal internasional bahasa Inggris yang bereputasi tinggi, dosen dan pembaca bakal lebih yakin sama kualitas tulisanmu.
2. Tips Jitu Memanfaatkan Database Jurnal
Kalau udah paham kenapa penelusuran jurnal itu penting, sekarang waktunya masuk ke bagian teknis: gimana sih cara efektif memanfaatkan database jurnal biar pencarianmu lebih gampang? Karena kalau asal ketik kata kunci di Google, yang muncul biasanya campur aduk: dari blog pribadi, berita populer, sampai artikel ilmiah yang belum tentu terverifikasi. Di sinilah pentingnya kamu tahu cara mencari jurnal internasional di Google Scholar, Scopus, JSTOR, dan database lain yang terpercaya.
1. Pilih database sesuai bidang penelitian
Setiap bidang ilmu punya database unggulannya masing-masing. Misalnya, kalau kamu kuliah di kedokteran, database seperti PubMed wajib jadi andalan karena fokus di kesehatan. Kalau kamu dari ilmu sosial, JSTOR dan Taylor & Francis bisa jadi pilihan. Sementara itu, Google Scholar adalah pilihan universal yang gratis dan bisa dipakai siapa aja. Dengan tahu database mana yang relevan, pencarianmu jadi lebih fokus dan nggak buang waktu.
Contoh: mahasiswa teknik mesin lebih cocok pakai ScienceDirect atau IEEE Xplore, sedangkan mahasiswa hukum bisa pakai HeinOnline. Kalau salah database, bisa-bisa yang keluar artikel nggak nyambung dengan topikmu.
2. Manfaatkan fitur pencarian lanjutan
Banyak mahasiswa cuma masukin satu kata kunci lalu langsung klik search. Padahal, hampir semua database jurnal punya fitur pencarian lanjutan yang super membantu. Misalnya, di Google Scholar, kamu bisa filter hasil pencarian berdasarkan tahun, penulis, atau bahkan kutipan. Di Scopus, kamu bisa spesifik cari artikel dari jurnal yang terindeks tertentu.
Contoh penggunaan: kalau kamu riset tentang “penggunaan teknologi dalam pembelajaran,” kamu bisa filter hasil dari 2019 ke atas biar tetap up-to-date. Atau filter berdasarkan penulis tertentu kalau kamu ingin mengikuti karya ilmuwan yang memang ahli di bidang tersebut.
3. Pakai operator Boolean (AND, OR, NOT)
Ini trik klasik tapi ampuh. Dengan operator Boolean, kamu bisa menyaring hasil pencarian jadi lebih presisi. Misalnya:
- “education AND technology” → hasilnya hanya artikel yang mengandung kedua kata tersebut.
- “education OR learning” → hasilnya artikel yang mengandung salah satu dari kata tersebut.
- “education NOT sport” → hasilnya artikel tentang education tapi bukan yang terkait olahraga.
Trik ini bikin pencarian lebih efisien, terutama kalau topikmu luas banget.
4. Gunakan filter tambahan
Jangan malas pakai filter. Biasanya database menyediakan filter berdasarkan tahun publikasi, jenis artikel, atau bahasa. Misalnya, kalau kamu butuh jurnal bahasa Inggris, tinggal aktifkan filter bahasa. Kalau kamu hanya butuh penelitian terbaru, bisa set filter 5 tahun terakhir. Ini penting biar referensimu relevan dengan perkembangan terkini.
5. Simpan hasil pencarian & aktifkan notifikasi
Hampir semua database sekarang punya fitur “Save search” atau “Create alert”. Artinya, setiap kali ada artikel baru yang sesuai kata kunci, kamu bakal dapat notifikasi lewat email. Bayangin betapa hemat waktunya, kamu nggak perlu cari manual berulang-ulang. Misalnya, kamu lagi riset tentang “digital learning”, cukup aktifkan notifikasi, dan setiap ada jurnal baru, kamu langsung update
3. Strategi Keyword Mantap buat Menemukan Literatur Tepat
Kunci utama dalam cara mencari jurnal internasional adalah pemilihan keyword. Banyak mahasiswa asal masukin kata umum seperti “pendidikan” atau “ekonomi”, padahal hasilnya bakal banjir artikel yang terlalu luas dan nggak spesifik. Kalau kamu bisa milih keyword yang tepat, pencarian jurnalmu jadi lebih efisien dan hasilnya lebih sesuai dengan topik penelitian.
1. Identifikasi konsep kunci dari topik penelitian
Langkah pertama adalah ngerti betul apa yang mau kamu teliti. Misalnya, kamu mau bahas inovasi teknologi di pendidikan. Nah, konsep kunci yang bisa jadi keyword adalah “educational technology” atau “edutech”. Kalau kamu asal pakai “pendidikan” doang, hasilnya terlalu umum dan bisa nyasar ke hal-hal yang nggak relevan.
Keyword yang jelas bikin hasil pencarian lebih fokus. Jadi, sebelum buka database, coba tulis dulu poin inti penelitianmu di kertas. Dari situ, tentuin konsep mana yang harus dijadikan kata kunci utama.
2. Gunakan sinonim dan variasi kata
Satu topik penelitian bisa punya banyak istilah berbeda. Misalnya, selain “innovation”, kamu bisa pakai “breakthrough” atau “novelty”. Selain “technology in education”, kamu bisa cari juga “ICT in learning” atau “digital learning”. Dengan variasi ini, kamu nggak akan kelewat jurnal yang pakai istilah berbeda.
Kalau kamu risetnya pakai jurnal bahasa Inggris, variasi keyword dalam English sangat krusial. Karena bisa jadi artikel relevan nggak pakai istilah yang kamu bayangin, tapi sinonim lain.
3. Pakai frasa dan kombinasi kata
Kadang pakai kata tunggal hasilnya terlalu banyak. Misalnya, kamu cari “learning” aja, hasilnya bisa jutaan. Tapi kalau kamu ketik “technology in learning process” atau “digital learning in higher education”, hasilnya jauh lebih spesifik. Jadi, jangan takut pakai frasa panjang.
Di Google Scholar, kamu bisa pakai tanda kutip (“…”) biar pencarian lebih presisi. Misalnya, ketik “digital literacy in education” maka hasilnya hanya artikel yang mengandung frasa persis itu.
4. Manfaatkan thesaurus atau istilah bidang
Kalau stuck, coba buka thesaurus atau daftar istilah resmi di bidangmu. Misalnya, dalam ilmu hukum ada istilah “comparative law” yang kadang juga ditulis “legal comparison”. Dengan tahu variasi istilah, kamu bisa memperluas kemungkinan hasil pencarian.
Di bidang medis, istilah ini malah lebih krusial. Misalnya, “heart attack” juga dikenal dengan istilah “myocardial infarction”. Kalau kamu cuma pakai satu istilah, bisa jadi banyak jurnal internasional terlewat.
5. Perhatikan keyword di artikel relevan
Trik paling simpel tapi efektif: baca artikel yang relevan, lalu cek bagian keyword yang ditulis penulisnya. Biasanya, di jurnal ilmiah ada daftar keyword resmi di bawah abstrak. Kamu bisa copy keyword itu buat pencarian baru. Cara ini sering dipakai peneliti profesional biar pencariannya lebih tepat sasaran.
4. Cara Cepat Mengevaluasi Kualitas Jurnal Ilmiah
Ketika kamu udah berhasil menerapkan strategi keyword dan nemu banyak artikel, tantangan berikutnya adalah: mana yang benar-benar bisa dipakai? Soalnya, nggak semua jurnal ilmiah punya kualitas yang sama. Ada jurnal internasional bereputasi tinggi, ada juga yang abal-abal alias predator journal. Kalau sampai salah pilih, penelitianmu bisa dianggap kurang kredibel. Jadi penting banget buat tahu cara mengevaluasi kualitas jurnal dengan cepat.
1. Periksa reputasi jurnal dan impact factor
Salah satu indikator utama adalah reputasi jurnal. Jurnal bereputasi biasanya sudah terindeks di database besar kayak Scopus atau Web of Science. Kalau mau gampang, cek impact factor (IF). Angka ini menunjukkan seberapa sering jurnal tersebut dirujuk peneliti lain. Semakin tinggi IF, semakin kredibel jurnal itu. Jadi, kalau kamu ingin aman, pilih jurnal internasional dengan reputasi jelas.
Tapi bukan berarti jurnal yang belum punya IF rendah nggak bisa dipakai. Kadang jurnal lokal atau nasional juga relevan banget dengan konteks penelitianmu. Hanya saja, kalau ada pilihan, utamakan yang sudah bereputasi.
2. Cek kredibilitas penulis
Selain jurnalnya, lihat juga siapa penulis artikelnya. Apakah mereka dosen, peneliti, atau praktisi di bidang itu? Kalau mereka punya banyak publikasi di topik serupa, kemungkinan besar tulisannya berkualitas. Di Google Scholar, kamu bisa klik nama penulis untuk lihat riwayat publikasinya. Kalau banyak dikutip orang lain, itu tanda bagus.
Sebaliknya, kalau penulisnya nggak jelas identitas akademiknya, kamu perlu hati-hati. Jangan sampai kamu pakai artikel yang ternyata bukan karya peneliti resmi.
3. Evaluasi metodologi penelitian
Jurnal bagus biasanya punya metodologi yang jelas, transparan, dan bisa dipertanggungjawabkan. Periksa apakah mereka menyebutkan desain penelitian, teknik pengambilan sampel, instrumen, serta metode analisis data. Kalau metodologinya kabur atau nggak dijelaskan detail, kualitasnya bisa dipertanyakan.
Misalnya, kalau kamu riset kuantitatif, artikel yang pakai metode statistik kompleks bisa jadi referensi kuat. Kalau kamu riset kualitatif, artikel dengan analisis mendalam juga lebih kredibel dibanding yang cuma permukaan.
4. Kesesuaian topik dengan penelitianmu
Jangan sampai kamu pakai jurnal hanya karena judulnya terlihat relevan, padahal isinya nggak nyambung. Makanya, sebelum menjadikan artikel sebagai referensi, pastikan topiknya memang mendukung penelitianmu. Bacalah abstrak, pendahuluan, dan kesimpulan untuk memastikan kesesuaiannya. Kalau topiknya terlalu jauh, lebih baik cari jurnal lain yang lebih dekat dengan bidangmu.
5. Kebaruan informasi
Ilmu pengetahuan terus berkembang. Itu sebabnya, dalam banyak skripsi atau tesis, dosen minta referensi 5–10 tahun terakhir. Kalau kamu pakai jurnal lama, bisa aja informasinya sudah ketinggalan. Kecuali memang itu teori dasar yang jadi fondasi penting, lebih baik pilih jurnal terbaru. Apalagi kalau kamu lagi cari jurnal internasional bahasa Inggris, usahakan pilih yang terbit di 5 tahun terakhir biar penelitianmu terlihat up-to-date.
5. Teknik Membaca Cepat Supaya Nggak Kewalahan
Kalau kamu sudah menguasai cara mencari jurnal internasional dan berhasil ngumpulin banyak artikel, biasanya tantangan berikutnya adalah merasa kewalahan. Bayangin aja, satu artikel jurnal bisa lebih dari 20 halaman dengan bahasa akademik yang padat. Kalau kamu nekat baca semua secara detail, waktumu bisa habis sebelum nulis skripsi dimulai. Makanya, kamu perlu strategi membaca cepat yang efektif.
1. Mulai dari abstrak
Abstrak adalah ringkasan penelitian. Dalam satu paragraf, penulis biasanya sudah menjelaskan tujuan penelitian, metode yang dipakai, hasil utama, dan kesimpulan. Dengan baca abstrak aja, kamu bisa langsung tahu apakah jurnal itu relevan atau nggak buat penelitianmu. Kalau dari abstrak sudah kelihatan kurang nyambung, nggak perlu buang waktu baca seluruh artikel.
2. Fokus ke pendahuluan dan kesimpulan
Bagian pendahuluan biasanya menjelaskan latar belakang, masalah penelitian, dan tujuan penelitian. Dari sini, kamu bisa dapat gambaran besar tentang konteks riset. Sementara itu, kesimpulan merangkum temuan utama. Jadi, cukup baca dua bagian ini dulu untuk mengerti arah penelitian tanpa harus mendalami setiap detailnya.
3. Perhatikan heading dan subheading
Artikel ilmiah umumnya terstruktur dengan baik: ada bagian metode, hasil, diskusi, dll. Cukup baca heading dan subheading untuk tahu alurnya. Dari situ, kamu bisa langsung lompat ke bagian yang paling relevan dengan topikmu. Misalnya, kalau kamu cuma butuh metodologi, langsung ke bagian metode tanpa harus membaca diskusi panjang.
4. Amati tabel, grafik, dan gambar
Visualisasi data seringkali lebih cepat menjelaskan daripada teks panjang. Grafik bisa langsung nunjukin tren, tabel bisa kasih detail angka, sementara diagram bisa memetakan konsep penting. Jadi, jangan abaikan bagian ini, karena sering kali inti penelitian tersaji jelas dalam bentuk visual.
5. Buat catatan singkat
Jangan hanya membaca, tapi biasakan menulis ringkasan kecil dari setiap jurnal. Catatan ini bisa berupa poin-poin penting: tujuan, metode, hasil, dan relevansi dengan penelitianmu. Dengan begitu, kamu nggak perlu baca ulang semuanya saat nulis bab kajian pustaka. Tinggal buka catatan, lalu kembangkan jadi tulisan.
6. Tips Mengelola Literatur dengan Rapi dan Efektif
Nah, setelah berhasil mengumpulkan banyak jurnal ilmiah dan sudah tahu cara membacanya dengan cepat, langkah berikutnya adalah mengelola literatur itu dengan rapi. Percuma kan kalau kamu punya puluhan jurnal bagus tapi berantakan, sampai kamu sendiri bingung nyarinya lagi? Makanya, manajemen literatur itu wajib.
1. Pakai software manajemen referensi
Jangan cuma andalkan folder acak di laptop. Gunakan aplikasi seperti Mendeley atau Zotero. Aplikasi ini bisa menyimpan jurnal lengkap dengan metadata-nya, bahkan otomatis bikin sitasi sesuai gaya yang kamu pilih. Jadi, pas nulis skripsi atau artikel, kamu tinggal klik, nggak perlu ketik ulang daftar pustaka.
2. Buat kategori berdasarkan tema
Pisahkan jurnal sesuai subtopik. Misalnya, kalau kamu riset tentang teknologi pendidikan, bikin folder khusus untuk “metodologi”, “teknologi digital”, atau “literasi digital”. Dengan begitu, saat nulis kajian pustaka, kamu tinggal buka folder sesuai tema.
3. Simpan file PDF dengan nama jelas
Biasakan kasih nama file yang mudah dipahami, misalnya: Handoko_2020_Fiskal_Ekonomi.pdf. Jangan biarkan nama file acak kayak download(1).pdf. Nanti kamu bakal pusing sendiri.
4. Catat ringkasan tiap jurnal
Setiap selesai baca, tulis catatan singkat: tujuan penelitian, metode, hasil, dan relevansi. Ini bikin kamu nggak perlu baca ulang kalau butuh cepat.
5. Update literatur secara rutin
Ilmu berkembang cepat. Jadi, meskipun skripsimu masih jalan beberapa bulan, jangan berhenti update. Aktifkan notifikasi di database kayak Google Scholar biar kamu dapat artikel terbaru otomatis.
Rekomendasi Tempat Nyari Jurnal
Buat kamu yang masih bingung mulai dari mana, ini daftar beberapa database populer:
- Google Scholar – gratis dan paling mudah diakses. Cocok untuk pemula yang belajar cara mencari jurnal internasional di Google Scholar.
- Scopus – salah satu database terbesar dan paling kredibel. Biasanya dipakai untuk jurnal internasional bereputasi.
- JSTOR – cocok untuk bidang sosial dan humaniora.
- PubMed – spesialis di bidang kesehatan dan medis.
- ResearchGate – banyak penulis upload langsung artikelnya, jadi kadang kamu bisa download gratis tanpa bayar.
Dengan memanfaatkan database ini, kamu bisa lebih mudah menemukan jurnal bahasa Inggris maupun jurnal internasional yang relevan dengan topikmu.
Penutup
Sekarang kamu udah punya gambaran lengkap soal cara mencari jurnal internasional yang benar. Mulai dari memahami kenapa penelusuran jurnal itu penting, pakai database dengan efektif, memilih keyword yang tepat, mengevaluasi kualitas jurnal, membaca cepat, sampai mengelola literatur dengan rapi. Semua langkah ini kalau kamu terapkan, dijamin penelitianmu bakal lebih kredibel dan profesional.
Ingat, penelitian tanpa dukungan literatur yang kuat ibarat bangunan tanpa fondasi. Jadi, jangan malas untuk cari jurnal ilmiah yang relevan dan berkualitas. Kalau bisa, biasakan pakai jurnal internasional bahasa Inggris biar tulisanmu punya bobot lebih di mata dosen maupun akademisi.
Dengan strategi ini, kamu nggak cuma sekadar menyelesaikan tugas, tapi juga bisa menghasilkan karya yang bener-bener punya kontribusi nyata di bidangmu. Jadi, mulai sekarang, yuk biasakan pakai strategi cerdas ini biar setiap kali ditanya dosen: “Referensinya dari mana?”, kamu bisa jawab dengan percaya diri: “Dari jurnal internasional bereputasi, Pak/Bu.”