Pernah nggak sih kamu dapet tugas bikin teks wawancara, tapi begitu duduk di depan laptop malah bengong, nggak tahu harus mulai dari mana? Tenang, kamu nggak sendirian. Banyak mahasiswa, pelajar, bahkan konten kreator yang sering stuck di tahap ini. Padahal, kalau tahu cara membuat teks wawancara yang bener, prosesnya bisa jauh lebih gampang dan hasilnya juga lebih maksimal.
Buat kamu yang lagi nyiapin tugas kuliah, bikin konten, atau riset, wawancara itu salah satu skill wajib yang harus kamu kuasai. Tapi jangan cuma asal tanya-jawab doang. Ada tekniknya biar hasil interview kamu punya cerita, jelas dibaca, dan bikin pembaca atau dosen bilang, “Wih, ini rapi banget.” Nah, di artikel ini, aku bakal ngajarin kamu langkah-langkah super lengkap plus tips yang jarang dibahas orang lain. Kita akan kupas sampai detail supaya kamu bisa langsung praktik.
Daftar Isi
ToggleTeks Wawancara Itu Apa, Sih?
Sebelum nyemplung ke teknis, kita harus sepakat dulu: teks wawancara itu apa?
Secara simpel, teks wawancara adalah hasil transkrip dari percakapan antara pewawancara (kamu) dan narasumber. Bentuknya bisa mirip skrip atau catatan tanya-jawab, tapi yang membedakan adalah ketepatan dan kelengkapan isinya.
Bayangin aja, ini kayak kamu merekam obrolan sama narasumber, lalu menulis ulang semua yang diomongin, tapi dibuat rapi dan enak dibaca. Isinya nggak cuma pertanyaan dan jawaban, tapi juga bisa mencakup detail suasana, nada bicara, bahkan ekspresi narasumber kalau itu relevan. Kenapa penting? Karena detail-detail kecil ini bikin pembaca seakan ikut hadir di ruangan yang sama waktu wawancara berlangsung.
Masalahnya, banyak orang mikir “Ah, tinggal tulis ulang aja,” padahal enggak sesimpel itu. Butuh teknik, ketelitian, dan trik biar hasilnya nggak cuma jadi tumpukan teks membosankan. Nah, makanya penting banget paham cara membuat teks wawancara yang efektif.
1. Persiapan Sebelum Wawancara — Jangan Datang Kosongan!
Sering banget mahasiswa gagal bikin teks wawancara bagus gara-gara datang ke lokasi interview tanpa persiapan. Padahal, persiapan itu 50% dari keberhasilan. Kalau kamu udah siap, proses wawancara dan penulisan bakal jauh lebih lancar.
a. Riset Narasumber dan Topik
Coba gali info dulu soal siapa narasumbermu. Cari tahu latar belakangnya, profesinya, pengalaman uniknya, bahkan karya atau prestasi yang pernah dia raih. Kalau topiknya “wirausaha muda sukses,” ya kamu wajib tahu usaha apa yang dia jalani dan pencapaiannya. Ini bikin kamu bisa nyiapin pertanyaan yang relevan, nggak asal tanya, dan narasumber juga bakal respect sama kamu.
b. Bikin Daftar Pertanyaan Kunci
Pertanyaan itu ibarat peta perjalanan wawancara. Jangan bikin kebanyakan sampai narasumber kewalahan, tapi pastikan setiap pertanyaan punya tujuan yang jelas. Pikirkan pertanyaan pembuka, pertanyaan pendalaman, dan pertanyaan penutup yang elegan.
c. Cek Alat Perekam
Jangan sampai momen penting hilang cuma gara-gara recorder lowbat atau memori penuh. Selalu siapkan backup—misalnya rekam pakai HP dan juga recorder digital. Ini bakal nyelamatin kamu kalau ada masalah teknis.
d. Latihan Opening
Biar nggak kaku pas mulai, latihanlah perkenalan dan pembukaan wawancara. Nada suara yang ramah dan percaya diri bikin narasumber nyaman untuk bercerita.
e. Prediksi Jawaban
Coba tebak-tebak jawaban yang mungkin keluar. Ini berguna biar kamu siap dengan pertanyaan lanjutan kalau narasumber jawab singkat atau malah terlalu panjang lebar.
2. Pelaksanaan Wawancara — Bangun Chemistry Biar Ceritanya Mengalir
Begitu ketemu narasumber, tujuan pertama kamu bukan langsung nembak pertanyaan, tapi bikin suasana nyaman. Chemistry yang baik akan bikin narasumber lebih terbuka dan jawaban yang keluar lebih kaya informasi.

a. Mulai dengan Pengenalan dan Tujuan
Jangan anggap remeh sesi perkenalan. Ucapkan terima kasih karena sudah bersedia diwawancara, lalu jelaskan tujuan wawancara ini. Narasumber akan lebih percaya kalau tahu kenapa dia dipilih.
b. Gunakan Bahasa yang Sederhana dan Jelas
Jangan pakai istilah teknis atau kalimat muter-muter kalau nggak perlu. Semakin sederhana pertanyaan, semakin jelas juga jawaban yang akan kamu dapat.
c. Jadi Pendengar yang Aktif
Mendengarkan bukan cuma soal diam, tapi juga merespons dengan gestur atau kalimat singkat seperti “Oh gitu,” “Menarik ya,” atau “Lalu gimana selanjutnya?” Ini bikin percakapan terasa alami.
d. Fleksibel dengan Alur Pertanyaan
Kalau narasumber nyeritain sesuatu yang menarik di luar daftar pertanyaanmu, ikuti aja alurnya. Kadang informasi paling berharga justru datang dari momen yang nggak direncanakan.
e. Catat Poin Penting di Samping Rekaman
Meskipun kamu merekam, catatan manual tetap berguna untuk menandai bagian penting. Ini mempermudah saat nanti menulis teks untuk wawancara.
3. Transkripsi Rekaman — Fondasi Utama Teks Wawancara
Nah, ini dia tahap yang sering bikin orang malas: transkripsi. Padahal, kalau kita bicara cara membuat teks wawancara, transkripsi itu kuncinya. Tanpa transkripsi yang rapi dan akurat, hasil akhirnya bakal berantakan.
a. Dengarkan Rekaman dengan Teliti
Jangan buru-buru. Putar rekaman, dengarkan setiap kata, bahkan jeda dan tawa kecil sekalipun. Kalau perlu, dengarkan sampai tiga kali untuk memastikan nggak ada bagian yang kelewat.
b. Tulis Setiap Kata Apa Adanya
Untuk draft awal, tulis semua yang diucapkan narasumber, termasuk pengisi kata seperti “hmm”, “eee”, atau “gitu”. Ini berguna buat menangkap nuansa asli percakapan sebelum disunting.
c. Gunakan Tanda Baca yang Tepat
Tanda baca itu penting untuk memberi jeda dan menunjukkan intonasi. Misalnya, titik untuk menutup pernyataan tegas, tanda tanya untuk pertanyaan, dan elipsis (…) untuk menunjukkan keraguan atau jeda berpikir.
d. Pecah ke Dalam Paragraf Pendek
Jangan tulis transkripsi dalam satu paragraf panjang yang bikin mata pembaca lelah. Pecah menjadi bagian-bagian sesuai pergantian penanya dan penjawab.
e. Tandai Bagian Penting
Kalau ada jawaban yang super penting, tandai dengan highlight atau komentar di dokumen. Ini akan memudahkan saat proses penyusunan final.
4. Penyuntingan Awal — Bikin Teks Lebih Bersih dan Enak Dibaca
Setelah transkripsi selesai, tahap berikutnya adalah menyunting. Di sini, tujuan utamanya adalah membersihkan teks tanpa menghilangkan makna dari jawaban narasumber.
a. Hapus Kata-Kata yang Tidak Perlu
Kata-kata pengisi seperti “anu”, “eee”, atau “ya kan” bisa dihapus kalau tidak menambah makna. Ini akan membuat teks untuk wawancara terasa lebih profesional.
b. Perbaiki Tata Bahasa
Kadang jawaban narasumber menggunakan bahasa lisan yang kalau ditulis mentah-mentah terasa aneh. Kamu bisa memperbaiki struktur kalimatnya agar lebih enak dibaca, tapi tetap mempertahankan maksud asli.
c. Cek Kebenaran Fakta dan Nama
Pastikan nama orang, tempat, atau tanggal yang disebut narasumber sudah benar. Salah detail seperti ini bisa menurunkan kredibilitas kamu.
d. Tambahkan Keterangan Non-Verbal
Kalau ada momen penting seperti narasumber tersenyum, terdiam lama, atau tertawa, tambahkan dalam tanda kurung. Ini membantu pembaca membayangkan suasana wawancara.
e. Jangan Ubah Gaya Bicara Terlalu Banyak
Ingat, tujuan kamu adalah menulis ulang, bukan membuat narasumber terdengar seperti orang lain. Pertahankan gaya bicara aslinya sebisa mungkin.
5. Susun Teks dalam Format Tanya-Jawab — Biar Mudah Diikuti
Banyak teks wawancara gagal membuat pembaca bertahan karena formatnya berantakan. Padahal, dengan format tanya-jawab yang rapi, pembaca bisa menikmati percakapan tanpa merasa tersesat.
a. Susun Secara Kronologis
Urutkan pertanyaan dan jawaban sesuai alur wawancara. Kalau ada topik yang meloncat, bisa kamu rapikan agar lebih logis.
b. Gunakan Penanda Jelas
Tulis pertanyaan dalam huruf tebal (bold) atau format berbeda supaya pembaca tahu kapan pewawancara bertanya dan kapan narasumber menjawab.
c. Pecah Jawaban Panjang
Kalau narasumber memberikan jawaban panjang, pecah menjadi beberapa paragraf agar lebih mudah dibaca.
d. Beri Subjudul untuk Topik Baru
Misalnya, kalau wawancara membahas pengalaman masa kecil dan kemudian pindah ke karier, berikan subjudul agar pembaca tahu terjadi perpindahan topik.
e. Sisipkan Penjelasan Singkat Kalau Perlu
Kalau narasumber menyebut sesuatu yang mungkin asing bagi pembaca, tambahkan catatan singkat dalam tanda kurung atau footnote.
6. Pengecekan Ulang — Quality Control Sebelum Diterbitkan
Kalau tahap ini kamu lewatin, siap-siap aja nemuin kesalahan memalukan setelah teks dipublikasikan. Pengecekan ulang itu semacam filter terakhir supaya semua sudah sesuai standar.
a. Baca Ulang dari Awal Sampai Akhir
Baca teks wawancara seperti kamu pembaca awam. Apakah alurnya enak diikuti? Apakah setiap pertanyaan terjawab jelas? Kalau ada bagian yang terasa janggal, tandai untuk diperbaiki.
b. Bandingkan dengan Rekaman Asli
Kadang kita merasa sudah menulis sesuai, tapi pas dicek ulang ternyata ada satu-dua kalimat yang keliru. Jadi, putar rekaman sambil membaca teks, pastikan kesesuaiannya.
c. Periksa Konsistensi Format
Apakah pertanyaan selalu tebal? Apakah nama narasumber dan pewawancara konsisten penulisannya? Konsistensi format bikin teks terlihat profesional.
d. Cek Ejaan dan Tata Bahasa
Gunakan fitur spell check atau aplikasi pengecek tata bahasa. Walau terlihat remeh, typo kecil bisa bikin pembaca ilfil.
e. Uji Keterbacaan
Coba kasih teks untuk dibaca oleh orang lain. Kalau mereka paham isi wawancara tanpa harus tanya-tanya, berarti teks kamu sudah cukup jelas.
7. Finalisasi dan Publikasi — Sentuhan Akhir Sebelum Diumumkan
Setelah pengecekan, masuklah ke tahap terakhir. Ini adalah saatnya memberi “hiasan” supaya teks wawancara makin menarik untuk dibaca.
a. Beri Judul yang Menarik
Judul harus mencerminkan isi wawancara dan bikin orang penasaran. Misalnya, daripada menulis “Wawancara dengan Budi”, lebih menarik kalau ditulis “Budi: Dari Garasi Rumah Sampai Ekspor ke 10 Negara”.
b. Tambahkan Pengantar Singkat
Tuliskan siapa narasumbernya, kenapa dia diwawancarai, dan topik apa yang akan dibahas. Ini membantu pembaca mendapatkan konteks sebelum membaca detailnya.
c. Sertakan Profil Narasumber
Berikan informasi singkat seperti latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan pencapaian penting. Profil ini bisa diletakkan di awal atau akhir teks.
d. Siapkan Versi Web dan Cetak
Kalau teks wawancara akan diunggah ke website, pastikan tampilannya mobile-friendly. Kalau untuk majalah cetak, pastikan layout-nya enak dibaca.
e. Cek Lagi Sebelum Klik “Publish”
Walau sudah dicek berkali-kali, satu pengecekan terakhir nggak akan rugi. Fokus pada nama orang, angka, dan fakta yang krusial.
Kenapa Bikin Teks Wawancara Itu Penting Banget?
Banyak yang menganggap teks wawancara cuma formalitas. Padahal, kalau kita tahu cara membuat teks wawancara yang tepat, manfaatnya besar banget.
a. Dokumentasi yang Akurat
Dengan teks yang rapi, wawancara jadi bukti tertulis yang bisa diakses kapan saja. Cocok banget buat riset, liputan media, atau arsip organisasi.
b. Mempermudah Analisis
Teks yang terstruktur bikin proses analisis lebih cepat. Kamu bisa langsung cari kata kunci atau tema tertentu tanpa harus memutar rekaman dari awal.
c. Meningkatkan Kredibilitas
Pembaca akan lebih percaya sama kamu kalau teks wawancara detail, akurat, dan jelas. Apalagi kalau disertai pengecekan fakta yang solid.
d. Akses Informasi Lebih Mudah
Tidak semua orang punya waktu atau kemampuan untuk mendengarkan rekaman panjang. Dengan teks, pembaca bisa langsung menemukan informasi yang mereka cari.
e. Bisa Jadi Bahan Konten Lain
Teks wawancara bisa diubah menjadi artikel berita, postingan media sosial, slide presentasi, atau bahkan bahan buku. Satu wawancara, banyak peluang konten.
Tips Biar Teks Wawancara Kamu Kualitasnya Ala Jurnalis Profesional
Kalau mau hasil wawancara kamu dibaca orang sampai habis, jangan cuma fokus ke nulis pertanyaan dan jawaban. Ada banyak trik kecil yang bisa bikin pembaca betah.
a. Gunakan Alat Bantu Transkripsi tapi Tetap Cek Manual
Memang ada software seperti Otter.ai, Sonix, atau Google Recorder yang bisa membantu mengubah audio jadi teks. Tapi jangan 100% percaya hasilnya. Selalu cek ulang, karena software belum bisa menangkap semua nuansa, apalagi bahasa gaul atau istilah daerah.
b. Jaga Keaslian Jawaban Narasumber
Jangan sampai proses editing bikin maksud narasumber berubah. Kalau narasumber bilang “saya lumayan kaget”, jangan diubah jadi “saya terkejut sekali” karena itu bisa mengubah tone.
c. Tambahkan Keterangan Non-Verbal yang Penting
Misalnya, “[tertawa kecil]” atau “[menarik napas panjang]” di tengah jawaban bisa memberi konteks emosional yang bikin pembaca merasa terhubung.
d. Gunakan Format Konsisten
Misalnya, semua pertanyaan pakai bold, semua jawaban pakai huruf normal, dan catatan tambahan pakai italic. Ini bikin pembaca nyaman dan tidak bingung membedakan siapa yang bicara.
e. Buat Ringkasan di Awal
Beri ringkasan 3–5 kalimat tentang inti wawancara di awal teks. Ini membantu pembaca yang buru-buru untuk langsung tahu poin pentingnya, tapi tetap bisa lanjut baca detailnya kalau mau.
Penutup
Nah, sekarang kamu sudah tahu dari awal sampai akhir cara membuat teks wawancara yang nggak cuma rapi, tapi juga powerful dan enak dibaca. Mulai dari persiapan sebelum wawancara, pelaksanaan di lapangan, transkripsi yang teliti, penyuntingan yang menjaga makna asli, sampai tahap finalisasi dan publikasi.
Bikin teks wawancara itu bukan sekadar formalitas. Kalau dilakukan dengan benar, ini bisa jadi senjata penting buat riset, konten, atau dokumentasi. Dengan membuat teks wawancara yang rapi, kamu bisa mempermudah proses analisis, meningkatkan kredibilitas, dan memberi pembaca akses informasi yang lebih mudah.
Jadi, mulai sekarang jangan takut lagi saat dapat tugas teks untuk wawancara atau diminta menulis hasil interview. Gunakan langkah-langkah di atas, tambahkan sentuhan pribadi, dan jaga konsistensi format. Nggak cuma bikin tugas kuliah kelar, tapi juga bisa bikin kamu terlihat profesional di mata dosen atau klien.
Kalau kamu serius latihan, lama-lama bikin teks wawancara akan jadi hal yang natural buat kamu. Dan siapa tahu, skill ini bisa jadi bekal buat kariermu nanti di dunia jurnalistik, riset, atau bahkan content creation.