1. Home
  2. »
  3. Jurnal
  4. »
  5. 5 Panduan Biar Kamu Nggak Salah Pakai Impact Factor

5 Panduan Biar Kamu Nggak Salah Pakai Impact Factor

Honeyview d4243 impact factor illustr 400x400 1

Halo, guys! Kalian yang lagi berkecimpung di dunia riset pasti nggak asing lagi sama yang namanya impact factor, kan? Atau seenggaknya, kalian pasti pernah nemuin istilah ini pas lagi cari-cari referensi artikel kan? Yup, impact factor ini jadi salah satu metrik yang sering dipakai buat ngukur seberapa “keren” dan berpengaruhnya suatu jurnal ilmiah di dunia akademik. Tapi, sebenarnya apa sih impact factor itu, dan kenapa bisa jadi standar penilaian buat kualitas jurnal? Yuk, kita bahas bareng-bareng biar makin paham!

1.     Apa sih Impact Factor Itu?

Tyler large

Oke, jadi gini. Bayangin kamu punya jurnal ilmiah yang terbitin berbagai penelitian tiap tahunnya. Nah, impact factor ini adalah angka yang nunjukin seberapa sering artikel-artikel di jurnal itu dikutip sama peneliti lain dalam waktu tertentu. Jadi, makin tinggi angkanya, makin sering tuh jurnal dijadiin referensi sama orang lain yang artinya jurnalnya relevan banget di bidangnya! Misalnya, kalau impact factor-nya 5, itu berarti, rata-rata artikel di jurnal tersebut dikutip 5 kali selama periode waktu yang dihitung. Biasanya hitungan ini ngelihat dua tahun ke belakang, jadi angka ini lumayan up-to-date buat ngukur pengaruh suatu jurnal di kalangan akademisi.

2.     Cara Ngitung Impact Factor

Kamu penasaran gimana cara ngitungnya? Nih, kita ambil contoh:

–      Misal, Jurnal A punya 100 artikel yang diterbitkan dalam dua tahun terakhir (2021-2022).

–      Artikel-artikel itu dikutip sebanyak 300 kali di tahun 2023.

–      Jadi, impact factor buat Jurnal A adalah 300/100 = 3.0.

Gampang, kan? Jadi, impact factor ini emang angka yang keliatan sederhana, tapi bisa ngasih gambaran penting tentang seberapa berpengaruhnya jurnal tersebut.

3.     Peran Journal Citation Reports (JCR) dalam Evaluasi Jurnal

Pusing Cari Jurnal? 4 Strategi Optimalkan Penelurusan Jurnal Yang Perlu Kamu Coba

Kalau ngomongin soal impact factor, kita nggak bisa lepas dari yang namanya Journal Citation Reports (JCR). Pernah nggak nemuin istilah ini? Jadi, JCR ini semacam database gede yang dikelola sama Clarivate Analytics. Di sini, data semua jurnal ilmiah dikumpulin dan dihitung impact factor-nya. Kebayang dong betapa lengkapnya informasi yang bisa didapetin di sini?

Dengan JCR, kita bisa ngecek mana jurnal yang worth-it buat dijadiin referensi dan mana yang pengaruhnya belum seberapa. Ini ngebantu banget buat kamu yang pengen cari jurnal yang impactful buat penelitian kamu. Nah, JCR nggak cuma ngasih data impact factor per jurnal, tapi juga banyak statistik lain yang bisa bantu kita ngerti performa jurnal, kayak:

–      Statistik sitasi tahunan

Ini ngasih info seberapa sering jurnal itu dikutip setiap tahunnya.

–      Trend impact factor lima tahun terakhir

Buat ngelihat, kira-kira pengaruh jurnal ini makin naik, tetap, atau malah turun.

–      Peringkat jurnal berdasarkan kategori

Biasanya dibagi per bidang ilmu, jadi kita bisa bandingin jurnal di bidang yang sama.

–      Metrik evaluasi tambahan

Ada metrik-metrik lain kayak cited half-life yang ngukur umur relevansi artikel-artikel di jurnal tersebut.

4.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impact Factor Jurnal

Nggak semua jurnal bisa dapet impact factor yang tinggi, dan ada beberapa faktor penting yang berperan dalam nilainya. Apa aja faktornya? Yuk, intip beberapa di antaranya!

a.     Kualitas dan orisinalitas artikel

Jurnal yang rutin terbitin artikel berkualitas dan inovatif biasanya punya impact factor yang tinggi. Ya gimana, artikel yang bagus biasanya langsung dilirik sama peneliti lain buat dijadiin referensi, kan?

b.     Visibilitas dan aksesibilitas jurnal

Jurnal yang mudah diakses, terutama yang open-access, biasanya lebih sering dikutip karena siapa aja bisa baca. Jurnal yang susah diakses cenderung kurang dikenal, jadi impact factor-nya mungkin gak terlalu tinggi.

c.     Frekuensi penerbitan

Makin sering terbit, makin banyak juga artikel yang dihasilkan. Tapi, kalau terlalu sering terbit tapi isinya nggak terlalu impactful, bisa aja impact factor-nya tetap rendah. Jadi bukan hanya kuantitas terbitnya tapi juga seberapa banyak yang ngutip ya gess ya.

d.     Bidang keilmuan

Ada beberapa bidang yang emang alami punya tingkat sitasi tinggi, kayak kedokteran atau sains terapan. Jadi, jurnal dari bidang-bidang ini cenderung punya impact factor yang tinggi dibanding bidang yang sitasinya gak terlalu sering.

e.     Kebijakan editorial

Kebijakan editorial yang strict, kayak adanya peer review yang ketat, biasanya bikin kualitas artikel lebih terjamin. Hasilnya, artikel yang dipublikasi lebih relevan dan sering dikutip.

5.     Strategi Biar Impact Factor Jurnal Makin Naik

Buat penerbit jurnal yang pengen naikkin impact factor-nya, ada beberapa strategi yang bisa dicoba. Penasaran?

a.     Seleksi artikel dengan ketat

Penerbitan artikel yang punya nilai orisinal dan relevansi tinggi jelas bikin jurnal lebih sering dikutip. Jadi, artikel yang diterima juga harus bener-bener yang terbaik, ya!

b.     Perluas jangkauan distribusi

Buat bikin jurnal lebih dikenal, bisa banget buat diterbitkan di platform-platform besar dan gampang diakses sama peneliti dari seluruh dunia.

c.     Optimalkan visibilitas online

Ngikutin perkembangan teknologi, visibilitas online itu wajib. Pastikan jurnal terindeks di database besar kayak JCR atau Google Scholar, biar makin banyak yang bisa nemu.

d.     Terapkan peer review yang ketat

Artikel yang lulus peer review ketat biasanya punya kualitas yang bagus dan terpercaya. Ini bisa nge-boost kredibilitas jurnal di mata pembaca.

e.     Fokus pada kualitas daripada kuantitas

Meskipun penerbitan yang lebih banyak keliatannya bagus, tapi kalau kualitasnya nggak sesuai, impact factor nggak bakal naik signifikan. Jadi, fokus aja buat ngehasilin artikel yang impactful!

6.     Kritik dan Keterbatasan Impact Factor

Tapi, nggak semua orang setuju kalau impact factor itu metrik yang sempurna, lho. Ada beberapa kritik yang sering dilontarkan:

a.     Bias terhadap jurnal berbahasa Inggris

impact factor seringkali bias ke jurnal yang terbit dalam bahasa Inggris. Jadi, jurnal dari negara non-Inggris kadang impact factor-nya lebih rendah karena nggak banyak sitasi.

b.     Perbedaan sitasi antar bidang

Gak semua bidang punya frekuensi sitasi yang sama, makanya kadang-kadang perbandingan antar bidang jadi nggak adil kalau cuma lihat dari impact factor.

c.     Manipulasi impact factor

Sayangnya, ada juga jurnal yang memanipulasi impact factor-nya, kayak minta penulis buat lebih banyak nyitasi artikel di jurnal tersebut. Jadi, nggak semuanya bisa dipercaya 100%.

d.     Periode evaluasi yang terbatas

Biasanya cuma dua tahun yang dihitung, padahal banyak artikel yang impact-nya baru kerasa setelah beberapa tahun. Jadi, jurnal yang punya artikel timeless mungkin gak keliatan banget impact-nya di awal-awal.

Penutup

Impact factor emang bukan satu-satunya metrik buat ngukur kualitas jurnal, tapi dia tetap jadi indikator penting di dunia akademik. Dengan bantuan database kayak Journal Citation Reports, kita bisa dapetin gambaran yang lebih lengkap soal kualitas dan pengaruh suatu jurnal. Jadi, nggak cuma sekedar angka, impact factor bisa bantu kamu nentuin jurnal mana yang worth-it buat dijadiin referensi penelitian kamu.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Optimized by Optimole
Scroll to Top