Halo mahasiswa, pernah dapat tugas dari dosenmu buat menulis jurnal penelitian? Gimana, susah enggak? Sebagian dari kamu pasti bakal bilang susah karena belum memahami dengan baik caranya, mulai dari kenapa harus nulis jurnal, apa aja strukturnya, gimana lakukan penelitian buat ngumpulin data, dan masih banyak lagi. Tapi tenang, untuk kamu yang masih kesusahan buat nyusun jurnal penelitian karena kendala-kendala tadi, artikel ini bakal jadi panduan kamu buat membuat dan melakukan publikasi jurnal penelitian dengan muda. Yuk kita simak biar kamu makin paham!
Kenapa Menulis dan Publikasi Jurnal Penelitian itu Penting ?
Ok, sebelum kita membahas lebih dalam soal pertanyaan tadi, kita akan bahas lebih dasarnya dulu, yaitu “Kenapa sih menulis jurnal penelitian itu penting?
Pertama, menulis jurnal penelitian adalah salah satu cara memberikan kontribusi terbaikmu pada ilmu pengetahuan. Kedua, dengan melakukan publikasi jurnal penelitian bisa jadi nilai plus buat kamu yang pengen berkarir sebagai dosen, peneliti atau hendak melanjutkan S2 dengan full beasiswa. Ketiga, dengan menulis jurnal, siapa tahu tulisanmu itu bisa membantu orang lain buat melakukan riset yang sama, atau saat mereka melakukan riset.
Karena berhubung kamu udah paham kenapa menulis dan melakukan publikasi penelitian itu penting, yuk sekarang kita masuk ke pembahasan yang lebih berat lagi agar kamu benar-benar paham dan tahu cara buat jurnal penelitian yang menarik dan berkualitas. Yuk kita bahas satu-satu langkahnya!
1. Apa Sih Struktur Dasar Jurnal Penelitian?
Agar jurnal penelitian yang dibuat itu menghasilkan tulisan yang berkualitas, maka hal pertama kali yang harus kamu lakukan adalah memahami struktur penulis jurnal penelitian. Enggak ribet kok, berikut ini adalah struktur yang umum digunakan dalam pembuatak jurnal penelitian, yaitu:
- Judul: Ini tuh kayak pintu masuknya. Harus jelas, singkat, dan menarik.
- Abstrak: Ringkasan penelitian dalam 250 kata. Intinya, ini kayak “teaser” biar orang tertarik baca.
- Pendahuluan: Jelasin latar belakang masalah dan tujuan penelitian kamu.
- Metode Penelitian: Di sini kamu cerita detail cara ngumpulin data, alat yang dipakai, dan pendekatannya.
- Hasil dan Pembahasan: Bagian ini isinya analisis data kamu. Ceritain juga temuan yang kamu dapat.
- Kesimpulan: Wrap it up! Singkat, padat, jelas, dan ngasih rekomendasi.
Contohnya gini: “Penelitian ini mengkaji bagaimana media sosial memengaruhi perilaku konsumtif mahasiswa. Dengan metode survei online, sampel penelitian melibatkan 200 mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta.”
Gampang, kan? Kalau udah tahu strukturnya, nulis jadi lebih terarah dan mudah deh!
2. Cara Bikin Judul Jurnal yang Bikin Orang Penasaran
Udah paham struktur pembuatan jurnal penelitian kan? Nah selanjutnya mari kita bahas satu persatu struktur tersebut yang dimulai dari judul.
Bicara soal judul di jurnal penelitian, ini tuh kayak “first impression” buat pembaca. Jadi, kalau judulnya bagus, orang bakal tertarik baca tulisanmu sampai akhir. Namun kalau tidak menarik, orang mungkin nggak bakal klik buat baca jurnal kamu. Pertanyaannya, “Gimana sih cara bikin judul yang oke?” Yuk simak penjelasan berikut:
- Keep it simple, tapi tetap informatif.
- Gunakan kata-kata yang relevan sama penelitian kamu.
- Maksimal 12-15 kata, biar nggak kepanjangan.
Contoh judul yang oke nih: “Efektivitas Pembelajaran Online pada Mahasiswa Selama Pandemi”
Atau: “Analisis Dampak Media Sosial terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa”
Judul-judul kayak gitu tuh langsung ngasih gambaran jelas tentang apa yang bakal dibahas di jurnal. Orang jadi penasaran!
3. Rahasia Bikin Abstrak yang Ngena
Udah paham soal pembuatan judul yang baik agar pembaca tertarik buat baca penelitianmu? Kalau udah kita akan bahas cara nulis abstrak yang bikin ngena saat dibaca. Namun sebelum itu, kamu perlu paham apasih itu abstrak?
Singkatnya, abstrak itu sama seperti “trailer film”. Hanya menampilkan hal-hal penting. Begitu juga dengan abstrak, enggak semua konten di tampilin, tapi hanya poin-poin penting saja. Berikut ini poin-poin yang umumnya harus ada di abstrak yaitu:
- Tujuan penelitian kamu.
- Metodologi (pakai apa, gimana cara ngumpulinnya).
- Hasil penelitian.
- Kesimpulan.
Tips penting: jangan kepanjangan, cukup 200-250 kata aja. Contoh nih: “Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas pembelajaran online di kalangan mahasiswa. Dengan pendekatan kuantitatif, penelitian ini melibatkan 150 responden dari berbagai universitas. Hasilnya menunjukkan bahwa 70% mahasiswa mengalami tantangan dalam beradaptasi dengan metode pembelajaran online.”
4. Gimana Publikasi Jurnal Penelitian Itu?
Kalau kamu udah selesai nulis jurnal penelitianmu, kini kita akan melakukan publikasi agar bukan hanya kamu aja yang baca tulisanmu tetapi orang-orang lain juga. Tapi sebelum melakukan publikasi ada beberapa aturan yang harus kamu tuntasi dan ini tuh penting banget buat kamu lakukan. Yuk kita bahas langkah-langkah publikasi jurnal penelitian dengan mudah!
1. Pilih Jurnal yang Sesuai
Kunci pertama sukses publikasi adalah milih jurnal yang topiknya match banget sama penelitian kamu. Jangan cuma asal pilih jurnal yang terkenal atau berimpact factor tinggi aja, tapi pastikan juga relevansi isinya cocok. Karena kalau asal pilih aja tapi tulisanmu tidak sejalan dengan tempat kamu buat upload jurnal, yang ada mala tulisanmu tertolak!
Biar hal tersebut tidak terjadi, yuk ikuti beberapa cara dibawah ini:
- Baca beberapa artikel yang udah diterbitin di jurnal tersebut. Kalau topiknya mirip atau sejalan, berarti itu tempat yang tepat buat artikel kamu.
- Cek scope and aim jurnalnya. Biasanya ada di halaman web jurnal.
2. Ikuti Pedoman Penulisan
Setiap lembaga yang pengen kamu tempati buat upload jurnal mu, semuanya pasti memiliki pedoman tersendiri yang harus kamu ikuti. Oleh karena itu, sebelum melakukan publikasi, pastikan tulisanmu sudah memenuhi ketentuan aturan yang dibuat oleh penyedia jurnal ya. Mulai dari format naskah, gaya sitasi, sampai panjang artikel semuanya harus sesuai pedoman.
Nah… biar kamu enggak kesusahan, berikut ini beberapa poin yang harus kamu cek di tulisanmu sebelum melakukan publikasi ya!:
- Format judul, abstrak, dan subjudul.
- Gaya sitasi (misalnya APA, MLA, atau Chicago).
- Maksimal jumlah kata (biasanya antara 5.000-8.000 kata).
- Penggunaan tabel, grafik, atau ilustrasi (pastikan resolusi dan formatnya sesuai).
3. Peer Review
Setelah submit, artikel kamu nggak langsung diterima, bestie. Artikel itu bakal di-review sama para ahli di bidang yang sama. Proses ini disebut peer review dan tujuannya adalah memastikan kualitas artikel kamu.
Biasanya, reviewer bakal kasih feedback seperti:
- Apa yang perlu diperbaiki? Misalnya, data kurang lengkap, analisis kurang dalam, atau referensi perlu ditambah.
- Apakah artikel kamu sesuai dengan standar jurnal?
Kalau kamu diminta revisi, jangan sedih, ya. Justru ini kesempatan buat bikin artikel kamu makin keren.
4. Timeline Publikasi
Buat kamu yang baru pertama kali pengen publikasi, ini enggak bisa langsung satu hari selesai ya, tetapi terdapat beberapa tahap yang biasa akan dilalui, dan ini sudah ter timeline dengan rapi. Berikut ini timeline publikasi jurnal yang umumnya di dapatkan, yaitu:
- Submit: Artikel kamu dikirim ke editor.
- Desk Review: Editor ngecek apakah artikel kamu sesuai dengan scope jurnal.
- Peer Review: Artikel di-review oleh reviewer (butuh waktu 1-3 bulan).
- Revisi: Kalau ada masukan, kamu harus revisi dulu (bisa 1-2 bulan).
- Final Decision: Setelah revisi diterima, tinggal nunggu jadwal publikasi.
Prosesnya bisa makan waktu 6 bulan sampai 1 tahun, jadi sabar adalah kuncinya, sembari kamu tunggu juga revisi dari para review, sekiranya terdapat kesalahan dalam jurnal penelitianmu!
5. Pilih Metode Penelitian yang Pas Jurnalmu
Setelah tadi kamu udah melakukan publikasi jurnal ilmiah, sekarang kita lanjut ke tahap yang enggak kalah pentingnya yaitu, memilih metode penelitian yang pas buat jurnal penelitianmu. Berikut ini beberapa metode penelitian yang bisa kamu gunakan dalam menyusun penelitianmu, yaitu
1. Kuantitatif
Cocok buat kamu yang pengen hasil yang terukur dan bisa diolah secara statistik. Biasanya pendekatan ini digunakan kalau kamu pengen tahu seberapa besar pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain.
Contoh penelitian kuantitatif: Kamu mau tahu seberapa sering mahasiswa belanja online gara-gara iklan di media sosial. Dalam hal ini, kamu bisa bikin kuesioner dengan skala likert dan analisis datanya pakai SPSS atau Excel.
2. Kualitatif
Kalau kamu butuh pemahaman yang lebih mendalam, metode ini adalah pilihan tepat. Pendekatan ini sering dipakai buat eksplorasi fenomena sosial, perilaku, atau pengalaman.
Contoh penelitian kualitatif: Kamu ingin tahu alasan mahasiswa jadi konsumtif gara-gara media sosial. Untuk itu, kamu bisa melakukan wawancara mendalam atau observasi.
Contoh Penulisan Metode
“Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei online. Sampel terdiri dari 200 mahasiswa yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan terkait perilaku konsumtif mahasiswa akibat iklan media sosial.”
Tips:
- Jelaskan juga alat pengumpulan data yang kamu gunakan (kuesioner, wawancara, atau lainnya).
- Jangan lupa kasih alasan kenapa metode itu yang paling cocok buat penelitian kamu.
6. Teknik Analisis Data yang Bikin Hasil Kamu Makin Meyakinkan
Kalau tadi metode penelitian berguna buat bantu kamu kumpulin data penelitian, maka selanjutnya adalah data-data tersebut harus kembali di analisis. Biar kamu enggak kesusahan dalam melakukan analisis data, berikut ini beberapa langkah analisis data yang bisa kamu lakukan yaitu:
- Data Cleaning: Pastikan nggak ada data yang error atau kosong. Kalau ada responden yang nggak ngisi lengkap, lebih baik dikeluarin aja dari analisis.
- Pengolahan Statistik: Untuk penelitian kuantitatif, kamu bisa pakai software kayak SPSS atau Excel. Analisis ini penting buat nyari hubungan antar variabel.
- Interpretasi Hasil: Jelasin apa arti angka-angka yang kamu dapat. Misalnya, kalau 70% mahasiswa bilang mereka sering belanja online gara-gara media sosial, apa implikasinya?
- Validasi Temuan: Pastikan hasil kamu konsisten. Kalau perlu, bandingin sama penelitian sebelumnya biar lebih meyakinkan.
Contoh Penulisan Analisis
“Analisis data menunjukkan bahwa 85% responden mengaku terpengaruh oleh promosi di media sosial. Hasil ini mendukung temuan sebelumnya bahwa media sosial memiliki pengaruh besar terhadap pola konsumsi mahasiswa.”
7. Trik Menulis Pembahasan yang Keren
Data udah terkumpul, sudah juga di analisis, maka kini tiba saatnya kamu akan mengola data tersebut menjadi sebuah pembahasan. Nah dibagian penting banget karena nantinya kamu akan bercerita tentang temuan-temuan yang udah kamu dapatkan sebelumnya di lapangan. Walau begitu, meskipun terkesan mudah, terdapat beberapa hal yang harus kamu ketahui, yaitu hal-hal yang akan dibahas. Berikut ini caranya biar kamu mudah dalam membuat pembahasan, yaitu:
- Hasil Penelitian: Ceritain temuan kamu. Jangan cuma disebutin, tapi juga dijelasin maksudnya. Misalnya:
“Sebanyak 80% mahasiswa mengaku sering melihat iklan di Instagram. Ini menunjukkan bahwa platform tersebut jadi media promosi yang efektif.” - Kaitkan dengan Teori: Jangan lupa hubungkan hasil penelitian kamu dengan teori atau penelitian sebelumnya. Ini penting buat ngasih dasar ilmiah yang kuat.
- Implikasi Praktis: Apa sih dampak dari penelitian kamu? Misalnya, temuan kamu bisa jadi acuan buat pelaku usaha dalam memaksimalkan strategi promosi di media sosial.
- Keterbatasan Penelitian: Jujur aja, nggak ada penelitian yang sempurna. Sebutkan keterbatasan kamu, misalnya jumlah sampel yang terbatas atau waktu penelitian yang singkat.
- Rekomendasi: Kasih saran buat penelitian selanjutnya. Ini menunjukkan kalau kamu peduli sama perkembangan ilmu.
8. Gimana Bikin Kesimpulan yang Impactful?
Saat kamu udah kelar menceritakan hasil temuan kamu di poin hasil dan pembahasan, maka selanjutnya adalah kamu perlu menyimpulkannya biar pembaca tahu inti dari penelitian yang kamu lakukan. Agar lebih memudahkan kamu buat nulisnya, berikut ini adalah beberapa tips menulis kesimpulan yang baik, yaitu:
Tips Menulis Kesimpulan
- Jawab pertanyaan penelitian kamu.
- Jangan terlalu panjang, cukup satu atau dua paragraf.
- Tegaskan kontribusi penelitian kamu.
Contoh kesimpulan: “Penelitian ini menunjukkan bahwa media sosial, khususnya Instagram, memiliki pengaruh signifikan terhadap pola konsumsi mahasiswa. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang pentingnya strategi promosi digital untuk target pasar mahasiswa.”
Jangan lupa tambahkan rekomendasi biar makin lengkap. Misalnya: “Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengeksplorasi pengaruh media sosial terhadap perilaku konsumtif pada segmen usia yang berbeda.”
9. Format dan Referensi: Biar Jurnal Kamu Nggak Kena Tolak
Untuk pelengkap agar tulisan kamu makin berkualitas adalah setiap referensi yang kamu gunakan dalam menyusun jurnal penelitian, hendaknya disimpan di daftar pustaka. Walau begitu, dalam penulisan daftar pustaka terdapat beberapa gaya penulisan yang harus kamu sesuaikan dengan tempat kamu menerbitkan jurnal. Berikut ini beberapa gaya penulisan daftar pustaka yang umum digunakan yaitu:
- APA (American Psychological Association) Cocok buat penelitian sosial atau psikologi.
- MLA (Modern Language Association) Biasanya dipakai di penelitian humaniora.
- Chicago Style Lebih fleksibel, sering dipakai di banyak bidang.
Kamu bisa cek panduan dari jurnal yang mau kamu tuju, biasanya mereka ngasih file PDF tentang aturan format ini.
Referensi yang Tepat
Referensi itu ibaratnya kredit buat penelitian orang lain yang kamu jadikan rujukan. Jadi, pastikan kamu mencantumkannya dengan benar.
- Sitasi langsung: Kutipan yang kamu ambil mentah-mentah.
- Parafrase: Menulis ulang ide orang lain dengan gaya kamu.
Tips: Gunakan aplikasi seperti Mendeley atau Zotero biar referensi kamu lebih rapi dan otomatis sesuai gaya sitasi yang diminta.
10. Langkah Submit Jurnal: Dari Cover Letter Sampai Revisi
Bestie, ini dia tahap yang sering bikin jantung deg-degan: submit jurnal penelitian. Rasanya tuh kayak ngirim proposal ke gebetan—ada harapan besar, tapi juga ada sedikit rasa takut ditolak. Tapi tenang aja, kalau persiapan kamu udah matang dan ngikutin semua tahapan dengan benar, prosesnya nggak akan seseram itu.
Kunci sukses di sini adalah sabar, teliti, dan selalu siap menerima feedback. Yuk, kita bahas langkah-langkahnya satu per satu!
1. Persiapan Manuscript
Tahap pertama ini ibarat nyiapin outfit buat first date—semuanya harus rapi dan menarik! Pastikan naskah kamu udah lengkap, mulai dari judul, abstrak, isi, sampai referensi.
Checklist penting yang perlu kamu perhatikan:
- Judul: Harus jelas, informatif, dan nggak terlalu panjang (maksimal 12-15 kata).
- Abstrak: Buatlah abstrak yang singkat tapi padat. Ceritakan tujuan penelitian, metode, hasil, dan kesimpulan dalam 200-250 kata.
- Isi Artikel: Ikuti struktur standar seperti pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, dan kesimpulan.
- Referensi: Gunakan gaya sitasi yang diminta oleh jurnal. Kalau jurnalnya pakai APA, pastikan semua referensi kamu sesuai format itu.
Pro tip: Sebelum submit, minta teman atau dosen pembimbing kamu untuk baca dan kasih feedback. Terkadang, mata mereka lebih jeli menangkap kesalahan yang mungkin kamu lewatkan.
2. Bikin Cover Letter yang Meyakinkan
Cover letter itu semacam first impression buat editor jurnal, bestie. Jadi, usahakan bikin surat pengantar yang singkat tapi meyakinkan. Intinya, kamu harus bisa menjual penelitian kamu dalam beberapa paragraf aja.
Isi cover letter yang perlu kamu tulis:
- Pengenalan singkat: Sebutkan judul artikel kamu dan kenapa jurnal itu relevan dengan penelitian kamu.
- Kontribusi penelitian: Jelaskan secara singkat apa yang membuat penelitian kamu unik dan penting.
- Pernyataan kesesuaian: Tegaskan kalau artikel kamu sesuai dengan fokus dan lingkup jurnal.
Contoh cover letter sederhana:
“Dear Editor, Kami mengajukan artikel berjudul ‘Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa’ untuk diterbitkan di jurnal Anda. Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan dalam memahami dampak promosi digital terhadap target pasar mahasiswa. Kami yakin artikel ini relevan dengan fokus jurnal dan akan memberikan manfaat bagi pembaca.”
3. Proses Peer Review
Setelah submit, naskah kamu nggak langsung diterima, bestie. Artikel kamu bakal melalui proses yang disebut peer review, yaitu evaluasi dari para ahli di bidang yang sama. Nah, di sinilah ujian sabar kamu dimulai, karena proses ini bisa memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Hasil review biasanya ada tiga kemungkinan:
- Accepted: Kalau artikel kamu langsung diterima tanpa revisi, congrats! Tapi jujur aja, ini jarang banget terjadi.
- Revisions Required: Kalau diminta revisi, itu artinya artikel kamu punya potensi besar buat diterima. Ikuti saran dari reviewer, karena mereka ingin membantu kamu memperbaiki kualitas artikel.
- Rejected: Kalau artikel kamu ditolak, jangan patah semangat! Evaluasi ulang naskah kamu, revisi yang perlu, dan coba submit ke jurnal lain.
Tips penting: Jangan emosional saat membaca komentar reviewer. Anggap kritik mereka sebagai masukan berharga untuk membuat artikel kamu lebih baik.
4. Revisi Berdasarkan Feedback
Kalau kamu diminta revisi, anggap ini sebagai kesempatan emas buat meningkatkan kualitas artikel kamu. Biasanya, reviewer akan memberikan daftar masukan yang harus kamu perbaiki.
Langkah-langkah revisi yang efektif:
- Baca Masukan dengan Teliti Jangan buru-buru nge-judge kritik mereka. Pelajari tiap komentar dan cari tahu maksudnya. Kalau ada yang kurang jelas, kamu bisa kirim email ke editor untuk meminta penjelasan lebih lanjut.
- Highlight Perubahan yang Kamu Lakukan Saat mengirim naskah revisi, beri tanda atau highlight di bagian yang sudah kamu perbaiki. Ini memudahkan editor dan reviewer untuk mengecek perubahan yang kamu lakukan.
- Tulis Response Letter Response letter itu semacam daftar jawaban kamu atas masukan reviewer. Jelaskan dengan sopan apa saja yang sudah kamu perbaiki, dan kalau ada masukan yang nggak kamu terima, beri alasan logisnya.
Pro tip: Jangan lupa cek ulang grammar dan format naskah sebelum dikirim lagi. Kadang hal-hal kecil kayak typo atau spacing bisa bikin kesan nggak profesional.
5. Final Approval
Setelah revisi kamu disetujui, tinggal tunggu jadwal publikasi. Tapi sebelum itu, biasanya editor akan mengirimkan proof atau versi akhir artikel kamu untuk dicek lagi. Di sini, tugas kamu adalah memastikan nggak ada typo, error, atau kesalahan format yang terlewat.
Hal yang perlu dicek saat proofing:
- Nama penulis (pastikan ejaan benar).
- Judul artikel.
- Tabel, grafik, dan gambar (pastikan semuanya jelas dan terbaca).
- Referensi (cek lagi format sitasinya).
Kalau semuanya udah oke, kamu tinggal tunggu tanggal rilisnya, dan voila! Artikel kamu resmi diterbitkan di jurnal ilmiah.
Penutup
Sebagi kesimpulan, nulis jurnal memang kadang neyeblin karena ribet, namun tenang saja, dengan mengikuti langkah-langkah yang terdapat pada artikel ini semoga rasa sulit yang kamu hadapi perlahan-lahan dapat hilang. Selain itu, dengan mengikuti panduan ini, kamu nggak cuma bisa bikin jurnal penelitian yang keren, tapi juga punya peluang besar buat diterbitkan di jurnal bereputasi jadi tetap semangat ya walaupun awalnya kadang sedikit sulit.